Status Gizi Anak: Cara Mengukur Hingga Membaca Hasilnya

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Memantau status gizi anak sangat krusial untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan nan optimal. Gizi nan baik mendukung kesehatan corak dan mental, sehingga orang tua perlu memahami langkah mengukur dan membaca hasil status gizi anak.

Berbagai metode, seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan, digunakan untuk mengukur status gizi. Indeks seperti BB/U (Berat Badan terhadap Umur) dan IMT/U (Indeks Massa Tubuh terhadap Umur) membantu mengidentifikasi apakah kategori gizi anak sudah ideal, kurang, namalain berlebihan.

Lantas, gimana sih langkah nan tepat untuk menghitung status gizi Si Kecil? Mari simak penjelasan selengkapnya di bawah ini, Bunda!

Apa nan dimaksud status gizi anak?

Bunda, untuk mengetahui apakah asupan gizi harian Si Kecil tercukupi, diperlukan pengukuran status gizi. Ini adalah pedoman untuk memberikan gambaran apakah anak mendapatkan nutrisi nan cukup.

Asupan nutrisi nan memenuhi kebutuhan gizi sangat krusial untuk mendukung pertumbuhan mental, fisik, dan kesehatan secara keseluruhan. Jika kebutuhan gizi tidak terpenuhi, perkembangan Si Kecil menuju dewasa tentu dapat mengalami gangguan.

Indikator pengukuran status gizi anak nan tepat

Banyak orang menggunakan IMT untuk menilai status gizi berasas berat badan dan tinggi badan. Sayangnya, kalkulasi IMT kurang jeli untuk anak-anak lantaran pertumbuhan mereka nan cepat.

Mengutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut adalah lima parameter utama untuk mengukur status asupan gizi nan ideal pada anak.

1. Jenis kelamin

Anak laki-laki dan wanita mempunyai pola pertumbuhan nan berbeda. Bunda mungkin pernah memperhatikan bahwa anak wanita tumbuh lebih sigap daripada laki-laki. Oleh lantaran itu, status gizi anak perlu mempertimbangkan parameter jenis kelamin dalam pengukurannya.

2. Usia

Usia adalah aspek kunci dalam penilaian status gizi. Pertumbuhan anak sangat bervariasi tergantung pada usia, terutama pada masa-masa krusial seperti bayi, balita, dan remaja.

Oleh lantaran itu, pengukuran berat dan tinggi badan Si Kecil perlu dibandingkan dengan standar pertumbuhan sesuai usia kawan sebayanya. Namun, Bunda juga perlu memahami bahwa tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh aspek genetik dan lingkungan, sehingga dapat berbeda meskipun berada dalam rentang usia nan sama.

3. Berat badan

Berat badan merupakan salah satu parameter utama dalam menilai apakah asupan gizi anak sudah mencukupi. Melalui pengukuran berat badan, Bunda dapat memperoleh gambaran tentang jumlah unsur gizi makro dan mikro nan diterima Si Kecil.

Selain itu, pemantauan berat badan secara rutin juga membantu Bunda untuk mendeteksi perubahan nan mungkin terjadi akibat pola makan namalain kesehatan anak. Misalnya, jika berat badan Si Kecil mengalami penurunan nan signifikan, ini bisa menjadi tanda bahwa asupan gizi mereka tidak mencukupi namalain ada masalah kesehatan nan perlu diperhatikan.

4. Tinggi badan namalain panjang badan

Pertambahan tinggi badan berbudi pekerti linier, nan berfaedah perubahannya sangat berjuntai pada kualitas makanan nan dikonsumsi anak sejak lahir. Maka dari itu, pengukuran status gizi memerlukan parameter tinggi namalain panjang badan anak untuk menganalisis kondisi dan persoalan gizi nan terjadi selama masa pertumbuhan.

5. Lingkar kepala

American Academy of Pediatrics menganjurkan orang tua untuk rutin memantau perkembangan lingkar kepala dan ukuran ubun-ubun besar anak hingga usia dua tahun. Pengukuran dilakukan dengan pita ukur non-elastis nan mengelilingi bagian atas alis, melewati bagian atas telinga, hingga titik paling menonjol di belakang kepala.

Idealnya, ukuran lingkar kepala pada bayi dari lahir hingga usia 2 tahun berkisar antara 35 hingga 49 cm. Sementara itu, ukuran rata-rata ubun-ubun besar saat lahir adalah 2,1 cm dan bakal mengecil seiring bertambahnya usia.

Tabel status gizi pada bayi berasas berat badannya

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia No. 2 Tahun 2020, status gizi bayi dapat dinilai berasas berat badan, terutama pada rentang usia 24 bulan pertama beserta jenis kelamin. Berikut adalah perincian informasinya, Bunda.

Bayi laki-laki

Di bawah ini adalah tabel standar status gizi berasas berat badan untuk bayi laki-laki:

  • Usia 0 bulan: 2,9—3,9 kg.
  • Usia 1 bulan: 3,9—5,1 kg.
  • Usia 2 bulan: 4,9—6,3 kg.
  • Usia 3 bulan: 5,7—7,2 kg.
  • Usia 4 bulan: 6,2—7,8 kg.
  • Usia 5 bulan: 6,7—8,4 kg.
  • Usia 6 bulan: 7,1—8,8 kg.
  • Usia 7 bulan: 7,4—9,2 kg.
  • Usia 8 bulan: 7,7—9,6 kg.
  • Usia 9 bulan: 8,0—9,9 kg.
  • Usia 10 bulan: 8,2—10,2 kg.
  • Usia 11 bulan: 8,4—10,5 kg.
  • Usia 12 bulan: 8,6—10,8 kg.
  • Usia 13 bulan: 8,8—11,0 kg.
  • Usia 14 bulan: 9,0—11,3 kg.
  • Usia 15 bulan: 9,2—11,5 kg.
  • Usia 16 bulan: 9,4—11,7 kg.
  • Usia 17 bulan: 9,6—12,0 kg.
  • Usia 18 bulan: 9,8—12,2 kg.
  • Usia 19 bulan: 10,0—12,5 kg.
  • Usia 20 bulan: 10,1—12,7 kg.
  • Usia 21 bulan: 10,3—12,9 kg.
  • Usia 22 bulan: 10,5—13,2 kg.
  • Usia 23 bulan: 10,7—13,4 kg.
  • Usia 24 bulan: 10,8—13,6 kg.

Bayi perempuan

Berikut adalah tabel standar status gizi berasas berat badan untuk bayi perempuan:

  • Usia 0 bulan: 2,8—3,7 kg.
  • Usia 1 bulan: 3,6—4,8 kg.
  • Usia 2 bulan: 4,5—5,8 kg.
  • Usia 3 bulan: 5,2—6,6 kg.
  • Usia 4 bulan: 5,7—7,3 kg.
  • Usia 5 bulan: 6,1—7,8 kg.
  • Usia 6 bulan: 6,5—8,2 kg.
  • Usia 7 bulan: 6,8—8,6 kg.
  • Usia 8 bulan: 7,0—9,0 kg.
  • Usia 9 bulan: 7,3—9,3 kg.
  • Usia 10 bulan: 7,5—9,6 kg.
  • Usia 11 bulan: 7,7—9,9 kg.
  • Usia 12 bulan: 7,9—10,1 kg.
  • Usia 13 bulan: 8,1—10,4 kg.
  • Usia 14 bulan: 8,3—10,6 kg.
  • Usia 15 bulan: 8,5—10,9 kg.
  • Usia 16 bulan: 8,7—11,1 kg.
  • Usia 17 bulan: 8,9—11,4 kg.
  • Usia 18 bulan: 9,1—11,6 kg.
  • Usia 19 bulan: 9,2—11,8 kg.
  • Usia 20 bulan: 9,4—12,1 kg.
  • Usia 21 bulan: 9,6—12,3 kg.
  • Usia 22 bulan: 9,8—12,5 kg.
  • Usia 23 bulan: 10,0—12,8 kg.
  • Usia 24 bulan: 10,2—13,0 kg.

Penilaian status gizi menurut Standar Antropometri Pemerintah

Pemerintah Indonesia telah menetapkan pedoman resmi untuk mengukur dan menilai status gizi anak, adalah Standar Antropometri Anak. Tolak ukur ini dilakukan dengan membandingkan beberapa parameter nan merujuk pada standar pertumbuhan anak dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), adalah WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak usia 5-18 tahun.

Penilaian status gizi menggunakan Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan tinggi badan. Parameter ini meliputi empat indeks sebagai berikut:

Indeks BB/U menunjukkan berat badan anak dibandingkan dengan usianya. Indeks ini digunakan untuk menilai apakah anak mempunyai berat badan kurang (underweight) namalain sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak bisa digunakan untuk menentukan apakah anak kelebihan berat badan namalain overweight.

Penting untuk diketahui bahwa jika seorang anak mempunyai BB/U nan rendah, kemungkinan dia mengalami masalah pertumbuhan. Oleh lantaran itu, perlu dilakukan pemeriksaan tambahan menggunakan indeks BB/PM (berat badan terhadap panjang badan) namalain BB/TB (berat badan terhadap tinggi badan) sebelum mengambil langkah intervensi.

Indeks PB/U namalain TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang namalain tinggi badan anak berasas umurnya. Indeks ini digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak nan mengalami stunting (pendek) namalain sangat stunting (sangat pendek), nan biasanya disebabkan oleh kekurangan gizi dalam waktu lama namalain sering sakit.

Selain itu, indeks ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak nan terlalu tinggi untuk usianya. Anak-anak nan mempunyai tinggi badan di atas normal biasanya disebabkan oleh masalah hormonal endokrin, tetapi kondisi ini jarang terjadi di Indonesia.

Indeks BB/PB namalain BB/TB menunjukkan apakah berat badan Si Kecil sesuai dengan panjang namalain tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak nan mengalami gizi kurang (wasted), gizi jelek (severely wasted), serta anak nan berisiko mengalami kelebihan berat badan (possible risk of overweight).

Gizi jelek biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan gizi. Kondisi ini dapat berbudi pekerti akut, nan berfaedah terjadi dalam waktu singkat, namalain kronis, nan melangkah lama akibat pola makan nan tidak seimbang dan kurangnya akses terhadap makanan bergizi.

Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori status gizi anak, seperti gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, dan obesitas. Grafik IMT/U dan sketsa BB/PB namalain BB/TB biasanya menunjukkan hasil nan serupa.

Namun, indeks IMT/U lebih sensitif dalam mendeteksi anak nan berisiko mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Anak dengan nilai IMT/U di atas +1SD (standar deviasi) berisiko mengalami gizi lebih, sehingga perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut untuk mencegah terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas.

Penilaian status gizi pada anak usia 5-18 tahun menggunakan IMT/U tidak jauh berbeda dengan sistem nan digunakan pada anak usia 0-60 bulan. Hanya saja, ada perbedaan di dalam tabel indeks standar deviasinya.

Apakah langkah menghitung status gizi anak dan orang dewasa sama?

Laju pertumbuhan anak-anak dan orang dewasa sangat berbeda. Masa anak-anak adalah periode penuh perubahan, di mana corak dan mental mereka berkembang dengan pesat. Sementara itu, orang dewasa condong mengalami stagnasi dalam pertumbuhan. Itu sebabnya, langkah menghitung status gizi anak dan orang dewasa juga tidak sama.

Pada anak, penilaian status gizi sering menggunakan metode antropometri nan mempertimbangkan usia, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, dan lingkar kepala. Di sisi lain, pada orang dewasa, status gizi biasanya dihitung dengan rumus sederhana Indeks Massa Tubuh (IMT), adalah berat badan (dalam kg) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter).

Cara menghitung status gizi anak tiap usia

Jika Bunda dan Ayah tetap bingung tentang langkah membaca hasil penghitungan status gizi Si Kecil, berikut adalah beberapa kategori deviasi namalain sketsa nan perlu diketahui mengenai status gizi anak.

Cara mengukur status gizi anak usia 0-5 tahun

Untuk mengetahui status gizi anak usia 0-5 tahun, ditetapkan beberapa kategori dan periode pemisah berasas empat indeks nan membandingkan parameter berat badan dan tinggi badan, sebagai berikut:

Status gizi anak berasas BB/U:

  • Berat badan sangat kurang (severely underweight): 
  • Berat badan kurang (underweight): -3 SD—
  • Berat badan normal: -2 SD—+1 SD
  • Risiko berat badan lebih: >+1 SD

Status gizi anak berasas TB/U:

  • Sangat pendek (severely stunted): 
  • Pendek (stunted): -3 SD—
  • Normal: -2 SD—+3 SD
  • Tinggi: >+3 SD

Status gizi anak berasas BB/TB namalain BB/PB:

  • Gizi jelek (severely wasted) 
  • Gizi kurang (wasted): -3 SD—
  • Gizi baik (normal): -2 SD—+1 SD
  • Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight): >+1 SD—+2 SD
  • Gizi lebih (overweight): >+2 SD—+3 SD
  • Obesitas (obese): >+3 SD

Status gizi anak berasas IMT/U:

  • Gizi jelek (severely wasted) 
  • Gizi kurang (wasted): -3 SD—
  • Gizi baik (normal): -2 SD—+1 SD
  • Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight): >+1 SD—+2 SD
  • Gizi lebih (overweight): >+2 SD—+3 SD
  • Obesitas (obese): >+3 SD

Cara mengukur status gizi anak usia 5-18 tahun

Penilaian status gizi pada anak usia 5-18 tahun menggunakan IMT/U nan tidak jauh berbeda dengan sistem nan digunakan pada anak usia 0-5 tahun. Hanya saja, ada perbedaan di dalam tabel indeks standar deviasinya, adalah sebagai berikut:

  • Gizi jelek (severely thinness): 
  • Gizi kurang (thinness): -3 SD—
  • Gizi baik (normal): -2 SD—+1 SD
  • Gizi lebih (overweight): +1 SD—+2 SD
  • Obesitas (obese): >+2 SD

Masalah kesehatan seputar status gizi pada anak

Menurut info dari WHO dan Mayo Clinic, berikut adalah beberapa masalah kesehatan nan dapat terjadi akibat malnutrisi, baik gizi kurang maupun gizi lebih, pada Si Kecil:

1. Stunting

Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami pertumbuhan nan terhambat, sehingga tinggi badannya lebih rendah dari standar nan semestinya untuk usianya. Hal ini biasanya disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, jangkitan berulang, dan aspek lingkungan. Stunting dapat berakibat serius pada perkembangan corak dan kognitif anak, serta meningkatkan akibat penyakit di masa depan. 

2. Marasmus

Marasmus adalah corak kekurangan gizi nan parah, ditandai dengan penurunan berat badan nan signifikan dan kehilangan massa otot. Kondisi ini biasanya terjadi akibat asupan kalori, seperti karbohidrat, lemak dan protein, nan sangat rendah.

Anak nan mengalami marasmus terlihat sangat kurus, dengan kulit nan kendur dan tulang-tulang nan terlihat jelas. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gangguan sistem kekebalan tubuh, infeksi, apalagi kematian jika tidak ditangani dengan cepat.

3. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah gangguan gizi namalain malnutrisi nan terjadi jika anak tidak mengonsumsi cukup protein. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak nan tinggal di wilayah nan mengalami kemiskinan, kekeringan namalain musibah alam.

Kwashiorkor dapat dikenali dengan beberapa gejala, seperti perubahan pigmen kulit, diare, penurunan massa otot, ruam kulit, tubuh nan semakin kurus, hingga perut nan membusung.

4. Marasmus-kwashiorkor

Gangguan gizi marasmus dan kwashiorkor dapat terjadi pada satu waktu. Biasanya penyakit ini dimulai dengan keluhan kwashiorkor nan berpotensi menyebar menjadi marasmus. 

Anak nan menderita kedua penyakit ini biasanya bakal terlihat sangat kurus dengan kulit nan kendur, rambut kering nan mudah rontok, hingga ukuran kepala nan lebih besar dibandingkan tubuhnya.

5. Wasting (kurus)

Wasting adalah corak malnutrisi nan paling mudah terjadi dan dapat menakut-nakuti jiwa. Anak-anak nan mengalami wasting mempunyai tubuh nan terlalu kurus dan sistem kekebalan tubuh nan lemah, sehingga mereka lebih rentan terhadap keterlambatan perkembangan, penyakit, dan akibat kematian. Beberapa anak nan mengalami wasting juga menderita edema gizi, nan ditandai dengan pembengkakan pada wajah dan kaki.

6. Underweight (berat badan kurang)

Underweight adalah kondisi di mana berat badan berada di bawah rata-rata garis normal. Kondisi ini dapat memicu beragam gangguan kesehatan nan dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari, seperti tekanan darah rendah, masalah jantung, gangguan kadar gula darah, dan otot nan mudah melemas.

7. Overweight (kelebihan berat badan)

Overweight alias kegemukan adalah jenis malnutrisi nan terjadi ketika seseorang mempunyai berat badan nan melampaui pemisah normal untuk tinggi badannya. Kondisi ini disebabkan oleh penumpukan lemak nan tidak normal dalam tubuh.

Penyebab umum overweight meliputi asupan kalori berlebih nan disertai dengan minimnya aktivitas fisik. Selain itu, aspek genetik juga dapat meningkatkan akibat seseorang mengalami overweight. Jika tidak ditangani dengan segera, overweight dapat berkembang menjadi obesitas.

8. Obesitas

Obesitas adalah corak malnutrisi nan merupakan penyakit kompleks akibat penumpukan lemak tubuh nan berlebihan. Kondisi ini dapat meningkatkan akibat beragam masalah kesehatan, seperti diabetes, kolesterol tinggi, sleep apnea, penyakit jantung dan hati, serta beberapa jenis kanker.

Cara agar agar status gizi anak dalam kondisi baik

Setiap orang tua tentu menginginkan anak nan tumbuh sehat dan bugar. Untuk mencapai perihal ini, Bunda perlu memastikan bahwa status gizi mereka selalu dalam kondisi baik.

Mengutip dari CDC dan The Royal Children's Hospital Melbourne, berikut adalah lima langkah efektif untuk menjaga nutrisi Si Kecil terpenuhi:

1. Diet seimbang

Diet seimbang adalah kunci untuk memastikan anak mendapatkan semua nutrisi nan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan nan optimal. Pastikan anak mengonsumsi beragam makanan dari semua golongan makanan, yakni:

  • Beri anak potongan buah dan sayuran sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat.
  • Sediakan sumber protein dari daging tanpa lemak, ikan, telur, kacang-kacangan, dan produk susu.
  • Pilih biji-bijian utuh seperti beras premium, nasi merah, roti gandum, namalain pasta whole grain.
  • Sertakan lemak sehat dari sumber seperti alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun.

2. Kontrol porsi

Mengontrol porsi makanan sangat krusial untuk mencegah makan berlebihan. Anak-anak mempunyai perut nan lebih kecil, sehingga mereka memerlukan porsi nan lebih mini namun lebih sering. Ajarkan Si Kecil untuk mengenali sinyal lapar dan kenyang mereka, serta berikan porsi nan sesuai dengan usia dan kebutuhan.

3. Hidrasi

Pastikan anak minum cukup air sepanjang hari. Konsumsi air adalah pilihan terbaik, tetapi Bunda juga bisa memberikan susu rendah lemak namalain yogurt sebagai sumber cairan. 

4. Batasi makanan manis dan junk food

Makanan manis dan junk food mengandung tinggi kalori, gula, dan lemak tidak sehat, tetapi rendah nutrisi. Batasi konsumsi makanan ini dan sorong anak untuk memilih camilan nan lebih sehat, seperti buah segar, sayuran, namalain yogurt. 

5. Jadi role model yang baik

Anak-anak condong meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Oleh lantaran itu, krusial bagi Bunda dan Ayah untuk menjadi contoh nan baik dalam perihal kebiasaan makan dan style hidup sehat.

Tunjukkan kebiasaan makan nan baik, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan menjaga pola hidup sehat. Dengan langkah ini, anak bakal lebih termotivasi untuk mengikuti jejak orang tua mereka.

Demikian info mengenai status gizi anak, mulai dari langkah menghitung gizi hingga masalah malnutrisi nan berisiko mengganggu kesehatan Si Kecil. Semoga info ini bermanfaat, ya Bunda.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027