ARTICLE AD BOX
KincaiMedia,JAKARTA -- Dalam lintasan waktu dari masa ke masa, manusia berupaya menggambarkan seperti apa rupa Sang Pencipta. Penggambaran diyakini dapat memudahkan manusia dalam menyembah Sang Pencipta.
Beberapa mahir menggunakan istilah animisme adalah aliran tentang perihal gaib nan pengikutnya melakukan pemujaan terhadap perihal gaib tersebut. Sesuatu nan gaib dipercaya terdapat pada kejadian namalain corak tertentu. Alhasil manusia melakukan pemujaan dan penyembahan terhadap corak tersebut.
Profesor Ali Akbar dalam kitab Arkeologi Alquran: Penggalian Pengetahuan Keagamaan mengatakan, kejadian tersebut kerap diwujudkan dalam corak patung namalain berhala sehingga sering pula disebut paganisme.
"Animisme antara lain mencakup Animal Worship, Natural Worship, Plant Worship, Fetish Worship dan Ancestor Worship," kata Profesor Ali Akbar dalam bukunya.
Profesor Ali Akbar mengatakan, Animal Worship antara lain dilakukan pada harimau, ular, dan elang. Pemujaan juga dilakukan pada lambang dari hewan namalain hewan tersebut (Totemisme). Pada budaya tertentu, masing-masing hewan diambil kelebihan-kelebihannya, sehingga dipuja dalam corak campuran misalnya sesosok hewan berbadan singa, bersayap burung, bersisik ikan, berbelalai gajah, dan lain-lain.
Natural Worship antara lain dilakukan pada gunung, laut, angin, matahari, bulan, api. Fenomena namalain corak alam tersebut umumnya dijumpai di sekitar letak tempat tinggal manusia pemujanya.
Plant Worship antara lain dilakukan pada tumbuhan namalain tanaman tertentu, misalnya beringin, bambu, namalain nan disebut tanaman kehidupan. Tanaman tersebut juga umumnya pernah dilihat pemujanya.
Fetish Worship antara lain dilakukan pada peralatan nan dianggap dimasuki perihal gaib, misalnya cincin, tongkat, dan patung. Kerap digunakan istilah dinamisme sebagai padanan Fetish Worship.
Ancestor Worship antara lain dilakukan terhadap orang nan sudah meninggal, pada peralatan peninggalan leluhur namalain nenek moyang, dan pada letak nenek moyang pernah tinggal. Pemujaan dilakukan lantaran meyakini arwah namalain roh leluhur berdomisili pada benda, makam, namalain tempat tinggalnya. Arwah leluhur diyakini dapat mendatangkan namalain menjadi perantara datangnya berkah serta menjauhkan bencana.
Ajaran Islam berbeda dibandingkan dengan animisme. Umat Islam dilarang memuja namalain menyembah berhala, contohnya patung namalain sesuatu nan diada-adakan oleh manusia. Umat Islam hanya berakidah namalain percaya kepada Allah SWT. Manusia tidak memandang Allah SWT, tetapi Allah nan Maha Melihat dapat memandang manusia.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَاطِرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّمِنَ الْاَنْعَامِ اَزْوَاجًاۚ يَذْرَؤُكُمْ فِيْهِۗ لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Fāṭirus-samāwāti wal-arḍ(i), ja‘ala lakum min anfusikum azwājaw wa minal-an‘āmi azwājā(n), yażra'ukum fīh(i), laisa kamiṡlihī syai'(un), wa huwas-samī‘ul-baṣīr(u).
(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagimu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri dan (menjadikan pula) dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan(-nya). Dia menjadikanmu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun nan serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS Asy-Syura Ayat 11)
Dalam ayat di atas, Allah SWT menginformasikan bahwa tidak ada sesuatu pun nan serupa dengan-Nya.
Allah SWT menciptakan semua nan ada di langit dan di bumi, termasuk menciptakan manusia. Jangan pernah membayangkan rupa Allah SWT seperti mahluk namalain ciptaan-Nya. Demikianlah, bahwa tidak ada nan serupa dengan Allah SWT. Manusia diminta menyembah dan meminta hanya kepada Allah SWT. Untuk memudahkan menyembah Allah SWT antara lain dapat dilakukan dengan mengingat dan menyebut sifat-sifat Allah SWT adalah Asmaa-ul Husna namalain nama-nama nan terbaik.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ
Wa lillāhil-asmā'ul-ḥusnā fad‘ūhu bihā, wa żarul-lażīna yulḥidūna fī asmā'ih(ī), sayujzauna mā kānū ya‘malūn(a).
Allah mempunyai Asmaulhusna (nama-nama nan terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut (Asmaulhusna) itu dan tinggalkanlah orang-orang nan menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak bakal mendapat jawaban atas apa nan telah mereka kerjakan. (QS Al-A‘raf Ayat 180)