Berawal Dari Basmalah

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Bismillah.

Tiga nama Allah dalam kalimat basmalah

Sering kita jumpai para ustadz mengawali kitab namalain karya tulis mereka dengan kalimat basmalah; adalah ‘bismillahirrahmanirrahiim’.

Di antara alasannya adalah untuk mengikuti al-Qur’an nan diawali dengan basmalah. Selain itu, juga untuk meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menulis surat namalain perjanjian.

Memulai tulisan dengan basmalah termasuk perkara nan dianjurkan (sunah). Demikian keterangan Syekh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah (lihat Qurratu ‘Uyunil Muwahhidin, hal. 3). al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Telah menjadi kebiasaan para pemimpin penyusun kitab-kitab untuk memulai kitab-kitab pengetahuan dengan basmalah, demikian pula pada kebanyakan risalah …” (Lihat Fat-hul Bari, 1: 10)

Adapun kegunaan memulai dengan basmalah di antaranya adalah untuk tabarruk (mencari berkah) dengan menyebut nama Allah di awal urusannya. Selain itu, juga untuk isti’anah (memohon pertolongan dan kemudahan dari Allah).

Donasi Website KincaiMedia

Apabila kita cermati, banyak sekali perbuatan nan diawali dengan menyebut nama Allah nan dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah ketika keluar rumah, ketika hendak makan namalain minum, ketika hendak menyembelih, ketika hendak tidur, ketika hendak berwudhu, dan sebagainya.

Di dalam kalimat basmalah itu terdapat 3 nama Allah; adalah Allah, ar-Rahman, dan ar-Rahim. Nama ‘Allah’ berfaedah ‘pemilik sifat uluhiyah (yang berkuasa disembah oleh segenap makhluk)’. Adapun nama ‘ar-Rahman’ berfaedah ‘pemilik sifat kasih sayang nan sangat luas; mencakup orang berakidah maupun orang kafir’. Sedangkan nama ‘ar-Rahiim’ maknanya adalah ‘pemilik kasih sayang nan unik bagi kaum beriman’.

Basmalah mengandung keagamaan kepada uluhiyah Allah dan sifat-sifat-Nya. Di dalam nama ‘Allah’ terkandung tauhid uluhiyah adalah tanggungjawab mengesakan Allah dalam beribadah. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah adalah nan mempunyai kewenangan uluhiyah dan ibadah atas seluruh makhluk-Nya.” (Lihat Fat-hul Majid, hal. 11; cet. Darul Hadits)

Nama ar-Rahman menunjukkan kasih sayang Allah nan maha luas mencakup seluruh makhluk, baik orang nan berakidah maupun orang kafir. Rahmat Allah bagi kaum berakidah adalah dalam corak pemberian taufik kepada mereka untuk mengikuti kebenaran, meniti jalan nan lurus, dan lain sebagainya. Adapun rahmat untuk mereka di alambaka adalah Allah masukkan mereka ke dalam surga nan penuh dengan kenikmatan dan Allah selamatkan mereka dari neraka. Rahmat Allah bagi orang kafir di bumi adalah dengan diberikannya kesehatan, makanan, minuman, dan sebagainya. Adapun di akhirat, rahmat itu berupa keadilan dalam perihal hisab dan jawaban untuk mereka. (Lihat al-Lubab fi Tafsiril Isti’adzah wal Basmalah wa Fatihatil Kitab, hal. 99)

ar-Rahman adalah nama nan tidak boleh dipakai selain oleh Allah, demikian juga nama Allah itu sendiri. Di antara nama Allah nan hanya boleh dipakai oleh-Nya adalah Allah, ar-Rahman, al-Khaliq, dan ar-Raziq. Nama ‘Allah’ disebut oleh para ustadz sebagai ismullah al-a’zham (nama Allah nan paling agung), sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya. (Lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 1: 25, 1: 28; cet. at-Taufiqiyah)

Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah merupakan bagian tak terpisahkan dari tauhid kepada Allah. Kita wajib menetapkan segala nama dan sifat nan Allah tetapkan bagi diri-Nya di dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah tanpa menyerupakan dan tanpa menolaknya. Allah Ta’ala berfirman,

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatu apapun nan serupa dengan Allah, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (QS. asy-Syura: 11)

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Aku berakidah kepada Allah dan segala nan datang dari Allah sesuai dengan apa nan dikehendaki Allah. Dan saya berakidah kepada Rasulullah dan apa-apa nan datang dari Rasulullah sebagaimana nan dikehendaki oleh Rasulullah.” (disebutkan oleh Imam Ibnu Qudamah dalam Lum’atul I’tiqad)

Makna huruf Ba’

Para ustadz menjelaskan, bahwa huruf ba’ dalam kalimat ‘bismillah’ bisa berfaedah isti’anah -dengan meminta support (pertolongan)-; namalain bisa juga berfaedah ‘mushahabah’ -dengan disertai namalain menyertakan-. Abu Syamah al-Maqdisi rahimahullah (wafat 665 H) menerangkan bahwa para ustadz menafsirkan huruf ba’ -dalam basmalah- dengan dua penafsiran. Sebagian mengatakan bahwa huruf ba’ di sini berfaedah isti’anah, sedangkan sebagian nan lain menafsirkan bahwa huruf ba’ di sini berfaedah mushahabah. (Lihat Kitab al-Basmalah, hal. 561-562)

Contoh bunyi kalimat dengan huruf ba’ nan berfaedah isti’anah adalah ‘katabtu bil qalami’; artinya ‘aku menulis dengan support pena’. Adapun contoh kalimat dengan huruf ba’ nan berfaedah mushahabah adalah ‘bi’tukal faras bisarajihi’ artinya ‘aku menjual kepadamu kuda ini berdampingan dengan pelananya.’ (Lihat al-Muyassar fi ‘Ilmi an-Nahwi, 2: 98)

asy-Syaukani rahimahullah (wafat 1250 H) di dalam tafsirnya menerangkan, bahwa huruf ba’ dalam kalimat basmalah berfaedah isti’anah (permintaan support dan pertolongan) namalain berfaedah mushahabah (kebersamaan). Beliau juga menyebut bahwa penafsiran nan kedua -bahwa ba’ berfaedah mushahabah- dipilih dan dikuatkan oleh az-Zamakhsyari. (Lihat Fat-hul Qadir, hal. 15)

Pendapat kedua ini juga dipilih oleh Syekh Abdullah bin Ibrahim al-Qar’awi hafizhahullah (Lihat kitab beliau nan berjudul Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 6). Pendapat ini juga nan tampaknya dikuatkan oleh Syekh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah (wafat 1285 H) dalam kitabnya, Fat-hul Majid bi Syarhi Kitab at-Tauhid (hal. 10; cet. Dar al-Hadits Kairo)

Adapun pendapat nan dipilih oleh Dr. Sulaiman bin Ibrahim al-Lahim bahwa huruf ba’ di sini berfaedah isti’anah (Lihat kitab beliau nan berjudul al-Lubab fi Tafsiril Isti’adzah wal Basmalah wa Fatihatil Kitab, hal. 88). Demikian pula tafsiran dari Syekh Shalih al-Fauzan hafizhahullah bahwa makna ucapan basmalah adalah ‘memohon pertolongan dan support (ber-isti’anah) dengan menyebut nama Allah’. Sehingga kalimat ini diucapkan dalam rangka memohon support kepada Allah dan mencari berkah dengan menyebut nama-Nya. (Lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah, hal. 12)

Senada dengan perihal itu adalah penafsiran dari Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah bahwasanya makna ucapan basmalah itu adalah ‘aku membaca dengan seraya memohon pertolongan dan support serta mencari keberkahan dengan menyebut nama Allah …’ (Lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 22). Tafsiran serupa juga disampaikan oleh Syekh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam penjelasannya terhadap risalah Durus Muhimmah karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah. (Lihat Syarh ad-Durus al-Muhimmah, hal. 12)

Oleh lantaran itu, salah satu faidah krusial dari huruf ba’ dalam kalimat basmalah adalah untuk mencari berkah dengan berdzikir menyebut nama Allah. Maknanya adalah ‘Aku memulai dengan menyebut nama Allah sebelum ucapan nan mau saya katakan namalain sebelum perbuatan nan hendak saya lakukan’. Sehingga di dalamnya terkandung faidah mencari keberkahan dari Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya. Demikian ini makna penjelasan nan disampaikan oleh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya. (Lihat at-Tabarruk Anwa’uhu wa Ahkamuhu, karya Dr. Nashir al-Judai’, hal. 205-206)

Demikian sedikit pembahasan nan dimudahkan bagi kami untuk menyusunnya, semoga berfaedah bagi kaum muslimin. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

***

Penulis: Ari Wahyudi

Artikel KincaiMedia

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027