Kaitan Islam Dan Kesehatan Mental (bag. 2)

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Doa nan diajarkan Nabi untuk menghilangkan kesedihan dan kecemasan

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sering berdoa,

اللَّهمَّ إنِّي أعوذُ بِكَ منَ الهمِّ والحزنِ والعَجزِ والكَسلِ والبُخلِ والْجُبْنِ وضَلَعِ الدَّينِ وغلبةِ الرِّجال

ِ“Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari hamm (kecemasan), hazn (kesedihan), ketidakberdayaan, kemalasan, pelit, ketakutan, hutang nan tak bisa terbayarkan, dan ditindas oleh orang.” (HR. Bukhari no. 2893)

Memperbanyak membaca Al-Qur`an sebagai penenang jiwa

Kecemasan, kegalauan, dan kesedihan merupakan penyakit nan membikin jiwa tidak tenang. Ketika keadaan hati sedang tidak baik-baik saja, sebaiknya seorang hamba nan berakidah berupaya memulai untuk memperbanyak membaca Al-Qur`an. Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب

Donasi Website KincaiMedia

ُ“(Yaitu) orang-orang nan berakidah dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah, hati menjadi tenteram.“ (QS. Ar-Ra’du: 28)

Tingkatkan keagamaan dengan banyak belajar agama

Ketika kita mempunyai banyak persoalan dalam hidup nan membikin kita sedih maupun cemas, maka kita perlu banyak belajar tentang agama. Belajar tentang mengesakan Allah, mengenal nama dan sifat-Nya nan mulia. Dengan itu, hati bakal menjadi tenang. Ketika kita bersedih, kita percaya bahwa Allah berdampingan orang-orang nan sabar dan beriman. Kita percaya bahwa Allah bakal menggugurkan dosa kita, kita percaya bahwa Allah bakal memberi pahala nan banyak atas kesabaran kita di bumi dan disambut oleh malaikat di surga atas kesabaran kita. Dan kita bakal meyakini bahwa kesudahan nan baik hanyalah untuk orang-orang nan bertakwa. Dan berasas studi nan sudah disebutkan sebelumnya bahwa seseorang nan punya tingkat keagamaan nan tinggi, mereka mempunyai lebih sedikit indikasi depresi.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن يُرِدِ اللَّهُ به خَيْرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّين

ِ“Barangsiapa nan Allah inginkan kebaikan padanya, maka Ia bakal memahamkannya agama.” (HR. Bukhari no. 3116)

Menjauhi sifat hasad

Seorang nan hasad bakal selalu dihantui dengan kesedihan dan kecemasan. Dia bakal selalu dongkol setiap memandang kenikmatan nan Allah berikan kepada orang lain. Orang nan hasad bakal tersiksa disebabkan hasadnya tersebut, dan dia senantiasa menjadi seseorang nan bersungkawa dan cemas. Syaikh Musthafa al-‘Adawi rahimahullah di dalam Fiqhul Hasad menyebutkan kiat-kiat untuk terhindar dari hasad:

1) Tawakal kepada Allah dan mengucapkan ‘Hasbunallah wa ni’mal wakil’

2) Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

3) Meminta pertolongan kepada Allah dari keburukan hasad dan pelakunya

4) Tidak mengabarkan kepada orang nan hasad tentang nikmat nan Allah berikan kepadanya

5) Menyibukkan hati agar lalai dengan hasad

6) Menerima Allah dan tulus kepada-Nya

7) Bersabar atas orang nan hasad

8) Berbuat baik kepada orang nan hasad

9) Memperbanyak tobat dari dosa-dosa nan itu bakal membikin musuh berkuasa atas kita

10) Orang nan dihasadi mandi dari air jejak wudhu namalain jejak mandi orang nan hasad padanya

11) Ruqyah

12) Memperbaiki tauhid

Memperbanyak tobat dan memohon maaf kepada Allah

Terdapat studi literatur nan menunjukkan relevansi tobat dan kesehatan mental. Dalam Islam, sehatnya mental adalah hasil dari proses penyucian jiwa. Seseorang nan mentalnya sehat adalah mereka nan jiwanya bersih. Dalam Islam, hubungan kesehatan mental dengan tobat tidak bisa dipisahkan, lantaran langkah-langkah untuk mencapai kesehatan mental bisa dihasilkan melalui bertobat. Tobat dan kesehatan mental berasal dari aliran agama. Jika keduanya dipadukan dengan baik, maka dapat membentuk jiwa nan sempurna, dengan kata lain bisa melahirkan manusia-manusia insan kamil. (Husniati dkk, 2023)

Seseorang nan tetap ada ketaatan dalam hatinya, ketika dia melakukan dosa, maka dia bakal diliputi dengan kekhawatiran dan kegundahan. Diriwayatkan dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يا وابصةُ ! أُخبرُك ما جئتَ تسألُ عنه ؟ قلتُ : يا رسولَ اللهِ ! أَخبِرني. قال : جئتَ تسألُ عن البِرِّ والإثمِ. قلتُ : نعم. فجمع أصابعَه الثَّلاثَ، فجعل ينكُتُ بها في صدري ويقولُ : يا وابصةُ ! استَفْتِ قلبَك، البِرُّ ما اطمأنَّت إليه النفسُ، واطمأنَّ إليه القلبُ، والإثمُ ما حاك في القلبِ، وتردَّد في الصدرِ وإن أفتاك الناسُ وأفتَوْك.

“Wahai Wabishah! Maukah Engkau kuberi tahu apa nan mau Engkau tanyakan?” Aku berkata, ’Wahai Rasulullah! Beri tahu saya!’ Beliau berkata, “Kau datang untuk bertanya tentang kebenaran dan dosa.” Aku berkata, ‘Ya.’ Lalu beliau menyatukan ketiga jarinya dan mulai menusuk dadaku dengan jari-jarinya dan berkata, “Wahai Wabishah! Mintalah fatwa pada hatimu, kebaikan itulah nan membikin jiwa menjadi tenang dan hati menjadi tenteram, dan dosalah nan menjadikan hati resah dan bimbang dalam dada, sekalipun orang-orang mengeluarkan fatwa kepadamu dan memberimu fatwa.” (Terdapat dalam Shahih at-Targhib oleh al-Albani no. 1734, derajat sabda hasan lighairihi)

[Selesai]

Kembali ke bagian 1

***

Penulis: Triani Pradinaputri

Artikel KincaiMedia

Referensi:

Al-‘Adawi, Musthafa. 1415 H. Fiqh al-Hasad. Darus Sunnah.

Husniati, Reva dkk. 2023. Relevansi Taubat dengan Kesehatan Mental dalam Islam. Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin. Vol. 3 No. 1 (Januari 2023): 93-119.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027