ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, Jakarta – Google saat ini sedang mempersiapkan langkah besar di bagian kepintaran buatan (AI) untuk tahun 2025, dengan Gemini sebagai pusat perhatian dalam pengembangannya.
Dalam pertemuan strategi internal nan digelar di lembaga pusat Google di Mountain View pada bulan Desember, CEO Sundar Pichai dan jejeran eksekutifnya menyoroti rencana ambisius perusahaan untuk memperluas skala Gemini, dengan sasaran mencapai 500 juta pengguna bulanan.
Pichai menekankan pentingnya kecepatan dalam merespons perkembangan teknologi AI, terutama di tengah persaingan nan semakin ketat. Meskipun Google tidak selalu menjadi nan pertama menghadirkan produk ke pasar, Pichai menegaskan bahwa produk nan diluncurkan kudu berbobot terbaik.
BACA JUGA:
- Android Auto v13.4 Bawa Pembaruan Tampilan Pemutar Musik
- Google Uji Fitur AI Baru di Chrome untuk Deteksi Penipuan Online
Gemini, platform AI jagoan Google, direncanakan untuk mengalami peningkatan besar-besaran dalam beberapa tahun ke depan. Demis Hassabis, salah satu pendiri DeepMind dan pemimpin pengembangan Gemini, menjelaskan bahwa teknologi ini bakal berevolusi menjadi asisten AI universal.
Fitur nan dijanjikan datang bakal mencakup skill lintas perangkat, integrasi multimodal (teks, suara, dan gambar), serta skill memecahkan masalah di beragam domain.
Gemini bermaksud untuk berasosiasi dengan deretan aplikasi Google lainnya nan mempunyai lebih dari 500 juta pengguna bulanan, seperti Gmail, YouTube, dan Google Maps. Namun, persaingan dalam industri AI sekarang semakin ketat, terutama dengan ketenaran OpenAI ChatGPT.
Dalam pertemuan tersebut, salah satu tenaga kerja apalagi mengungkapkan kekhawatiran bahwa ChatGPT mulai identik dengan AI, seperti halnya Google dengan pencarian.
Sementara itu, Pichai dan Hassabis optimis bahwa Gemini bisa mengungguli pesaing dengan pengalaman pengguna nan lebih kaya dan terintegrasi. Hassabis menyebut bahwa Google bakal “mengakselerasi” pengembangan aplikasi Gemini, memanfaatkan ekosistem luas platform Google untuk memberikan pengalaman AI nan komprehensif.
Meski demikian, Google juga menghadapi tantangan besar dari regulator global. Perusahaan sedang dalam sorotan mengenai dugaan monopoli di bagian pencarian dan iklan online, termasuk pengawasan ketat dari otoritas di AS dan Inggris. Pichai menyadari tantangan ini, tetapi dia menekankan bahwa konsentrasi Google adalah menghadirkan teknologi nan dapat menyelesaikan masalah nyata pengguna.
Namun, salah satu kekhawatiran nan diungkapkan oleh tenaga kerja adalah potensi biaya tinggi dalam mengakses perangkat AI seperti Gemini. Sebagai respons, Hassabis memastikan bahwa saat ini Google tidak berencana menerapkan nilai langganan nan tinggi, seperti nan diberlakukan oleh beberapa produk AI lain di pasar.
BACA JUGA:
- Khusus Warga Amerika, Google Wallet Punya Fitur Paspor Digital
- Setelah Android, Google Akhirnya Boyong Gemini AI ke iPhone
Dengan ambisi besar dan konsentrasi pada inovasi, Google berkomitmen menjadikan Gemini sebagai produk AI nan tidak hanya canggih, tetapi juga relevan bagi kebutuhan sehari-hari pengguna. Jika strategi ini melangkah lancar, tahun 2025 bisa menjadi momen krusial bagi Gemini untuk mengukuhkan namanya di bumi teknologi AI.