ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA -- Dari sekian banyak kota di dunia, dalam aliran Islam terdapat tiga nan mulia. Mereka adalah Makkah al-Mukarramah, Madinah al-Munawwarah, dan al-Quds. Dari ketiganya, Kota al-Quds menjadi nan paling memprihatinkan saat ini. Sebab, ketenteramannya kerap diganggu Israel, entitas kolonialis nan berpaham zionisme.
Semua kota tersebut berpusat pada masjid-masjid suci. Makkah dan Madinah merupakan tempat berdirinya masing-masing Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Tentang keistimewaan masjid nan menjadi letak Ka’bah itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100 ribu (kali) shalat di masjid lainnya.” Adapun keistimewaan Masjid Nabawi dinyatakan oleh Rasulullah SAW, “Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama dari seribu kali shalat di masjid lain” (HR Bukhari dan Muslim).
Al-Quds merupakan rumah bagi Masjid al-Aqsha. Inilah masjid kedua nan mula-mula dibangun di bumi, seperti dinyatakan dalam sebuah sabda riwayat Abu Dzar. Sahabat tersebut pernah bertanya kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, masjid apa nan pertama kali dibangun di muka bumi?” Beliau menjawab, “Masjidil Haram.”
“Kemudian apa?” tanya Abu Dzar lagi.
“Masjid al-Aqsha,” jelas Nabi SAW.
“Berapa jarak waktu di antara keduanya?”
“Empat puluh tahun” (HR Bukhari-Muslim).
Dalam sejarah Islam, kedudukan al-Aqsha begitu berarti. Inilah kiblat pertama bagi umat Rasulullah SAW dalam shalat. Sebelum berhijrah, Nabi SAW dan para pengikutnya melaksanakan shalat dengan menghadap ke arah sana. Ketika perintah shalat lima waktu turun, mereka tetap berkiblat ke masjid di Kota al-Quds itu selama 17 bulan hingga turunnya surah al-Baqarah ayat 144. Firman Allah Ta’ala tersebut memuat perintah agar kiblat beranjak ke Ka’bah.
Al-Aqsha pun menjadi salah satu tujuan Nabi SAW tatkala melakukan Isra dan Mi’raj, adalah pada tahun ke-11 kenabian namalain kira-kira setahun sebelum hijrah. “Mahasuci (Allah), nan telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsha nan telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami” (QS al-Isra: 1).
Dari Makkah, Rasulullah SAW menaiki al-Buraq dengan diiringi Malaikat Jibril, ke al-Quds. Selanjutnya, dari Masjid al-Aqsha beliau naik ke Sidratul Muntaha untuk menyaksikan beragam kekuasaan Allah dan menerima perintah shalat lima waktu. Dari langit ketujuh, beliau kembali lagi ke Makkah. Semua perjalanan itu ditempuhnya, secara jasmani sekaligus rohani, hanya dalam satu malam.
Secara kebahasaan, nama al-aqsha berfaedah ‘yang paling jauh.’ Tolok ukur jauhnya adalah posisi dari Makkah sehingga Masjidil Haram seolah-olah merupakan masjid terdekat, sedangkan masjid di al-Quds itu “terjauh” letaknya. Siapa nan pertama kali menamakannya? Hanya Allah nan mengetahui. Bagaimanapun, Dia menggunakan nama tersebut dalam firman-Nya, antara lain al-Isra ayat 1.
Secara geografis, Masjid al-Aqsha terletak di Kota al-Quds namalain Baitul Maqdis, Palestina—yang sekarang dijajah zionis-Israel. Lokasi persisnya berada di atas dataran tinggi Murayya namalain kerap disebut Gunung Baitul Maqdis. Sebutan tersebut hanya bertindak bagi Muslimin. Orang-orang Yahudi menamakannya Gunung Haikal. Karena itu, kaum nan mengeklaim sebagai umat Nabi Sulaiman AS tersebut mendambakan berdirinya Haikal Sulaiman di atasnya.