Mengenal Partus Prematurus Imminens, Persalinan Prematur Yang Mengancam

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Partus prematurus imminens (PPI) adalah istilah medis nan merujuk pada ancaman persalinan prematur. Agar lebih memahaminya, yuk kita telaah apa saja tanda-tanda nan kudu diwaspadai dan langkah pertama nan perlu dilakukan jika PPI terjadi.

Yuk Bunda kenali lebih dalam tentang PPI, mulai dari gejala, penyebab, hingga langkah pencegahannya, agar Bunda semakin siap menjaga kesehatan diri dan Si Kecil.

Apa itu partus prematurus imminens (PPI)?

Partus prematurus imminens adalah kondisi saat persalinan prematur sudah sangat dekat dan susah dicegah. Ini artinya, bayi mau lahir sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu. 

Sementara itu, penyedia jasa kesehatan menganggap kehamilan cukup bulan saat persalinan terjadi pada usia 39 minggu namalain lebih. Penelitian menunjukkan bahwa bayi nan lahir setelah 39 minggu condong tidak menghabiskan waktu di unit perawatan intensif neonatal (NICU).

Dilansir dari Cleveland, kelahiran prematur namalain awal dapat menimbulkan akibat kesehatan serius bagi bayi nan baru lahir. Itu lantaran banyak organ seperti otak, paru-paru, dan hati, tetap tumbuh dan berkembang pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Bayi prematur mungkin mengalami kesulitan untuk tetap hangat namalain menyusu dan mungkin berisiko mengalami keterlambatan perkembangan di kemudian hari.

Dikutip dari laman resmi WHO, diperkirakan 13,4 juta bayi lahir prematur pada 2020, dengan nyaris 1 juta meninggal lantaran komplikasi prematur, menurut laporan baru nan dirilis oleh badan-badan dan mitra Perserikatan Bangsa-Bangsa hari ini. Ini setara dengan sekitar 1 dari 10 bayi nan lahir prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) di seluruh dunia.

Selama satu dekade, tindakan untuk kelahiran prematur, nan diproduksi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) berdampingan dengan PMNCH, aliansi terbesar di bumi untuk perempuan, anak-anak, dan remaja, membunyikan sirine tentang 'keadaan darurat nan tidak terlihat' dari kelahiran prematur.

Kelahiran prematur menjadi kasus nan telah lama tidak diakui dalam skala dan tingkat keparahannya nan menghalang kemajuan dalam meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup anak-anak.

Laporan tersebut mencakup perkiraan terbaru dari WHO dan UNICEF, nan disiapkan dengan Sekolah Higiene dan Kedokteran Tropis London, tentang prevalensi kelahiran prematur. Secara keseluruhan, laporan ini menemukan bahwa tingkat kelahiran prematur tidak berubah di wilayah mana pun di bumi dalam dasawarsa terakhir, dengan 152 juta bayi rentan lahir terlalu sigap dari tahun 2010 hingga 2020.

Kelahiran prematur sekarang menjadi penyebab utama kematian anak, nan mencakup lebih dari 1 dari 5 kematian anak nan terjadi sebelum ulang tahun ke-5 mereka. Penyintas prematur dapat menghadapi akibat kesehatan seumur hidup, dengan kemungkinan lebih besar mengalami kecacatan dan keterlambatan perkembangan.

Prof. Joy Lawn dari London School of Hygiene & Tropical Medicine melalui studi Born Too Soon: Decade of Action on Preterm Birth (2023) dan Born Too Soon (2012) melaporkan bahwa ratusan juta bayi nan lahir terlalu cepat. Hal itu menjadi ancaman bagi kemajuan bumi kesehatan di sebuah negara.

"Laporan baru ini menunjukkan bahwa biaya tidak bertindak selama dasawarsa terakhir adalah 152 juta bayi nan lahir terlalu cepat. Sementara beberapa wilayah lebih terpengaruh, kelahiran prematur menakut-nakuti kemajuan kesehatan di setiap negara. Investasi nan lebih besar dalam perawatan bayi baru lahir nan rentan dapat menyelamatkan jutaan family dari patah hati. Lebih banyak pekerjaan juga diperlukan untuk mencegah kelahiran prematur, nan juga bakal meningkatkan kemajuan dalam mengurangi kelahiran meninggal dan kematian ibu,” kata Lawn.

Sementara itu, di Indonesia sendiri, berasas Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi nomor kelahiran prematur di Indonesia tahun 2018 sebanyak 29,5 persen per 1.000 kelahiran hidup.

Dikutip dari laman resmi Kemenkes, Indonesia berada pada posisi ke-5 tertinggi di bumi untuk persalinan prematur, adalah sekitar 657.700 kasus. Riset Kesehatan Dasar 2018 juga menjabarkan bahwa saat bayi prematur lahir selalu diikuti dengan berat badan lahir rendah. Adapun prevalensi bayi prematur di Indonesia di nomor 7 hingga 14 persen dari total kelahiran, padahal di di beberapa negara hanya 5 hingga 9 persen.

Menurut Aldiano Rachmantiawan dan Rodiani dalam Jurnal Penelitian Perawat Profesional tahun 2022, terdapat beragam aspek akibat persalinan prematur nan telah dilaporkan, termasuk penyakit ibu selama kehamilan, kehamilan ganda, stres, kelainan plasenta, nutrisi, medis, dan infeksi.

Secara epidemiologis, kelahiran prematur dikaitkan dengan status sosial ekonomi, anomali uterus, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, riwayat abortus, merokok, ras, dan usia ibu nan cukup berisiko yaitu, usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Ciri-ciri indikasi partus prematurus imminens (PPI)

1. Kontraksi rahim nan teratur

  • Kontraksi terjadi lebih sering dan terasa berbeda dari kontraksi Braxton Hicks (kontraksi palsu).
  • Rasanya seperti kram menstruasi nan datang secara teratur dan semakin kuat.

2. Nyeri di Punggung Bawah

  • Rasa nyeri nan konstan di punggung bagian bawah.
  • Biasanya lebih intens dari rasa pegal biasa.

3. Tekanan pada panggul

  • Bunda mungkin merasa ada tekanan berat di panggul namalain perut bagian bawah.
  • Rasanya seperti janin 'turun' ke bawah lebih awal.

4. Perubahan cairan vagina

  • Keluar cairan nan lebih banyak dari biasanya.
  • Cairan bisa bening, kekuningan, namalain bercampur darah (bercak darah).
  • Jika cairan nan keluar seperti air ketuban (pecah ketuban), segera cari support medis.

5. Perubahan serviks

Saat diperiksa dokter, serviks mungkin mulai melunak, memendek, namalain terbuka lebih awal.

6. Kram namalain nyeri perut

  • Kram perut bawah nan menyerupai nyeri menstruasi.
  • Kadang disertai rasa mual namalain tidak nyaman di perut.

7. Peningkatan tekanan pada usus

Sensasi seperti mau buang air besar nan terus-menerus.

Penyebab partus prematurus imminens (PPI) pada kehamilan

1. Infeksi pada tubuh ibu

Infeksi adalah salah satu penyebab utama PPI. Misalnya, jangkitan saluran kemih (ISK) namalain jangkitan pada kantung ketuban bisa memicu kontraksi rahim lebih awal. Infeksi ini sering kali tidak menunjukkan indikasi nan jelas, jadi krusial bagi Bunda untuk rutin memeriksakan kesehatan selama kehamilan.

2. Ketuban pecah dini

Ketuban pecah sebelum waktunya bisa menyebabkan cairan ketuban berkurang, sehingga rahim lebih rentan terhadap kontraksi. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah persalinan prematur.

3. Masalah pada plasenta

Gangguan seperti plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir) namalain abrupsi plasenta (plasenta terlepas sebagian dari tembok rahim) dapat meningkatkan akibat PPI. Kedua kondisi ini biasanya disertai dengan perdarahan nan perlu diwaspadai.

4. Kehamilan dobel namalain janin besar

Bunda nan mengandung kembar namalain mempunyai janin dengan ukuran besar lebih rentan mengalami tekanan di rahim, nan bisa memicu kontraksi lebih awal. Kondisi ini juga meningkatkan akibat ketuban pecah dini.

5. Stres corak dan emosional

Stres berat, baik secara corak maupun emosional, dapat memengaruhi hormon dalam tubuh dan memicu kontraksi rahim sebelum waktunya. Jangan lupa untuk memberikan tubuh Bunda waktu rehat nan cukup, ya!

6. Riwayat persalinan prematur sebelumnya

Jika Bunda pernah melahirkan prematur di kehamilan sebelumnya, risikonya bisa meningkat di kehamilan berikutnya. Konsultasikan perihal ini dengan master agar Bunda mendapatkan perawatan nan lebih intensif.

7. Gaya hidup tidak sehat

Merokok, konsumsi alkohol, namalain kekurangan nutrisi dapat melemahkan kondisi tubuh selama kehamilan. Ini juga bisa memengaruhi kesehatan rahim dan memicu persalinan prematur. Pastikan Bunda mengonsumsi makanan bergizi dan menjalani pola hidup sehat, ya.

Dampak partus prematurus imminens (PPI) pada ibu dan janin

1. Dampak PPI pada ibu

  • Kelelahan corak dan emosional

Kontraksi nan datang lebih awal dapat menyebabkan kelelahan corak lantaran tubuh bekerja lebih keras dari biasanya. Selain itu, stres dan kekhawatiran tentang kondisi kehamilan bisa memengaruhi kesehatan mental Bunda.

  • Risiko infeksi

Ketuban pecah awal nan sering terjadi pada PPI meningkatkan akibat infeksi, baik pada rahim maupun saluran reproduksi. Infeksi ini juga bisa menyebar ke janin jika tidak segera ditangani.

  • Perdarahan

Masalah pada plasenta, seperti plasenta previa namalain abrupsi plasenta, sering kali menyertai PPI. Ini dapat menyebabkan perdarahan luar biasa nan membahayakan kesehatan Bunda.

Komplikasi pasca persalinan

Jika persalinan tidak dapat ditunda, Bunda mungkin menghadapi pemulihan nan lebih berat, terutama jika kondisi tubuh belum sepenuhnya siap untuk melahirkan.

Dampak PPI pada janin

1. Prematuritas

Janin nan lahir sebelum 37 minggu berisiko mengalami beragam masalah kesehatan lantaran organ-organ tubuhnya belum matang sepenuhnya. Salah satu organ nan paling terpengaruh adalah paru-paru, nan bisa menyebabkan kesulitan bernapas (respiratory distress syndrome).

2. Berat badan lahir rendah (BBLR)

Bayi nan lahir prematur condong mempunyai berat badan lahir rendah (< 2.500 gram), nan dapat memengaruhi perkembangan corak dan metabolisme.

3. Risiko infeksi

Janin nan lahir prematur lebih rentan terhadap jangkitan lantaran sistem kekebalannya belum berkembang sepenuhnya.

4. Gangguan perkembangan jangka panjang

Dalam beberapa kasus, bayi prematur dapat mengalami gangguan perkembangan motorik, kognitif, namalain penglihatan dan pendengaran akibat kelahiran terlalu dini.

5. Gangguan neurologis

Bayi prematur berisiko mengalami gangguan perkembangan otak, seperti perdarahan intrakranial namalain gangguan kegunaan kognitif jangka panjang.

6. Kesulitan mengatur suhu tubuh

Karena lapisan lemak tubuh belum terbentuk sempurna, bayi prematur sering kesulitan menjaga suhu tubuh dan memerlukan inkubator.

7. Masalah pencernaan

Kondisi seperti necrotizing enterocolitis (NEC), adalah jangkitan serius pada usus, lebih sering terjadi pada bayi prematur.

8. Risiko kematian neonatal

Bayi nan lahir sangat prematur (< 28 minggu) mempunyai akibat kematian nan lebih tinggi dibandingkan bayi nan lahir cukup bulan.

Cara mengatasi partus prematurus imminens (PPI)

Partus prematurus imminens (PPI), namalain ancaman persalinan prematur, memang menjadi salah satu tantangan dalam kehamilan. Tapi tenang, dengan penanganan nan tepat, kondisi ini bisa dikontrol sehingga kehamilan Bunda tetap sehat hingga waktunya Si Kecil lahir.

1. Segera cari support medis

Jika Bunda merasakan tanda-tanda PPI, seperti kontraksi teratur, nyeri punggung nan tak biasa, namalain keluarnya cairan dari vagina, segera hubungi master namalain bidan. Jangan menunda, ya, Bunda, lantaran penanganan lebih sigap dapat mencegah persalinan prematur.

2. Pemberian obat penahan kontraksi

Dokter mungkin bakal memberikan obat tokolitik, nan berfaedah untuk menekan kontraksi rahim. Obat ini membantu memperpanjang kehamilan, sehingga memberikan waktu tambahan bagi janin untuk berkembang.

3. Pematangan paru-paru janin

Jika usia kehamilan tetap terlalu awal dan persalinan susah ditunda, master biasanya bakal memberikan suntikan kortikosteroid. Obat ini membantu mempercepat pematangan paru-paru janin sehingga bayi bisa bernapas lebih baik jika kudu lahir lebih awal.

4. Istirahat total

Istirahat total namalain bed rest sering dianjurkan untuk Bunda dengan PPI. Tujuannya adalah mengurangi tekanan pada rahim dan meminimalkan akibat kontraksi nan semakin intens. Hindari aktivitas berat, stres, namalain terlalu lama berdiri.

5. Pengawasan di rumah sakit

Dalam beberapa kasus, Bunda mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk pemantauan ketat. Ini krusial untuk memastikan kondisi rahim, serviks, dan janin tetap stabil, serta memberikan penanganan sigap jika ada perubahan.

6. Pengelolaan stres

Stres bisa memicu kontraksi rahim, lho, Bunda! Jadi, krusial untuk menjaga pikiran tetap tenang. Cobalah latihan pernapasan, mendengarkan musik nan menenangkan, namalain berbincang dengan orang terdekat untuk mengurangi kecemasan.

7. Asupan nutrisi nan tepat

Makan makanan bergizi membantu menjaga kekuatan tubuh dan kesehatan janin. Pastikan asupan protein, unsur besi, dan kalsium tercukupi. Jangan lupa untuk tetap terhidrasi dengan cukup minum air putih, ya!

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027