Kisah Bani Israil Diazab Menjadi Kera

Sedang Trending 6 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

KincaiMedia, JAKARTA -- Khusus pada hari Sabtu, seluruh Bani Israil tidak boleh bekerja namalain mencari nafkah, seperti halnya rutinitas hari-hari biasa. Untuk mereka, Allah telah mewajibkan bahwa Sabtu digunakan sebagai hari ibadah. Mulai dari awal hingga akhir hari Sabtu, mereka wajib menghabiskan waktu hanya untuk menyembah Allah, bersyukur, dan berzikir mengingat-Nya.

Penduduk Desa Iylat sudah mengetahui norma tentang hari Sabtu itu. Bagaimanapun, mereka merasa ogah-ogahan untuk melaksanakannya. Bagi mereka, untuk apa seharian berakidah jika memang ada kesempatan untuk bekerja? Sehari-hari, umumnya masyarakat setempat berprofesi sebagai nelayan. Kemampuan orang-orang itu dalam menjala dan menangkap ikan tak perlu diragukan lagi.

Allah berkemauan untuk menguji kaum Bani Israil tersebut. Atas kehendak-Nya, ikan-ikan ramai berkumpul di dekat permukaan Teluk Aqabah pada hari Sabtu. Sementara, dalam lima hari selain Sabtu, hewan tersebut seakan-akan lenyap namalain berlindung jauh di kedalaman.

Awalnya, kebanyakan masyarakat Iylat menganggap kejadian itu hanya kebetulan belaka. Namun, dari pekan ke pekan mereka merasakan kejanggalan. Seolah-olah, ikan-ikan di Teluk Aqabah tahu bahwa Sabtu adalah hari nan di dalamnya para nelayan tidakhadir berburu. Sepanjang Senin hingga Kamis, para nelayan Iylat condong kesulitan untuk mendapatkan ikan nan banyak, sesuai harapan. Bahkan, tiap menjelang mentari terbenam pada hari Jumat, ikan-ikan di perairan itu seakan-akan bermain petak umpet. Tepat ketika surya tenggelam dan Sabtu malam tiba, hewan akuatik itu tampak ramai muncul ke permukaan.

Menghadapi “godaan” tersebut, beberapa masyarakat desa menahan diri dan memilih menjalankan perintah Allah. Sementara, sebagian besar lain terpikat bisikan perutnya dan berpikir, gimana langkah mendapatkan ikan di hari terlarang. Ada pula beberapa masyarakat lain hanya berdiam diri dalam kegalauan tak melakukan apa pun.

Alhasil, masyarakat Iylat terbagi menjadi tiga golongan. Ada nan mematuhi norma tentang hari Sabtu dengan terus konsentrasi beribadah, tidak sedikitpun terpikir untuk bekerja. Ada nan sebaliknya. Mereka ini terus berupaya mengakali norma agar ikan-ikan nan ramai pada hari Sabtu bisa masuk ke jala masing-masing. Kelompok ketiga tidak berupaya melanggar hari Sabtu, tetapi bersikap masa tolol terhadap nelayan-nelayan nan “nakal.”

Seorang tokoh dari golongan kedua suatu hari berkata, “Sesungguhnya kita hanya dilarang untuk menangkap ikan pada hari Sabtu. Karena itu, marilah kita membikin kolam perangkap pada hari sebelum Sabtu agar ikan-ikan itu terperangkap di dalamnya. Nah, lewat hari Sabtu, kita bisa menjaringnya!”

Sepakat, mereka pun beramai-ramai menuju tepi pantai pada Jumat sore. Rencana dijalankan. Pada hari Ahad, para nelayan Yahudi itu mendapati kolam perangkap nan mereka buat telah berisi penuh ikan. “Kita mematuhi perintah Allah lantaran tidak menangkap ikan pada hari Sabtu, tetapi Ahad!” teriak seorang masyarakat girang.

Melihat tingkah licik para pembangkang, beberapa masyarakat nan terdiri dari ustadz Yahudi dan orang saleh pun geram. Mereka pun menasihati para pelanggar hari Sabtu untuk bertobat dan kembali mematuhi perintah Allah.

Namun, nasihatnya bukan hanya ditentang oleh para pelanggar. Beberapa masyarakat nan sebelumya bersikap masa bodoh, justru mulai vokal menentang ustadz tersebut. Akhirnya, orang berilmu ini berdampingan dengan para pengikutnya memilih untuk hijrah, meninggalkan desa. Sebabnya takut bakal turunnya jawaban Allah bagi pelanggar syariat.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027