ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA -- Kesabaran dan keikhlasan Nabi Muhammad SAW dalam berceramah adalah bagian dari sifat dan etika beliau nan sungguh mulia.
Suatu ketika di perspektif pasar Madinah al-Munawarah, seorang peminta-minta Yahudi buta hari demi hari seumpama ada orang nan mendekatinya, dia selalu berkata, "Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, seumpama kalian mendekatinya kalian bakal dipengaruhinya."
Setiap pagi, Nabi SAW mendatanginya dengan membawa makanan dan tanpa berbincang sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan nan dibawanya kepada peminta-minta itu walaupun peminta-minta itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang nan berjulukan Muhammad. Beliau melakukannya hingga menjelang wafat.
Setelah kewafatan Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang nan membawakan makanan setiap pagi kepada peminta-minta Yahudi buta itu. Suatu hari, Abu Bakar ash-Shiddiq RA berjamu ke rumah anaknya, Aisyah RA, beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku, adakah sunnah kekasihku nan belum saya kerjakan?"
"Wahai Ayah, engkau adalah seorang mahir sunnah, nyaris tidak ada satu sunnah pun nan belum Ayah lakukan selain satu sunnah saja."
"Apakah itu?"
"Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang peminta-minta Yahudi buta nan berada di sana."
Keesokan harinya, Abu Bakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada peminta-minta itu. Abu Bakar RA mendatangi peminta-minta itu dan memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Abu Bakar RA mulai menyuapinya, si peminta-minta marah sembari berteriak, "Siapakah Anda ...?"
“Aku orang nan biasa.”
“Bukan! Engkau bukan orang nan biasa mendatangiku. Apabila dia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang nan biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya. Setelah itu, dia berikan padaku dengan mulutnya sendiri."
sumber : Hikmah Republika oleh Aji Setiawan