ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Stres saat mengandung perlu dihindari ya, Bunda. Studi terbaru menunjukkan akibat jelek dari stres saat mengandung nan dapat memengaruhi plasenta hingga perkembangan janin.
Studi nan diterbitkan di jurnal European Neuropsychopharmacology pada 25 Januari 2025 ini menjelaskan bahwa stres ibu mengandung dapat meninggalkan jejak epigenetik pada gen di plasenta nan mengenai dengan kortisol, namalain hormon nan diperlukan untuk perkembangan janin. Hormon krusial ini juga berangkaian dengan respons tubuh terhadap stres.
Seperti nan diketahui, plasenta adalah organ krusial selama kehamilan. Plasenta tidak hanya menyediakan oksigen dan nutrisi bagi janin, tetapi juga merespons faktor-faktor seperti stres ibu, dan membantu janin beradaptasi dengan lingkungannya.
Namun, sistem nan digunakan plasenta untuk menyesuaikan diri dengan stresor dan gimana perihal itu memengaruhi perkembangan janin tetap belum banyak dieksplorasi sepenuhnya oleh penelitian, Bunda.
Nah, pada studi ini, tim peneliti mengawasi bahwa stres ibu dapat meninggalkan tanda epigenetik pada gen plasenta tertentu. Secara khusus, tanda-tanda ini tidak mengubah struktur genetik, tetapi mengubah fungsinya. Penelitian ini mengidentifikasi perubahan epigenetik pada gen nan mengenai dengan izin hormon kortisol.
Hasil studi tentang akibat stres ibu mengandung pada janin
Studi melibatkan 45 ibu mengandung sehat nan pertama kali mengandung janin. Selama kehamilan, kadar kortisol dan indikasi depresi diukur. Setelah melahirkan, tim peneliti menganalisis plasenta. Kemudian, pada minggu ketujuh, perkembangan saraf bayi dinilai menggunakan tes unik namalain disebut Brazelton's NBAS.
Tim peneliti silam menggunakan teknik nan memungkinkan mereka untuk memandang perubahan epigenetik di area DNA, hingga memperoleh hasil nan sangat rinci tentang respons plasenta terhadap stres ibu. Metode ini mengidentifikasi perubahan pada gen utama nan terlibat pada izin kortisol.
Hasilnya menunjukkan bahwa stres ibu, terutama pada awal kehamilan, dapat menyebabkan perubahan pada gen-gen tersebut. Pada akhirnya, kondisi itu dapat memengaruhi perkembangan janin dan kesehatan bayi di masa mendatang.
"Studi ini menegaskan pentingnya menjaga kesehatan mental ibu sejak awal kehamilan, lantaran stres dapat meninggalkan jejak biologis pada perkembangan bayi melalui sistem epigenetik nan baru mulai kita pahami," kata peneliti Fakultas Biologi dan Institut Biomedik di University of Barcelona, Águeda Castro, dilansir laman Medical Xpress.
Meskipun ini merupakan studi percontohan, hasilnya dapat membuka pintu bagi penelitian di masa mendatang dan kemungkinan intervensi untuk mendukung ibu mengandung dalam situasi rentan sejak tahap awal kehamilan. Selain itu, studi lebih besar tetap diperlukan untuk mengungkap hasil baru nan menggarisbawahi pentingnya perawatan psikologis dan support emosional selama kehamilan, tidak hanya untuk kesejahteraan ibu, tetapi juga untuk kesehatan jangka panjang bayi.
Ilustrasi Ibu Hamil Stres/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Nuttawan Jayawan
Studi lain mengenai akibat stres saat hamil
Sebenarnya, sudah banyak penelitian nan menemukan akibat stres saat mengandung pada janin. Salah satunya adalah studi nan diterbitkan di Developmental Psychobiology tahun 2007.
Studi ini memantau dengap jantung janin sembari meminta para ibu mengandung menyelesaikan Stroop Test namalain tes pengetahuan jiwa nan cukup populer. Tes ini sering kali menjadi beban mental nan bisa membikin stres.
Hasil studi menemukan bahwa janin dari wanita nan secara klinis mengalami depresi namalain kekhawatiran bakal merasakan stres nan dialami ibunya. Hal tersebut dilihat dari perubahan dengap jantung selama menyelesaikan Stroop Test.
Saat bayi tersebut berumur empat bulan, tim penelitian kembali melakukan penilaian dengan mengawasi seberapa reaktif bayi menghadapi serangkaian rangsangan baru (suara, pemandangan, bau), dan beberapa pola penting. Hasilnya, janin nan mengalami perubahan dengap jantung lebih besar selama ibu mereka melakukan Stroop Test, condong menjadi sangat reaktif pada usia empat bulan.
Penelitian sebelumnya di jurnal Society for Research in Child Development tahun 2006 juga pernah mengungkap kaitan stres saat mengandung dan perkembangan anak. Studi ini mempelajari ibu mengandung nan sehat secara mental, berilmu tinggi, dan mempunyai kehamilan berisiko rendah.
Di pertengahan masa kehamilan, peneliti mengukur tingkat tekanan psikologis ibu mengandung (stres, kecemasan, dan depresi). Setelah bayi lahir, peneliti silam menguji perkembangannya saat bayi berumur 6 minggu dan 2 tahun.
Peneliti menemukan bahwa bayi nan dilahirkan dari ibu nan mengalami tekanan ringan hingga sedang mempunyai perkembangan corak dan mental nan lebih maju.
Cara menghindari stres saat hamil
Stres saat mengandung dapat dihindari ya, Bunda. Dilansir beberapa sumber, berikut 5 langkah menghindari stres saat mengandung agar tak berakibat pada perkembangan janin:
- Bunda dapat melakukan aktivitas nan menyenangkan untuk mengisi rutinitas agar tidak jenuh dan mudah resah dengan kondisi kehamilan. Beberapa aktivitas ini dapat berupa yoga prenatal, mendengarkan musik, namalain menonton film.
- Pastikan Bunda selalu mendapatkan rehat nan cukup untuk mengisi kembali daya agar tidak mudah stres ya.
- Terapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat, rutin olahraga, dan konsentrasi merawat diri sendiri.
- Selalu berpikir positif untuk menghilangkan emosi gundah mengenai kehamilan dan kondisi janin.
- Bicara dengan orang nan tepat untuk mencurahkan isi hati. Bila perlu, Bunda bisa bicara dengan master untuk mencari solusi saat mengalami tantangan selama menjalani kehamilan.
Demikian penjelasan mengenai studi nan mengungkap akibat stres saat mengandung pada perkembangan janin. Semoga info ini berfaedah ya, Bunda.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)