ARTICLE AD BOX
Warga melintasi Mural nan bertuliskan kritik terhadap korupsi.
KincaiMedia, JAKARTA -- Pada umumnya, tindak korupsi berangkaian dengan penyalahgunaan kekuasaan. Pejabat publik nan nekad melakukannya berfaedah mengingkari petunjuk nan telah diberikan kepadanya.
Pemberantasan korupsi sudah menjadi konsentrasi ketika Rasulullah SAW tetap hidup. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat at-Tirmidzi. Nabi SAW mengutus salah seorang sahabatnya, Mu’adz bin Jabal, ke Yaman agar mengajarkan Islam kepada masyarakat setempat.
“Ketika saya (Mu’adz bin Jabal) baru bakal berangkat, beliau SAW mengirimkan seseorang untuk memanggil saya kembali. Maka saya pun kembali.
Beliau SAW kemudian bertanya, ‘Apakah engkau tahu kenapa saya mengirimkan orang untuk menyuruhmu kembali?’ (Mu’adz menunjukkan isyarat siap mendengarkan.) Janganlah engkau mengambil sesuatu apa pun tanpa seizin saya, lantaran perihal itu adalah ghulul.
Dan barangsiapa nan melakukan ghulul, maka dia bakal membawa peralatan nan di-ghulul itu pada Hari Kiamat. Untuk itulah saya memanggilmu. Sekarang, berangkatlah untuk menunaikan tugasmu.”
Yang dimaksud dengan ghulul adalah mengambil apa saja kekayaan publik secara tidak sah.
Ketika Rasulullah SAW di tengah-tengah umat, maka beliau-lah nan menjadi rujukan hukum. Maka setiap Muslim nan mendapatkan petunjuk kudu atas seizin beliau SAW.
Dalam perihal ini, Nabi SAW mengingatkan kepada sahabat-sahabatnya, terutama nan ditugaskan ke negeri-negeri jauh, agar selalu berpegang teguh pada ketentuan Islam. Jangan hanya lantaran jauh dari pusat negara, maka merasa tidak diawasi siapa-siapa.
Korupsi, walaupun nilai peralatan nan dicuri sedikit, bakal menjadi kesulitan luar biasa besar di alambaka kelak bagi seorang Muslim nan melakukannya.
Rasulullah SAW sendiri menolak menshalatkan jasad orang Muslim nan terbukti mencuri. Beliau SAW hanya meminta para sahabatnya untuk melaksanakan perihal demikian.