ARTICLE AD BOX
Presiden Donald Trump kembali mengumumkan penerapan tarif impor terhadap Kanada dan Meksiko, nan dijadwalkan mulai bertindak pada Maret 2025.
Kebijakan ini mengakhiri penangguhan sementara nan sebelumnya diterapkan selama satu bulan. Keputusan ini menimbulkan kekhawatiran terhadap inflasi serta ketidakpastian ekonomi global, nan berakibat langsung pada pasar keuangan, termasuk Bitcoin.
Keputusan ini memicu reaksi keras dari beragam pihak, terutama pelaku pasar nan resah terhadap pengaruh jangka panjangnya terhadap ekonomi dan kebijakan moneter.
Dalam beberapa jam setelah pengumuman, pasar finansial mengalami volatilitas tinggi, dengan tekanan jual nan signifikan di beragam sektor, termasuk aset digital.
Dampak Kebijakan Tarif Baru Trump terhadap Perekonomian
Trump menegaskan bahwa tarif impor terhadap Kanada dan Meksiko bakal tetap diberlakukan sesuai jadwal, dengan besaran bea masuk sebesar 25% untuk beragam produk, seperti kendaraan, suku cadang otomotif, dan hasil pertanian.

Selain itu, pemerintah AS juga menetapkan tarif tambahan sebesar 10% terhadap sumber daya daya nan diimpor dari Kanada.
Menurut Trump, kebijakan ini bermaksud melindungi industri dalam negeri serta menciptakan lebih banyak lapangan kerja di Amerika Serikat. Ia juga menyatakan bahwa tarif tersebut bakal membantu mengurangi defisit anggaran federal.
Namun, banyak analis ekonomi nan menilai bahwa langkah ini justru dapat memperburuk tekanan inflasi, mengingat tingginya ketergantungan AS terhadap impor dari kedua negara tersebut.
Ketegangan antara AS dan mitra dagangnya di Amerika Utara semakin meningkat. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, dan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, sebelumnya telah melakukan negosiasi dengan pemerintah AS untuk menunda penerapan tarif ini, tetapi upaya tersebut tampaknya tidak membuahkan hasil.
Kedua negara sekarang mempertimbangkan kebijakan jawaban nan dapat memperburuk situasi perdagangan di kawasan.
Langkah ini juga menambah ketidakpastian di pasar global. Investor mulai mengantisipasi potensi akibat dari kebijakan ini terhadap inflasi dan kebijakan moneter The Fed.
Jika inflasi meningkat akibat kenaikan nilai peralatan impor, The Fed kemungkinan besar bakal mempertahankan suku kembang tinggi lebih lama, nan dapat memperburuk kondisi ekonomi dan likuiditas pasar.
Bitcoin Tertekan Akibat Ketidakpastian Ekonomi
Pengumuman kebijakan tarif ini segera berakibat pada pasar keuangan, termasuk Bitcoin. Harga Bitcoin mengalami tekanan jual nan tajam, turun dari $95.000 ke wilayah nilai terendah saat ini di sekitar $91.000 dalam waktu hanya 24 jam.
Grafik Harian BTCUSD

Pergerakan ini merupakan salah satu koreksi terbesar dalam beberapa pekan terakhir, mencerminkan meningkatnya kekhawatiran penanammodal terhadap inflasi serta akibat kebijakan perdagangan terhadap perekonomian secara keseluruhan.
Kemungkinan besar dengan koreksi ini, bakal tercipta area konsolidasi bsru untuk Bitcoin adalah di antara $91,000 dan $95,000, selain tekanan jual dan sentimen negatif mulai berkurang.
Tekanan jual saat ini tidak hanya terjadi di pasar spot, tetapi juga di pasar derivatif. Berdasarkan info Coinglass, total posisi leverage nan terlikuidasi dalam 24 jam terakhir mencapai sekitar $950 juta, dengan Bitcoin menyumbang sekitar $185 juta dari total likuidasi tersebut.
Kondisi ini menunjukkan gimana sentimen pasar dapat berubah drastis dalam waktu singkat ketika menghadapi aspek makroekonomi nan tidak terduga.
Selain itu, pergerakan nilai Bitcoin juga mencerminkan respons penanammodal terhadap ekspektasi kebijakan moneter.
Jika inflasi kembali meningkat akibat kebijakan tarif ini, The Fed dapat mempertahankan suku kembang lebih tinggi dalam jangka waktu nan lebih lama. Kondisi ini dapat mengurangi minat penanammodal terhadap aset berisiko, termasuk Bitcoin.
Meskipun Bitcoin sering dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi, kondisi pasar saat ini menunjukkan bahwa korelasinya dengan kebijakan moneter tetap kuat.
Dalam beberapa bulan terakhir, Bitcoin condong bergerak sejalan dengan ekspektasi suku kembang The Fed, nan berfaedah bahwa keputusan mengenai kebijakan ekonomi AS bakal terus menjadi aspek utama dalam menentukan arah pasar.
Sejumlah analis memperingatkan bahwa volatilitas ini dapat terus bersambung dalam beberapa pekan mendatang, terutama menjelang penerapan tarif pada awal Maret. Jika pasar memandang akibat inflasi nan lebih besar dari perkiraan, tekanan jual terhadap Bitcoin dapat semakin meningkat.
Sebaliknya, jika ada indikasi bahwa tarif ini tidak berakibat besar terhadap inflasi, pasar dapat mulai pulih secara bertahap.
Kesimpulan
Penerapan tarif baru nan diumumkan oleh Trump menimbulkan ketidakpastian nan berakibat luas terhadap pasar keuangan, termasuk Bitcoin.
Harga Bitcoin mengalami tekanan jual nan signifikan, sementara gelombang likuidasi besar di pasar derivatif semakin memperburuk volatilitas.
Perkembangan ini menunjukkan gimana aspek eksternal, terutama kebijakan ekonomi dan perdagangan, dapat mempengaruhi nilai aset digital.
Dengan volatilitas nan meningkat dan ketidakpastian makroekonomi nan tetap tinggi, pelaku pasar diharapkan tetap waspada dan mempertimbangkan akibat nan ada sebelum mengambil keputusan investasi.
Disclaimer: Semua konten nan diterbitkan di website KincaiMedia ditujukan sarana informatif. Seluruh tulisan nan telah tayang di KincaiMedia bukan nasihat investasi namalain saran trading.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata duit kripto, senantiasa lakukan riset lantaran mata duit digital adalah aset volatil dan berisiko tinggi. KincaiMedia tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun untung anda.