ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Setiap Bunda mengandung pasti tidak mau mengalami komplikasi kehamilan. Tak hanya bisa berakibat pada perkembangan janin, komplikasi kehamilan juga dapat membahayakan nyawa Bunda dan Si Kecil nan belum lahir.
Beberapa waktu lalu, seorang Bunda di Hong Kong mesti berjuang hidup dan meninggal lantaran mengalami komplikasi kehamilan. Untuk menyelamatkan nyawanya, dia apalagi sampai memerlukan transplantasi paru-paru.
Perempuan nan tidak diungkap identitasnya ini tengah mengandung 29 minggu. Ia terpaksa menjalani operasi caesar darurat hingga memerlukan transplantasi paru-paru setelah mengalami tekanan hipertensi nan berpotensi fatal selama kehamilan.
Pihak berkuasa rumah sakit mengungkapkan bahwa pasien nan berada di Prince of Wales Hospital di wilayah Sha Tin ini berada dalam kondisi kritis. Mereka memerlukan donor segera untuk menolong nyawa sang ibu.
Menurut laporan nan dikutip dari South China Morning Post, ibu mengandung ini pertama kali menunjukkan tanda-tanda sesak napas dan kaki bengkak saat mengandung usia 29 minggu namalain tepatnya pada 12 September 2024.
Ia silam pergi ke rumah sakit di Sha Tin untuk mencari pertolongan medis. Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa dia menderita hipertensi arteri paru, adalah suatu kondisi di mana pembuluh darah mini di paru-paru menyempit. Akibat kondisi tersebut, aliran darah melalui paru-paru tersumbat dan dengan demikian tekanan darah di paru-paru meningkat.
Laporan menyebut bahwa pasien mengandung ini telah menderita glukosuria gestasional sebelumnya, dan tidak mempunyai penyakit lainnya, Bunda.
Ilustrasi Ibu Hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto/muthardman
Bahaya hipertensi arteri paru pada kehamilan
Hipertensi arteri paru namalain pulmonary arterial hypertension (PAH) merupakan salah satu komplikasi serius. Menurut ulasan di International Journal of Cardiology Cardiovascular Risk and Prevention tahun 2024, kehamilan nan disertai hipertensi arteri paru merupakan kondisi nan parah dan rawan bagi ibu dan janin.
Perubahan unik pada sistem kardiovaskular ibu selama kehamilan menunjukkan bahwa PAH selama kehamilan dapat menunjukkan indikasi nan lebih parah dibandingkan dengan pasien nan tidak hamil.
Gejala nan tidak spesifik seperti kelelahan dan dispnea, nan juga dapat terlihat selama kehamilan normal, merupakan indikasi umum pada pasien PAH. Nah, indikasi tidak spesifik tersebut berkontribusi terhadap keterlambatan pemeriksaan dan pengobatan, Bunda.
Meski sebagian besar pedoman merekomendasikan penghentian kehamilan awal dalam kasus PAH, beberapa info terkini menunjukkan bahwa nomor kematian ibu di antara pasien dengan PAH lebih rendah daripada nan diamati sebelumnya dan menunjukkan bahwa jika seorang wanita memutuskan untuk melanjutkan kehamilan, dia kudu diberi konseling tentang potensi akibat jika melanjutkan kehamilan.
Sementara itu, ulasan di jurnal Frontiers in Cardiovascular Medicine tahun 2022 menjelaskan bahwa ibu mengandung dengan PAH mempunyai akibat kematian ibu dan perinatal nan sangat tinggi. Perubahan besar dalam volume plasma, curah jantung (cardiac output), dan resistensi vaskular sistemik, dapat meningkatkan tekanan hingga menyebabkan kandas jantung dan kolaps kardiovaskular.
Pasien PAH berisiko tinggi nan memutuskan untuk melanjutkan kehamilan kudu segera dievaluasi untuk menjalani tindakan transplantasi paru-paru.
Demikian kisah Bunda nan mesti menjalani transplantasi paru lantaran mengalami komplikasi kehamilan serius. Semoga info nan dibagikan Bubun berfaedah ya.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/ank)