Jangan Minder Dengan Identitas Sebagai Penuntut Ilmu Syar’i

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Seorang penuntut pengetahuan syar’i seringkali mendapat ujian berupa perlakuan nan kurang menyenangkan dari lingkungan sosialnya, seperti direndahkan, dianggap “sok suci” namalain “sok alim”, disebut “fanatik”, tidak didukung apalagi dijauhi oleh kawan serta keluarga, dan tetap banyak lagi. Tak jarang perlakuan nan didapatkan mengarah kepada kekerasan nan menyerang dari beragam sisi, baik corak maupun psikis. Tentunya perihal ini memberikan akibat nan cukup besar untuk mengurangi rasa percaya diri seseorang.

Esensi pengetahuan syar’i

llmu syar’i sering dipandang sebelah mata oleh orang awwam karena dianggap tidak relevan dengan kehidupan modern dan tidak menguntungkan dalam timbangan duniawi. Padahal kenyataannya tidak demikian. Menuntut pengetahuan syar’i tak hanya membuahkan untung di dunia, tetapi juga di akhirat. Hanya saja, perihal ini tidaklah dapat diketahui selain oleh orang-orang nan betul-betul mempelajari keistimewaan pengetahuan syar’i.

Ilmu syar’i adalah sarana untuk memahami beragam macam aspek dalam kehidupan bumi nan mengantarkan pemiliknya pada keselamatan di alambaka kelak. Betapa sempurnanya kepercayaan Islam ini sampai segala aspek nan manusia butuhkan dalam perkara duniawi telah diatur sedemikian rupa, baik dalam perkara nan mini maupun nan besar. Dari mulai perkara buang air mini sampai masalah rumit dalam pengaturan sebuah negara telah tersusun rapi dalam norma Islam nan mulia.

Seseorang nan malas menuntut pengetahuan syar’i akan terhalang dari banyak kebaikan, apalagi nan mengingkari keutamaannya. Bayangkan saja gimana kehidupan seseorang nan enggan dan abai untuk mengetahui perkara syariat. Bisakah dirinya memenuhi hak-hak Allah dengan baik jika tanpa ilmu? Apakah dia bisa mengetahui mana nan legal dan mana nan haram jika tanpa ilmu? Mampukah dia bermuamalah dengan baik kepada sesama makhluk jika tanpa ilmu? Tentu jawabannya “tidak”. Enggan namalain lalai dari menuntut pengetahuan sama saja seperti sengaja melupakan Allah. Maka dari jalur manakah datangnya kebaikan bagi mereka?

ولا تكونوا كالذين نسوا الله فأنساههم أنفسهم

Donasi Website KincaiMedia

“Janganlah kalian seperti orang-orang nan melupakan Allah, sehingga Allah pun membikin mereka lupa bakal diri-diri mereka sendiri.” (QS. Al-Hasyr: 19)

Berbahagialah duhai para penuntut pengetahuan syar’i, tak semua orang mendapatkan privilege hidayah dan taufik dari Allah untuk mencintai ilmu, memburu, dan mengamalkannya. Janganlah engkau merasa rendah diri hanya lantaran perkara duniawi berupa keridaan seluruh manusia nan tak dapat kau raih. Berbahagialah dengan kebaikan-kebaikan nan Allah kehendaki untukmu.

 Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين 

“Barangsiapa nan Allah kehendaki baginya kebaikan, maka Dia bakal mengartikan baginya kepercayaan (Islam).” (HR. Bukhari no. 2948 dan Muslim no. 1037)

Baca juga: Ilmu Syar’i (Ilmu Agama): Nutrisi Utama bagi Hati

Menuntut pengetahuan syar’i adalah kemuliaan

Ilmu syar’i ibaratkan sepasang mata bagi seorang nan buta, adalah dengannya seseorang dapat memandang kebenaran dengan jelas. Ilmu syar’i ibaratkan sepasang telinga bagi seorang nan tuli, adalah dengannya seseorang dapat mendengar bunyi kebenaran. Ilmu syar’i ibaratkan sebuah mulut bagi orang nan bisu, adalah dengannya seseorang dapat berbincang dengan kebenaran. Ilmu syar’i ibaratkan ruh bagi seseorang nan telah mati, adalah dengannya hiduplah jasad dan juga hati. Tanpa pengetahuan syar’i, manusia ibaratkan jasad tanpa hati, tak ada beda antara hidup dan matinya.

Sebab pengetahuan syar’i adalah purnama di tengah kegelapan malam nan menerangi jalan manusia kepada arah menuju surga dan keridaan Allah. Ilmu syar’i juga ibaratkan air nan membersihkan jiwa dan menjadikannya mulia. Tidaklah Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam meminta tambahan kepada Allah dalam perkara dunia, selain pengetahuan nan bermanfaat.

و قل ربّ زد ني علما

“Dan katakanlah (Muhammad), “Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku pengetahuan pengetahuan.” (QS. Thaha: 114)

Duhai saudariku, bersemangatlah menjadi penuntut pengetahuan sejati. Janganlah engkau merasa rendah diri dan jangan pula berkecil hati. Ilmu nan berfaedah itu bakal kekal, sedangkan perbuatan jelek dari mahkluk bakal binasa. Kemuliaanmu tidaklah berkurang hanya lantaran hinaan manusia, nilaimu tidak bakal bertambah hanya lantaran mendapatkan keridaan mereka. Apapun nan terjadi, jangan biarkan semangatmu patah. Jangan pernah berputus asa dalam menuntut pengetahuan syar’i karena begitu banyak keistimewaan nan hanya bakal diraih oleh mereka nan mau mencarinya. Janganlah engkau turuti was-was setan nan mendorongmu untuk menjauh keistimewaan dan kemuliaan nan Allah janjikan.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من سلك طريقاً يلتمِسُ فيه علماً سهّلَ الله له طريقاً إلى الجنّةِ، وإن الملائكةَ لتضَعُ أجنحتها لِطالبِ العلم رِضاً بما يصنع، وإن العالِمَ ليَسْتَغْفِرُ له من في السمواتِ ومَن في الأرضِ، حتى الحيتانُ في الماءِ، وفضلُ العالم على العابد كفضل القمرِ على سائر الكواكب، وإنّ العلماء ورثة الأنبياء، إنّ الأنبياء لم يُورِّثُوا ديناراً ولا درهماً، إنما ورَّثُوا العلمَ، فمن أخذه أخذ بحظٍ وافرٍ

“Siapa saja nan meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah bakal memudahkan jalannya menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat betul-betul meletakkan sayap-sayap mereka untuk para penuntut pengetahuan lantaran rida terhadap apa nan mereka cari. Dan sesungguhnya seorang ustadz dimohonkan pembebasan untuknya oleh semua nan ada di langit dan di bumi, sampai-sampai ikan nan ada di dalam air. Dan keistimewaan ustadz di atas mahir ibadah adalah seperti keistimewaan bulan dibandingkan bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ustadz adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak pula dirham, bakal tetapi nan mereka wariskan adalah ilmu. Barangsiapa nan mengambil warisan para Nabi (yaitu ilmu), sungguh dia telah mengambil untung nan sangat banyak.” (HR. Abu Dawud no. 3641, At-Tirmidzi no. 2682, Ibnu Majah no. 223, dan Ahmad no. 21715)

Ketahuilah bahwa pengetahuan adalah kemuliaan nan bakal menjaga dan mengangkat derajat pemiliknya. Ilmu bakal menjaga pemiliknya dari beragam rayuan di bumi dan mengangkat derajat pemiliknya kelak di akhirat. Luruskan niatmu dan kuatkanlah tekadmu dalam meniti jalan menuntut ilmu. Berbangga dan berbahagialah menjadi seorang penuntut ilmu, namun jangan jadikan kesombongan sebagai pakaianmu.

Tuntutlah pengetahuan lantaran dia bakal membikin pemiliknya menjadi mulia. Tuntutlah pengetahuan lantaran dia adalah sebaik-baik simpanan nan tak bakal bisa dicuri dari pemiliknya. Ilmu bakal menjagamu sedangkan kekayaan dan kedudukan membuatmu capek untuk menjaganya.

Jadikan keridaan Allah sebagai seutama-utamanya tujuan, maka bakal kau dapati dirimu tak mudah bersungkawa dengan apa-apa nan manusia perselisihkan. Jadikan keridaan Allah sebagai seutama-utamanya tujuan, maka kau tak bakal tumbang hanya lantaran datangnya beragam macam ujian. Jadikan keridaan Allah sebagai seutama-utamanya tujuan, maka Dia bakal memberimu kekuatan untuk menghadapi beragam macam rintangan nan menghadang.

Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.

Baca juga: Karakter Seorang Penuntut Ilmu

***

Penulis: Putri Idhaini

Artikel KincaiMedia

Referensi:

https://dorar.net/hadith/sharh/119121

Malaikat Meletakkan Sayapnya untuk Para Penuntut Ilmu, Abu Yahya Badrussalam, 2021.

Keutamaan Belajar Ilmu Agama (Bag.1), M. Saifudin Hakim, 2019.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027