Ilmuwan Barat Tuduh Masjid Umat Islam Menghadap Ke Petra Bukan Kabah, Ini Bantahannya

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

KincaiMedia, JAKARTA—Terlepas dari pengarsipan nan cukup banyak, secara umum tidak banyak nan tahu bahwa dalam sejarah peradaban Islam, astronomi dipraktikkan pada dua tingkat nan berbeda.

Yang pertama adalah apa nan sekarang kita sebut sebagai "astronomi rakyat", nan didasarkan pada apa nan bisa dilihat di langit, tanpa observasi, teori, namalain perhitungan.

Yang kedua adalah apa nan sekarang kita sebut "astronomi matematis", nan melibatkan program pengamatan nan serius, teori-teori dan model-model aktivitas matahari, bulan dan planet-planet, serta tabel-tabel nan luas untuk menghitung posisi langit.

Pada dua abad pertama Islam, hanya tradisi pertama nan dikenal adalah Alquran, hadits Nabi SAW, dan astronomi rakyat pra-Islam digabungkan untuk menghasilkan astronomi rakyat Islam nan khas, seperti nan ditemukan dalam كتب الأنواء , kutub al-anwā', buku-buku tentang musim dan kejadian surgawi nan terkait, dan كتب الهيئة السنية, kutub al-hay'a al-sunniyyah, buku-buku tentang kosmologi suci.

Setelah itu, hingga diperkenalkannya astronomi modern, tradisi pertama bertindak di antara para mahir norma suci dan mahir astronomi rakyat, dan tradisi kedua bertindak di antara sekelompok mini astronom Muslim nan kecil, tetapi sangat signifikan dan sangat aktif dan sangat kreatif.

Kedua tradisi ini mempunyai pengaruh terhadap penentuan kiblat, arah suci menuju Ka'bah di Makkah. Bangunan itu sendiri berasosiasi dengan langit dasar persegi panjangnya disejajarkan terutama dengan titik terbitnya bintang Canopus (سهيل, Suhayl), bintang paling terang di langit selatan, sumbu minornya mengarah ke mentari terbit musim panas (مطلع الشتاء) dan terbenamnya musim dingin (مغرب الصيف)), dan sudut-sudutnya (diberi label الشامي ، العراقي ، اليمني ، الغربي, Suriah, Irak, Yaman, Barat) menunjuk secara kasar ke arah mata angin.

Para mahir norma dan mahir astronomi rakyat mengembangkan langkah mereka sendiri untuk menghadap Ka'bah dengan menggunakan penyelarasan astronomi. Mereka mengembangkan seperangkat skema untuk menemukan kiblat tanpa perhitungan.

Setelah pertengahan abad ke-8, para astronom mulai menghitung arah kiblat dengan menggunakan koordinat geografis (Abad Pertengahan) dan prosedur matematis, baik secara trigonometri maupun geometris namalain patokan praktis.

BACA JUGA: Terungkap Agenda Penghancuran Sistematis Gaza Hingga tak Dapat Dihuni dan Peran Inggris

Mereka menyiapkan daftar kiblat dari ratusan tempat antara al-Andalus dan China, dan apalagi kisi-kisi kartografi nan sangat canggih nan dapat digunakan untuk menemukan kiblat untuk seluruh bumi tanpa kalkulasi sama sekali.

Semua nilai kiblat ini didasarkan pada garis bujur dan lintang abad pertengahan, nan tentu saja kurang jeli dibandingkan dengan nilai kiblat modern.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027