Trauma Psikologis Karena Keguguran Berulang Dapat Sebabkan Masalah Kesuburan

Jakarta -

Keguguran dapat meninggalkan akibat emosional pada seorang perempuan. Kehilangan janin lantaran keguguran apalagi bisa memengaruhi kesuburan namalain kesempatan hamil, Bunda.

Perlu diketahui ya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan keguguran sebagai kondisi bayi meninggal di dalam kandungan sebelum 28 minggu kehamilan. Sedangkan menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), keguguran terjadi sebelum usia 13 minggu, disebut keguguran awal namalain aborsi spontan.

Dampak keguguran pada masalah kesuburan

Menurut Direktur Departemen IVF dan Fertilitas di Cloudnine Group of Hospitals di Pune, India, Dr. Seema Jain, kesuburan seorang wanita dapat dipengaruhi oleh kejadian keguguran berulang nan dialaminya. Ada banyak aspek nan dapat terlihat dalam terjadinya kesuburan lantaran keguguran tersebut, Bunda.

"Hubungan antara keguguran berulang dan kesuburan itu rumit, melibatkan beragam faktor, termasuk ketidakseimbangan hormon, kelainan genetik, dan tantangan psikologis," kata Jain, dilansir Hindustan Times.

"Memahami penyebab dan implikasi dari keguguran berulang dapat menjadi kunci untuk meningkatkan hasil kesuburan dan membantu pasangan dalam perjalanan mereka menjadi orang tua," sambungnya.

Jain mengatakan bahwa penyebab keguguran berulang perlu diketahui untuk mengetahui masalah kesuburan nan mungkin dialami pasangan suami istri. Apalagi, kondisi ini sering dihubungkan dengan masalah pada sistem reproduksi.

"Keguguran bukanlah perihal nan jarang terjadi, dengan sekitar 10 hingga 20 persen dari kehamilan nan diketahui berhujung dengan keguguran," ungkapnya.

"Namun, ketika keguguran berulang, perihal itu mungkin menunjukkan masalah kesuburan mendasar tertentu nan perlu ditangani agar kehamilan berhasil. Keguguran berulang sering dikaitkan dengan masalah struktural dan fungsional dalam sistem reproduksi, nan dapat berakibat langsung pada kesuburan."

Penyebab keguguran berulang nan sebabkan masalah kesuburan

Salah satu penyebab keguguran berulang adalah kelainan rahim. Sementara penyebab lainnya bisa lantaran masalah struktural seperti fibroid, polip, namalain rahim bersepta (kondisi di mana pita fibrosa membagi rongga rahim). Masalah seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS), endometriosis, dan gangguan reproduksi, juga dapat meningkatkan akibat keguguran nan sering dikaitkan dengan penurunan kesuburan.

Selain itu, usia juga dianggap memegang peranan krusial dalam masalah inferlitas. "Perempuan di atas 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami keguguran dan infertilitas lantaran kualitas sel telur nan menurun dan potensi kelainan genetik," ujar Jain.

Trauma psikologis dan dampaknya pada kesuburan

Hal lain nan juga perlu digarisbawahi adalah soal trauma psikologis nan terjadi lantaran keguguran. Dampak emosional dan psikologis dari keguguran berulang bisa sangat besar, dan sering kali menimbulkan halangan tambahan dalam perjalanan untuk mempunyai momongan, Bunda.

Jain mengatakan bahwa setiap keguguran nan dialami seorang wanita umumnya disertai dengan gelombang kesedihan, kecemasan, dan keraguan diri pada diri seseorang. Keguguran berulang juga dapat menyebabkan emosi tidak berkekuatan dan takut terhadap kehamilan berikutnya.

"Trauma psikologis ini pada gilirannya dapat memengaruhi kesehatan corak dan kesuburan. Stres dan tekanan emosional dapat memengaruhi keseimbangan hormon dan kesehatan secara keseluruhan, nan berpotensi memperburuk masalah kesuburan. Respons stres tubuh melepaskan kortisol dan hormon stres lainnya, nan dapat mengganggu keseimbangan lembut nan dibutuhkan untuk ovulasi dan kehamilan," ungkap Jain.

Perempuan nan mengalami keguguran berulang juga kemungkinan menjadi sangat waspada terhadap indikasi namalain perubahan apa pun selama kehamilan. Hal tersebut juga dapat meningkatkan kekhawatiran nan pada akhirnya bisa memengaruhi kesuburan.

Dukungan untuk mengatasi trauma psikologis usai keguguran

Bagi Jain, support psikologis dan perawatan oleh mahir menjadi sangat dibutuhkan pasangan suami istri nan pernah mengalami keguguran berulang. Ketahanan emosional nan meningkat dapat memengaruhi kondisi mental dan fisik, nan berkontribusi positif pada peningkatan kesempatan hamil.

"Menerapkan support psikologis sebagai bagian dari perawatan kesuburan dapat membantu pasangan mengatasi tantangan emosional nan mengenai dengan keguguran berulang. Konseling, golongan pendukung, dan teknik pengurangan stres seperti memusatkan perhatian penuh dan meditasi dapat membantu mengurangi akibat psikologis keguguran, meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan emosional," katanya.

"Kondisi mental nan rileks dan mendapatkan support dengan baik dapat memengaruhi kesuburan secara positif, berkontribusi pada lingkungan nan lebih baik untuk pembuahan," sambungnya.

Keguguran memang bisa menjadi pengalaman nan sangat traumatis, Bunda. Dr. Jessica Farren dari Imperial College London mengatakan bahwa keguguran dapat terjadi di luar kendali manusia.

"Bagi beberapa wanita, ini adalah pertama kalinya mereka mengalami sesuatu nan di luar kendali. Ini bisa menjadi peristiwa nan tidak bakal pernah dilupakan," kata Farren, dilansir BBC.

Keguguran dapat menyebabkan seorang wanita mengalami trauma untuk mengandung lagi namalain sekedar menjalani hidup seperti sebelumnya. Sebenarnya, salah satu langkah paling baik untuk menghadapi kehilangan adalah tidak menyalahkan diri sendiri.

Sesekali Bunda bisa menangis untuk meredakan ketegangan. Namun, paling baik jika kita berbagi emosi dengan teman, keluarga, namalain suami. Selain itu, cobalah untuk konsentrasi melakukan sesuatu nan bisa membikin Bunda bahagia.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)