ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pemerintah kota Tokyo, Jepang, sedang mempertimbangkan untuk memberikan subsidi suntik epidural bagi ibu melahirkan. Rencananya, kebijakan ini bakal bertindak di tahun ini untuk mengurangi beban wanita nan mau mempunyai anak, Bunda.
Selain itu, langkah ini diambil untuk membalikkan nomor kelahiran di Tokyo nan menurun beberapa tahun belakangan. Menurut The Independent, nomor kelahiran Jepang turun ke nomor terendah 1,20 pada tahun 2023. Penurunan paling parah terjadi di kota Tokyo, di mana nomor kelahiran turun di bawah 1 untuk pertama kalinya.
Perlu diketahui ya, nomor kelahiran sebesar 2,1 dibutuhkan untuk menjaga populasi tetap stabil dalam jangka panjang.
Menurut American Pregnancy Association (APA), suntik namalain anestesi epidural adalah metode penghilang rasa sakit nan cukup terkenal untuk membantu persalinan. Ibu mengandung namalain bumil biasanya meminta suntikan ini sebagai metode pereda nyeri.
"Lebih dari 50 persen wanita melahirkan di rumah sakit menggunakan anestesi epidural," tulis APA, dalam laman resminya.
Janji dari pejabat terpilih untuk subsidi epidural
Subsidi epidural untuk ibu melahirkan merupakan salah satu janji kampanye Gubernur Tokyo Yuriko Koike saat mencalonkan diri tahun lalu. Menurut Koike, subsidi epidural merupakan salah satu langkah Pemerintah Metropolitan Tokyo untuk meringankan beban masyarakat nan mau mempunyai anak, tetapi ragu-ragu lantaran beragam alasan, dan juga untuk mengembalikan nomor kelahirannya nan menurun.
"Saya telah mendengar banyak orang mengatakan bahwa mereka telah melahirkan anak pertama dan tidak mau mengalami rasa sakit nan sama seperti nan mereka rasakan lagi," katanya, dikutip dari Japan Times.
"Untuk itu, kita kudu melindungi tubuh ibu dan pada saat nan sama menciptakan ekonomi dan sistem pendukung bagi wanita nan mau mempunyai anak kedua dan ketiga."
Pemerintah Metropolitan Tokyo mengatakan bahwa meski belum ada keputusan spesifik nan diputuskan, mereka sedang bergerak untuk menerapkan subsidi tersebut 'sedini mungkin'. Kabarnya, pemerintah bakal mengusulkan proposal anggaran untuk proyek tersebut di majelis pemerintah metropolitan nan bakal diselenggarakan bulan depan, Bunda.
Seperti diketahui, sejak dulu Jepang selalu mempromosikan kelahiran alami tanpa menggunakan obat-obatan. Negara ini termasuk nan terlambat dalam mengangkat persalinan tanpa rasa sakit, meski ditemukan tren nan meningkat di antara wanita nan memilihnya.
Ilustrasi Kehamilan/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Menurut info dari Japan Society of Obstetricians and Gynecologists, hanya 5,2 persen ibu melahirkan nan diberikan anastesi epidural pada tahun 2018. Persentase ini meningkat menjadi 11,6 persen di tahun 2023.
Data lain juga menunjukkan bahwa ada 160 rumah sakit dan klinik di Jepang nan menawarkan epidural namalain alias campuran anestesi epidural tulang belakang.
Bukan tanpa argumen tingkat anastesi epidural rendah di Negara Jepang, Bunda. Dikutip dari The Bump, berasas tradisi, sebagian besar wanita di Jepang mempunyai tujuan untuk melahirkan tanpa obat penghilang rasa sakit. Tradisi ini berasal dari sebuah kepercayaan antik Budha.
Menurut kepercayaan Budha, nyeri persalinan kudu dirasakan seorang wanita sebagai ujian untuk mempersiapkan diri menjadi ibu. Ini berfaedah kebanyakan wanita di sana tidak bakal mempertimbangkan anastesi epidural, apalagi jika master merekomendasikannya.
Tetapi, saat ini semakin banyak juga master di Jepang nan menganjurkan penggunaan epidural saat persalinan. Epidural dipandang sebagai tindakan nan kondusif untuk membantu wanita melahirkan tanpa rasa sakit.
Harga epidural nan mahal di Jepang
Tak hanya soal tradisi, nilai epidural nan mahal juga menjadi pertimbangan wanita Jepang untuk mengandung dan melahirkan. Biaya epidural di Jepang berkisar antara 100.000 hingga 200.000 yen namalain sekitar Rp10 juta hingga Rp20 juta.
Bila kebijakan ini disetujui, maka biaya persalinan nan mahal dengan epidural bisa dikurangi. Ulasan di Tokyo Weekender mencatat bahwa kebijakan Koike ini seperti menyoroti rumor kewenangan reproduksi wanita nan selama ini terabaikan di negara itu.
Namun, tampaknya tidak semua orang setuju dengan kebijakan ini.
Anggota majelis kota Ebina di Prefektur Kananaga, Kohsuke Nagai, mengatakan bahwa program semacam ini dapat menyebabkan orang-orang dari seluruh negeri pindah ke Tokyo, sehingga meningkatkan tekanan pada kota tersebut.
Sementara itu, master kandungan Song Mihyon, mengatakan tentang kemungkinan banyaknya mahir anestesi nan bakal direkrut oleh rumah sakit besar di Tokyo. Hal tersebut dapat menyebabkan wilayah lain kekurangan tenaga anastesi, Bunda.
NHK Jepang pada tahun 2023 melaporkan bahwa negara ini menghadapi kekurangan mahir anestesi, nan juga berkontribusi terhadap rendahnya penggunaan epidural saat melahirkan.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)