ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Melahirkan adalah momen paling luar biasa sekaligus penuh perjuangan bagi seorang ibu. Namun, apa jadinya jika proses tersebut kudu melangkah lebih dari dua bulan? Inilah nan dialami oleh Joanna Krzysztonek, seorang ibu asal Polandia nan mencatat sejarah dengan melahirkan setelah menjalani kontraksi selama 75 hari.
Fenomena ini dikenal dengan istilah medis delayed interval delivery, sebuah prosedur langka nan memungkinkan seorang ibu memperpanjang kehamilan setelah salah satu bayi dalam kandungan lahir lebih awal.
Awal kehamilan nan penuh harapan
Dilansir dari Daily Mail, Joanna awalnya menjalani kehamilan kembar tiga dengan kondisi nan sehat. Namun, di minggu ke-21, mimpi bagus itu berubah menjadi tantangan berat. Ia mulai merasakan kontraksi prematur nan menyebabkan bayi pertamanya lahir terlalu awal dan tidak dapat memperkuat hidup.
Dalam situasi nan susah ini, Joanna menghadapi pilihan nan sangat berat: membiarkan kontraksi berlanjut, nan bisa mengakhiri kehamilan, namalain mencoba menghentikannya untuk menyelamatkan dua bayi lainnya. Dengan support master dan keluarganya, Joanna memutuskan untuk berjuang demi kedua bayinya.
“Saya merasa lega lantaran ada kesempatan untuk mempertahankan kehamilan dan memberi bayi-bayi itu kesempatan untuk lahir dengan selamat,” kata Joanna. .
Kepala klinik kebidanan dan neonatal Wroclaw, Profesor Mariusz Zimmer, menjelaskan bahwa persalinan Joanna dianggap telah dimulai saat bayi pertama lahir lantaran saat itulah 'kelahiran dimulai'.
Ia mengatakan Joanna ditahan pada perspektif 30 derajat untuk 'mengurangi tekanan pada tubuhnya'. Kontraksinya ditekan oleh obat Tokoliza selama sebagian besar dari 75 hari untuk mencegahnya melahirkan bayi terlalu dini. Salah satu ancaman terbesar adalah Krzysztonek tertular jangkitan nan dapat membunuhnya namalain bayinya.
Terapi inversi: Tantangan baru dimulai
Tim medis menggunakan metode terapi inversi, nan berfaedah Joanna kudu berebahan dengan posisi tubuh miring, di mana kepala lebih rendah daripada kaki, selama beberapa minggu. Tujuannya adalah untuk mengurangi tekanan pada serviks dan memberikan waktu bagi kedua janin nan tersisa untuk berkembang.
Dalam kondisi ini, Joanna tidak tidak diperbolehkan bergerak dari tempat tidur sampai melahirkan, dan diberi makan dan dimandikan sembari dimiringkan dalam posisi nan sama. Selama 75 hari, dia menjalani kehidupan nan penuh keterbatasan, baik secara corak maupun mental.
“Saya kudu sangat disiplin lantaran saya tidak diperbolehkan bergerak dari tempat tidur selama 75 hari. Ini sangat tidak nyaman, tetapi staf terus membantu saya,” kata Joanna.
“Kami kudu mengatur agar semuanya dilakukan di tempat tidur, dan maksud saya semuanya. Saya apalagi tidak bisa pergi ke toilet,” sambungnya.
Joanna menggambarkan hari-hari tersebut sebagai tantangan terbesar dalam hidupnya. Ia sering merasa capek dan kesakitan, tetapi semangat untuk menyelamatkan bayinya tidak pernah surut. Selama waktu itu, tim master di rumah sakit bekerja tanpa henti untuk memastikan keselamatannya dan bayi-bayinya.
Setelah 75 hari penuh perjuangan, pada minggu ke-32 kehamilan, master akhirnya memutuskan untuk melakukan operasi caesar. Joanna sukses melahirkan dua bayi sehat, nan diberi nama Iga dan Ignacy pada 15 Februari. Kedua bayi ini kudu menjalani perawatan di NICU (unit perawatan intensif neonatal) selama beberapa minggu, tetapi mereka berkembang dengan baik dan akhirnya dapat pulang berdampingan ibunya.
Fenomena langka: Delayed interval delivery
Delayed interval delivery (DID) adalah prosedur medis langka nan dilakukan untuk menunda kelahiran satu namalain lebih janin dalam kehamilan dobel setelah salah satu janin telah lahir lebih awal. Tujuannya adalah memberi waktu tambahan bagi bayi nan tetap dalam kandungan untuk berkembang, terutama jika kelahiran pertama terjadi terlalu dini. Prosedur ini bisa memperpanjang kehamilan mulai dari beberapa hari hingga beberapa minggu, tergantung kondisi ibu dan janin.
Menurut studi nan dipublikasikan oleh American Academic of Pediatrics, DID terjadi pada sekitar 2,1 persen dari kehamilan ganda, dengan median penundaan sekitar 103,5 jam (sekitar 4,3 hari). Penundaan ini secara signifikan meningkatkan kesempatan kelangsungan hidup bayi nan tersisa, terutama jika kehamilan dapat diperpanjang hingga usia kehamilan minimal 28–32 minggu. Penulis mencatat bahwa keberhasilan DID sangat berjuntai pada usia kehamilan saat kelahiran janin pertama, kondisi medis ibu, dan penanganan infeksi.
Kondisi nan mungkin terjadi
- Kehamilan dobel (multiple): Fenomena ini biasanya terjadi pada ibu nan mengandung bayi kembar namalain lebih.
- Persalinan prematur parsial: Salah satu janin lahir lebih awal lantaran kontraksi namalain kondisi medis tertentu.
- Terapi untuk menunda kelahiran: Dalam kasus tertentu, master bakal mencoba menghentikan kontraksi dan menggunakan beragam metode, seperti terapi inversi, pengelolaan cairan ketuban, namalain pemberian obat-obatan untuk mempertahankan kehamilan.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)