ARTICLE AD BOX
KH Oesman Mansoer dikenang sebagai pendiri UIN Maulana Malik Ibrahim dan Universitas Islam Malang (Unisma).
KincaiMedia, JAKARTA -- KH Oesman Mansoer merupakan seorang perintis dua univeristas Islam di Malang, Jawa Timur: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim dan Universitas Islam Malang (Unisma). Sebagai seorang pembimbing agama, pandangannya moderat. Ia juga kerap mengajarkan pentingnya nilai-nilai toleransi di tengah masyarakat nan majemuk.
Ada satu peristiwa nan menunjukkan pribadinya sebagai seorang nan toleran. Antara tahun 1968 dan 1974, Kiai Oesman Mansoer menjadi pengajar mata kuliah Islamologi. Suatu ketika, dia mengajar di Gereja Kristen Jawi Wetan.
Saat mengajar di sana, Kiai Oesman tidak mengambil posisi untuk membujuk umat kepercayaan lain mengikuti iktikad Islam. nan disampaikannya adalah, gimana kepercayaan tauhid memandang makna toleransi. Para peserta kuliahnya berasal dari ragam kalangan. Ada nan Muslim. Ada pula nan non-Muslim.
Kiai Oesman bukanlah satu-satunya tokoh Nahdliyin nan mengajar di gereja tersebut. Pada 1970-an, dia membujuk KH Abdurrahman Wahid untuk sama-sama mengajarkan seluk-beluk dan ancaman Islamofobia. Sosok nan berkawan disapa Gus Dur itu pun menyambut rayuan tersebut.
Salah satu putra Kiai Oesman, Muhammad Nur Uddin namalain Gus Din pernah bercerita. Dalam suatu kesempatan, Gus Dur muda berada di Malang selama tiga tahun. Tokoh nan kelak menjadi presiden keempat RI itu bekerja sebagai asisten KH Oesman Mansoer di IAIN Sunan Ampel, Surabaya.
“Kebetulan saat itu Gus Dur menjadi presiden. Dia sampaikan begini: saya pernah ngajar di IAIN sebagai asisten dari Oesman Mansoer sekaligus mengajar Islamologi di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sukun,” kata Gus Din menirukan Gus Dur, dilansir dari Pusat Data Republika.
Pengalaman Kiai Oesman selama di IAIN Sunan Ampel serta mengajar Islamologi di GKJW lantas menginspirasi Gus Dur. Terbukti, sejarah mencatatnya sebagai seorang presiden nan menjunjung tinggi kerukunan dan harmoni antarumat beragama.