Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama (bagian Ii - Habis)

Sedang Trending 6 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Santri mengibarkan bendera Merah Putih dan Nahdlatul Ulama saat mengikuti kirab santri di Desa Ciwulan, Telagasari, Karawang, Jawa Barat.

KincaiMedia, JAKARTA -- Memasuki tahun 1926, eksistensi Komite Hijaz menginspirasi Kiai Hasbullah. Ia membayangkan adanya sebuah organisasi nan menyatukan berilmu ustadz tradisional di Tanah Air.

Bagaimanapun, penggubah syair “Ya Lal Wathan” itu tidak berani mendeklarasikan sendiri. Dirinya pun menyampaikan pendapat tersebut kepada gurunya, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari.

Kiai Hasyim tidak langsung menerima namalain menolak usulan dari muridnya itu. Sang pendiri Pondok Pesantren Tebuireng lantas meminta pertimbangan (istisyarah) dari gurunya, Syaikhona KH Khalil Bangkalan. Sampai di sini, peranan dari sesama santri Kiai Khalil, adalah KH Raden As’ad Syamsul Arifin, amatlah besar.

Ulama nan berdarah bangsawan itu menyampaikan isyarat dari Kiai Khalil kepada pengasuh Pesantren Tebuireng itu. Penanda nan dimaksud adalah tasbih. Tidak sedikit pun tangan Kiai As’ad menyentuh peralatan nan dikalungkan pada lehernya itu. Ia sendiri menempuh perjalanan darat dari Bangkalan ke Tebuireng dengan melangkah kaki.

“Apakah ada pesan lain lagi dari Bangkalan?” tanya Kiai Hasyim setelah mengambil tasbih dari lingkar leher sahabatnya itu.

Kiai As’ad hanya menjawab dengan berzikir, “Ya Jabbar, Ya Qahhar.” Dua asmaul husna tarsebut diulang-ulangnya sebanyak tiga kali, sesuai pesan Kiai Khalil.

Kiai Hasyim silam berbincang menafsirkan pesan gurundanya itu, “Allah SWT telah memperbolehkan kita untuk mendirikan jam’iyyah.”

Ada pula kisah lain. Di samping tasbih dan zikir, isyarat berbeda juga pernah disampaikan kepada Kiai Hasyim. Kisahnya terjadi pada akhir tahun 1924. Kiai As’ad diminta Kiai Khalil untuk mengantarkan sebuah tongkat ke Tebuireng.

Penyampaian tongkat itu disertai dengan pesan untuk membacakan surah Thaha ayat 17-23 sesampainya di Tebuireng. Firman Allah itu menceritakan mukjizat Nabi Musa AS. Saat Kiai Hasyim menerima kehadiran Kiai As’ad dan mendengarkan ayat tersebut dibacakan, hatinya langsung bergetar.

“Keinginan untuk membentuk jam’iyyah agaknya bakal tercapai,” ujarnya sembari meneteskan air mata.

Maka pada 16 Rajab 1344 Hijriyah, namalain bertepatan dengan 31 Januari 1926 M, Kiai Hasyim mengadakan rapat berdampingan sejumlah ustadz di Surabaya, Jawa Timur. Semuanya bekerja-sama untuk membentuk organisasi.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027