Cara Menumbuhkan Syukur: Tujuh Hal Yang Membantu Untuk Bersyukur (bag. 1)

Sedang Trending 2 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Syukur adalah salah satu ibadah mulia nan sangat dianjurkan dalam Islam. Syukur bukan hanya sekadar ucapan di bibir, tetapi juga kudu meresap dalam hati dan tercermin pada perilaku.

Suatu ibadah itu perlu dilatih dan dibiasakan untuk melakukannya. Salah satunya adalah ibadah hati, adalah syukur. Bagaimana langkah melatihnya? Berikut beberapa poin nan dapat membantu seseorang agar bisa lebih bersyukur.

Pertama, memandang kepada orang-orang nan di bawah namalain tidak seberuntung kita

Melihat kepada orang-orang nan berada di bawah namalain tidak seberuntung kita adalah salah satu langkah nan sangat efektif untuk membantu kita dalam melatih rasa syukur.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم

“Pandanglah orang nan berada di bawahmu (dalam masalah kekayaan dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang nan berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, perihal itu bakal membuatmu tidak meremehkan (merendahkan) nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat nan lain,

“Jika salah seorang di antara kalian memandang orang nan mempunyai kelebihan kekayaan dan corak (rupa), maka lihatlah kepada orang nan berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Terkadang, kita terlalu konsentrasi pada apa nan kita belum miliki, padahal di luar sana banyak orang nan lebih memerlukan dan hidupnya jauh lebih susah daripada kita. Menyadari perihal ini bisa membuka hati kita untuk lebih berterima kasih atas apa nan telah kita miliki.

Ketika memandang orang-orang nan kurang beruntung, kita bakal menyadari bahwa banyak nikmat nan selama ini kita anggap biasa, rupanya sangat berfaedah bagi kehidupan orang lain. Misalnya, kita mengeluh dengan pekerjaan nan melelahkan, namun ada banyak orang nan tetap mencari pekerjaan namalain tidak mempunyai pekerjaan nan layak.

Baca juga: https://muslim.or.id/90544-hikmah-manusia-diciptakan-bertingkat-tingkat.html

Kedua, memandang segala perihal dari kedua sisi

Melihat suatu perihal dari kedua sisi dapat mendorong seseorang untuk bersyukur. Dalam kehidupan, setiap keadaan nan baik namalain jelek mempunyai hikmah dan pelajaran nan bisa diambil.

Allah Ta’ala memberikan pedoman dalam family untuk memandang dari kedua sisi sebagaimana firman-Nya,

وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَيَجْعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“Dan bergaullah kalian dengan mereka (para istri) secara patut. Kemudian jika kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) lantaran mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan pada dirinya kebaikan nan banyak.” (QS. An-Nisa: 19)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِىَ مِنْهَا آخَرَ

“Janganlah seorang mukmin (suami) membenci seorang mukminah (istri). Jika dia tidak suka satu tabiat/perangainya, maka (bisa jadi) dia rida (senang) dengan tabiat/perangainya nan lain.” (HR. Muslim)

Dari ayat dan sabda di atas, Islam pun mengajarkan kita untuk memandang pasangan dari kedua sisi. Jika ada perihal nan kurang disukai namalain kekurangan nan nampak, maka pasti ada sisi kelebihan nan dimilikinya. Begitu pula dalam perihal lainnya, baik dalam menghadapi kebaikan namalain keburukan, kebahagiaan namalain penderitaan, kenikmatan maupun kesulitan. Kedua sisi tersebut adalah bagian dari ujian dan nikmat nan diberikan Allah.

Ketika ada orang nan lebih dari kita di beberapa aspek, mungkin ada sisi lain nan dia korbankan. Jika seseorang terbiasa memandang dari kedua sisi, maka dia bakal terdorong untuk lebih berterima kasih atas segala kejadian nan menimpanya dengan memandang dari sisi positifnya.

Dengan memandang segala sesuatu dari kedua sisi ini, kita dapat menjalani hidup dengan lebih bijaksana, menerima takdir dengan lapang dada, dan senantiasa berterima kasih atas segala nikmat-Nya.

Ketiga, membaca riwayat dan kisah tentang orang-orang saleh terdahulu

Sebagian dari kita terkadang mengeluh tentang rumah nan sempit, makanan nan kurang lezat namalain pekerjaan nan melelahkan. Maka, renungkanlah kisah-kisah tentang orang-orang saleh terdahulu, khususnya kisah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam gimana sedari mini beliau ditinggal wafat oleh orang-orang tercinta, rumah dan tempat tidur beliau nan sederhana, kondisi ketika beliau diboikot, apalagi beliau tidak mendapati makanan nan melimpah dalam kesehariannya dan hanya sekadar terpenuhi kebutuhan pokoknya saja sehingga tidak kelaparan sebagaimana riwayat berikut.

Dari Malik bin Dinar radhiyallahu ’anhu, beliau mengatakan,

مَا شَبِعَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ خُبْزٍ قَطُّ وَلاَ لَحْمٍ إِلاَّ عَلَى ضَفَفٍ

“Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam tidak pernah merasakan kenyang lantaran makan roti namalain kenyang lantaran makan daging, selain jika sedang menjamu tamu (maka beliau makan sampai kenyang).” (HR. Tirmidzi dalam Asy-Syama’il no. 70, lihat Mukhtashar Asy-Syama’il Al-Muhammadiyah no. 109)

Dalam riwayat lain,

ما شبِعَ آلُ محمدٍ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم من خُبزِ بُرٍّ مَأدومٍ ثلاثةَ أيامٍ حتى لحِقَ باللهِ

“Keluarga Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam tidak pernah merasakan kenyang lantaran makan roti gandum nan diberi idam (semacam kuah) dalam tiga hari, sampai dia berjumpa dengan Allah (wafat).” (HR. Bukhari no. 5423, Muslim no. 2970)

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia mengatakan,

قال لي رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ ، ذاتَ يومٍ يا عائشةُ ! هل عندكم شيٌء ؟ قالت فقلتُ : يا رسولَ اللهِ ! ما عندنا شيٌء قال فإني صائمٌ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadaku pada suatu hari, ‘Wahai Aisyah, apakah engkau mempunyai sesuatu (untuk dimakan pagi ini)?’ Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kita tidak mempunyai sesuatu pun (untuk dimakan).’ Beliau silam bersabda, ‘Kalau begitu, saya bakal puasa.’ ” (HR. Muslim no. 1154)

[Bersambung]

***

Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd.

Artikel: KincaiMedia

Referensi:

A’malul Qulub, karya Syekh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafizhahullah, hal. 301.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027