ARTICLE AD BOX
KincaiMedia,JAKARTA -- Wakil Ketua I Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat membujuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Prof Abdul Mu'ti untuk membahas kajian tentang fikih setan. Karena, menurut dia, belum banyak jamaah nan mengetahui tentang setan.
"Mungkin lain kali Pak Menteri, satu saat kita telaah kajian Fikih Setan, jarang dibahas itu. Kita sering hafal malaikat, tapi tidak mengerti setan itu," ujar UAS saat mengisi pengajian Isra Mi'raj di Masjid Baitut Tholibin, Kemendikdasmen, Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (31/1/2025).
Orang nan hanya mengetahui malaikat, menurut dia, seperti orang nan hanya mengetahui jalan nan lurus dan mulus, tapi tidak pernah mengetahui ada lubangnya. Sehingga, kata dia, besar kemungkinan orang itu terpleset.
"Nanti ada sembilan jenis setan nan pernah disampaikan Nabi, dan salah satunya ada setan masjid," ujar UAH.
Dalam pengajian ini, UAH juga menjelaskan adanya relevansi antara Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dengan peristiwa Isra Mi'raj dan dalil dalam Alquran. Sehingga, UAH berambisi jamaah nan belum sempat mendalami dasar-dasar UUD, mempunyai nilai nan dalam dan dari segi keagamaan bisa tercerahkan kembali.
Dia menuturkan, di undang-undang nomor 20 tahun 2003 itu ada 77 pasal nan ditandatangani pada 8 Juli tahun 2003. Di dalam pasal undang-undang itu, menurut dia, dijelaskan bahwa UUD 1945 mengamanatkan pemerintah, menyelenggarakan, mengusahakan satu sistem pendidikan nasional nan meningkatkan keagamaan dan ketakwaan pada Tuhan nan Maha Esa.
"Tolong garis bawah ini ya, 'Yang meningkatkan keagamaan dan ketakwaan pada Tuhan nan Maha Esa serta etika mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa nan diatur dengan undang-undang," kata UAH.
Menurut dia, ada nan menarik dari isi UUD tersebut lantaran selalu melekat kata takwa. Bahkan, kata takwa juga sering melekat pada janji namalain motto nan mengenai dengan institusi.
"Kita coba gali di Sapta Marga-nya TNI misalnya, ada tujuh, nan ketiganya itu ada takwa. Kami Ksatria Indonesia nan bertakwa pada Tuhan nan Maha Esa, serta memihak kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Di polisi itu ada Tribrata, nan pertamanya disebutjkan kami polisi negara kesatuan Republik Indonesia nan bertakwa pada Tuhan nan Maha Esa," jelas UAH.
Lalu, lanjut UAH, di pengadil ada Pancadarma nan mengajarkan lima hal. Di poin nomor satu juga disebutkan bahwa pengadil mempunyai sifat takwa pada Tuhan nan Maha Esa.
"Jadi nan menarik, petunjuk undang-undang itu, sebelum mencerdaskan kehidupan bangsa di bagian pendidikan, itu nan diinginkan itu membentuk pribadi takwa dulu. Ini ada rahasia nan sangat luar biasa ini," kata UAH.