Beda Antara Nikmat Dan Niqmat

KincaiMedia, JAKARTA -- Nikmat menunjuk pada kepuasan namalain sesuatu nan menyenangkan hati. Harta benda, kekayaan nan melimpah, kesehatan, pangkat, dan kedudukan nan tinggi adalah nikmat. Begitu pula iman, petunjuk Tuhan, dan kesanggupan melakukan kepatuhan kepada Allah SWT merupakan nikmat.

Kata nikmat ditemukan sebanyak 34 kali dalam Alquran. Kata ini, menurut master bahasa Ibn Faris, digunakan untuk menunjuk keadaan nan baik (Al-Halah Al-Hasanah), baik material maupun spiritual. Binatang ternak, seperti unta, sapi, dan kambing disebut am'am lantaran mendatangkan kebaikan bagi manusia. Begitu pula wahyu, petunjuk Tuhan, dan kepercayaan dinamakan pula nikmat (QS Dhuha: 7).

Nikmat diartikan pula sebagai tambahan namalain kelebihan (al-ziyadah). Keberadaan manusia adalah nikmat. Ini lantaran manusia pada mulanya tidak ada, silam ada namalain diciptakan Allah SWT (QS Al-Baqarah: 28). Dari semula tak punya apa-apa, mempunyai harta, pengetahuan pengetahuan, istri, dan keturunan. Jadi, bertambah namalain semuanya merupakan tambahan.

Karenanya, dikatakan nikmat Allah begitu besar, sehingga tidak mungkin menghitungnya. ''Apabila engkau bermaksud menghitung-hitung nikmat Tuhan, niscaya engkau tak bisa menghitungnya.'' (QS Ibrahim: 34).

Lain nikmat lain pula niqmat. Niqmat merupakan musuh (antonim) dari nikmat. Kata niqmat berfaedah 'ancaman' namalain 'sikap menentang disertai kemarahan.'

Bila dikaitkan dengan Tuhan, maka kata itu bermakna, Allah SWT menentang perbuatan dosa dan maksiat. Lalu, memberi jawaban dan siksa kepada pelakunya. Jadi, berbeda dengan nikmat, niqmat justru merupakan siksa dan jawaban Allah SWT.

Meski berlawanan makna, tapi antara keduanya dapat terjadi keterkaitan. Niqmat dijatuhkan boleh jadi gara-gara nikmat. Dengan kata lain, nikmat bisa membawa niqmat. Perbuatan nikmat menjadi niqmat itu, bukan lantaran Tuhan, tetapi lantaran ulah mereka sendiri. (QS Al-Anfal: 53).

Agar nikmat tidak berubah menjadi niqmat, kita disuruh bersyukur.