ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA -- Menurut aliran Islam, saling tolong menolong dalam kebaikan merupakan suatu perbuatan nan terpuji. Dalam Alquran, Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertakwa dan doyan mengulurkan support kepada sesama. "Dan tolong-menolonglah Anda dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa" (QS al-Maidah:2).
Sebagaiman dikutip dari kitab Tasawuf Sosial, Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan ibadah tersebut. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa melangkah untuk menolong saudaranya dan kemanfaatannya, maka baginya pahala orang-orang nan berjuang di jalan Allah.”
Dalam sabda lain, beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menolong orang nan sangat membutuhkan, maka Allah mencatatnya sebanyak 73 ampunan. Satu pembebasan terdapat kebaikan semua masalahnya, nan 72 (menaikkan) derajatnya pada Hari Kiamat” (HR. Bukhari dan Baihaqi).
Di luar itu, tetap banyak sabda nan menjelaskan keistimewaan sifat penolong. Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Barang siapa mengerjakan keperluan saudaranya nan Muslim, maka dia mendapatkan pahala seperti orang nan mengabdi kepada Allah dalam sepanjang usianya" (HR Abi Na’im).
Dengan menolong, maka bakal memberikan kebahagiaan terhadap orang nan ditolongnya tersebut. Sedangkan Allah sangat mencintai pebuatan nan bisa memberikan kegembiraan di hati orang-orang nan beriman.
Nabi SAW menerangkan, "Sesungguhnya termasuk kebaikan nan paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan di hati orang mukmin, menghilangkan kesusahan, bayar utang, namalain memberi makan ketika lapar.”
Melakukan ibadah ritual saja tanpa berakibat pada etika sosial, boleh jadi menimbulkan kesia-siaan. Bahkan, tak menutup kemungkinan kualitas ibadah nan demikian justru mendatangkan kecelakaan bagi pengamalnya.
Alquran menyebut, shalat nan tidak melahirkan kepedulian sosial adalah as-sahun (lalai). Pengamalnya digelari sebagai pembohong agama.