Jatah Usia Hanya 50 Hari, Ini Yang Dilakukan Sahabat Nabi

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

KincaiMedia, JAKARTA -- Alkisah, dulu kala Nabi Daud AS mempunyai seorang kawan karib. Sahabatnya itu dengan setia mendampingi dakwah nan dilakukan utusan Allah tersebut. Ayahanda Nabi Sulaiman AS itu pun senang lantaran mempunyai seorang pengikut nan saleh.

Namun, buletin duka kemudian menghampiri. Pada suatu ketika, Malaikat Jibril datang kepada Nabi Daud. “Wahai nabi Allah!” katanya, “sampaikan buletin ini kepada sahabatmu itu. Bahwa ajalnya bakal segera tiga. Dalam waktu 50 hari ke depan, dia bakal meninggal dunia.”

Hal itu mengejutkan Nabi Daud. Ia pun bersungkawa hati. Terbayang dalam pikirannya, sang sahabat nan selama ini mengiringinya bakal meninggal dunia. Maka dengan berat hati, nabi tersebut menyampaikan buletin dari langit itu kepada kawan dekatnya.

“Wahai sahabatku, saya sungguh tidak tega untuk memberitahukan buletin ini kepadamu. Malaikat Jibril telah datang kepadaku, dan memintaku untuk menyampaikan, ajalmu sudah dekat. Dalam 50 hari lagi, engkau bakal meninggalkan bumi nan fana ini,” kata Nabi Daud.

Mendengar keterangan itu, sang sahabat bermuram durja. Sudah bertahun-tahun dirinya hidup. Sejak mengenal sang utusan Allah, tidak sehari pun terlewatkan tanpa meningkatkan keagamaan dan ketakwaan. Kini, datanglah buletin nan mengejutkan.

Dalam beberapa hari lagi, dia bakal wafat. Betapa lekasnya waktu melesat! Begitu pikirnya. Berat baginya untuk berpisah dengan Nabi Daud. Masih banyak pengetahuan dan hikmah nan mau diperolehnya dari sang nabi.

Bagaimanapun, laki-laki itu tidak mau larut dalam duka. Ia menyadari, waktunya tinggal 50 hari lagi. Alih-alih cemas, dia dengan percaya mempersiapkan diri jelang menjemput ajal. Mulai detik itu juga, sang sahabat nabi memperbanyak amalnya. Kualitas ibadahnya pun semakin ditingkatkan.

Melihat optimisme itu, Nabi Daud turut bahagia. Dirinya pun merasa bangga lantaran mempunyai seorang sahabat nan bermental cerdas. Bukannya bersungkawa tanpa henti, laki-laki itu justru terus antusias dalam memanfaatkan setiap waktu nan tersisa demi memperbanyak bekal untuk alambaka kelak.

Tibalah hari nan ke-50 sejak datangnya buletin dari Malaikat Jibril. Sahabat itu tidak menunjukkan wajah duka. Pagi-pagi sekali, dia telah menyiapkan sajian nan beraroma lezat. Itu bukan untuk dimakannya sendirian. Rencananya, makanan itu bakal diberikannya kepada Nabi Daud sebagai tanda perpisahan.

Di tengah perjalanan, sahabat itu berhadapan dengan seorang musafir tua. Dari tampilan tubuhnya, orang tua itu tampak sangat kelaparan. Kepalanya menunduk saja, sedangkan tangannya memegang perutnya nan kempis.

Sahabat Nabi Daud ini sempat dirundung bimbang. Ia memang meletakkan iba pada kondisi musafir tersebut. Namun, makanan nan sedang dibawanya adalah hidangan perpisahan. Sajian ini telah lama dipersiapkannya unik untuk sang nabi.

Spontan saja, dia mengucapkan istighfar. “Mengapa saya kudu berpikir dua kali untuk memberi? Jelas-jelas orang fakir di hadapanku ini memerlukan pertolongan segera,” katanya membatin.

Kemudian, dia memberikan makanan nan dibawanya itu kepada si musafir. Lelaki tua itu menerimanya dengan senyum dan tangan nan bergetar. Air mata menetes membasahi pipinya.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027