ARTICLE AD BOX
Anak manja bisa terjadi lantaran pola asuh nan salah. Sebagai orang tua, Bunda dan Ayah dapat mencegah hal-hal apa saja nan bisa menyebabkan anak tidak berdikari namalain mungkin bersikap semaunya sendiri.
Definisi anak manja menurut master itu beragam, Bunda. Menurut Charles L. Thompson, PhD, pembimbing besar pengetahuan jiwa pendidikan dan konseling di Universitas Tennessee di Knoxville, AS, anak nan dimanja umumnya mempunyai sindrom 'Saya ingin, saya ingin, saya ingin'. Filosofi hidupnya adalah 'Hidup tidak baik selain saya mendapatkan kemauan saya sendiri'.
Kemudian menurut kepala asosiasi, bagian pediatri perkembangan dan perilaku di Rumah Sakit Anak dan Pusat Penelitian di Oakland, California, Lane Tanner, MD, kata "manja" mempunyai banyak makna berbeda dalam beragam budaya. Bahkan terkadang, manja bisa menjadi pujian bagi sebagian orang dalam keluarga.
"Sering kali seorang kakek-nenek bakal menggelengkan kepala sembari menyeringai, dan berbincang 'Putriku sangat memanjakan bayi itu,' dan itu pujian," kata Tanner.
Sementara, menurut personil komite American Academy of Pediatrics di bagian psikososial kesehatan anak dan keluarga, George Cohen, MD, apa nan dimanjakan oleh satu orang tua mungkin tidak bagi nan lain.
"Banyak orang tua menganggap apa nan dilakukan anak mereka tidak apa-apa. nan lain jauh lebih ketat," ujarnya, dikutip dari WebMD.
Apa pun makna utama seseorang tentang manja. Dapat dikatakan, ada anak-anak nan memerlukan sedikit lebih banyak disiplin. Mereka biasanya merasa susah untuk berbagi, menunggu giliran, menghargai apa nan mereka miliki, dan menerima bahwa mereka tidak selalu mendapatkan apa nan mereka inginkan.
Anak manja bukan lantaran dari lahir, Bunda, tapi terbentuk dari lingkungan terdekatnya. Tak terkecuali orang tua, ada beberapa kesalahan nan bisa menyebabkan anaknya manja. Berikut kesalahan-kesalahannya menurut pakar.
1. Mudah memberikan reward ke anak
Setiap orang tua pasti menginginkan nan terbaik untuk anak-anaknya. Tak jarang mereka pun mengorbankan diri mereka sendiri. Namun, melakukan 'segalanya' untuk anak-anak rupanya juga membuatnya tumbuh menjadi pribadi nan manja, Bunda. Salah satunya mudah memberikan reward ke anak.
Anak melakukan perihal mini tapi dapat reward nan besar. Pakar pengasuhan anak, Kirsty Ketley mengingatkan seumpama orang tua mudah memberikan reward namalain bingkisan pada anak. Anak bakal tumbuh terbiasa dengan perihal tersebut. Bahkan, bagian horornya adalah seumpama anak sering diberi reward berupa uang. "Mereka seiring waktu bakal mengharapkan bingkisan finansial untuk setiap perihal mini nan telah dia lakukan," kata Ketley, dikutip dari Telegrafi.
2. Orang tua dianggap teman
Kita semua mau mempunyai hubungan nan baik dengan anak-anak kita, tetapi ada garis tipis nan tampaknya dilanggar oleh sebagian orang, menurut Ketley.
"Pada akhirnya, Anda adalah orang tua, Anda adalah orang nan menetapkan patokan dan batasan, dan anak-anak kudu menghormatinya. Ini, jelasnya, tidak berfaedah Anda kudu bersikap sangat ketat, tetapi konsisten," katanya.
Banyak orang tua nan sibuk merasa susah untuk meluangkan waktu berdampingan anak-anak mereka. Beberapa orang tua merasa bersalah lantaran tidak dapat meluangkan waktu sebanyak nan mereka inginkan berdampingan anak-anak mereka. Dalam situasi seperti itu, mereka bakal menggunakan langkah lain nan sebagian besar berbudi pekerti materialistis untuk menebus waktu nan hilang.
Padahal, seorang anak memerlukan kasih sayang, perhatian, dan rasa kondusif dari orang tua.
3. Tak bisa kendalikan emosi
Jika mempunyai anak, kita bakal tahu sungguh sulitnya menghadapi amukan. Menyerah dan memberikan apa nan diinginkan anak tidak selalu merupakan pilihan terbaik.
Anak-anak terkadang lebih pandai daripada orang dewasa dan bakal segera menyadari bahwa menangis dan berteriak, terutama di depan umum, adalah langkah tercepat untuk mendapatkan apa nan mereka inginkan.
"Hal terpenting, dan saya tahu ini sulit, adalah tetap tenang. Tarik napas dalam-dalam dan tetaplah setenang mungkin, lantaran Anda bisa lebih mengendalikan diri saat Anda tenang. Ini juga bakal mengajarkan anak-anak mengenai langkah mengendalikan emosi mereka. Beri tahu mereka bahwa Anda mengerti kenapa mereka frustrasi namalain kesal. Namun, jangan pernah menyerah", ungkap Ketley.
4. Menjadi permisif
Menurut psikolog pendidikan dan master pengasuhan anak, Michele Borba, EdD, orang tua sering kali percaya bahwa kata “tidak” bakal menurunkan nilai diri anak, tetapi penelitian menunjukkan bahwa anak-anak nan dibesarkan dengan pola asuh nan terstruktur dan tidak terlalu permisif mempunyai nilai diri nan lebih tinggi dan merasa lebih berempati terhadap orang lain.
Saat Bunda mengatakan “tidak,” berikan argumen singkat untuk membantu mereka memahami alasannya. Misalnya, “Pekerjaan rumah kudu dilakukan sebelum waktu bermain. Dengan begitu, Anda bisa bersenang-senang tanpa khawatir,” atau, “Tidak ada waktu bermain hari ini lantaran Anda batuk dan mungkin menular. Kita tidak mau teman-temanmu sakit.”
5. Memberi pujian dengan tidak tepat
Memberi pujian terus-menerus bisa membikin anak manja, lho. Jika anak kecanduan pujian, cobalah memuji mereka saat mereka melakukan sesuatu namalain dengan orang lain. Misalnya: “Kamu dan kawan sekelasmu mengerjakan proyek sains dengan sangat baik,” atau, “Menyumbangkan mainan lamamu ke anak-anak panti didikan adalah perihal nan sangat bijaksana. Bunda suka kebaikan hatimu.”
"Ini menegaskan pentingnya kepedulian. Jadi, jangan cepat-cepat bertanya: “Berapa nilaimu di ulangan?” Sebaliknya, tanyakan: “Ceritakan satu perihal baik nan Anda lakukan untuk seseorang hari ini.” kata Borba, dikutip dari CNBC.
6. Tidak menanamkan rasa syukur pada anak
Mempraktikkan rasa syukur membantu anak-anak merasa lebih bahagia, mengatasi kesulitan dengan lebih baik, dan meningkatkan kepuasan hidup mereka. Ajarkan langkah berterima kasih secara teratur dengan anak-anak. Misalnya, anak-anak nan lebih mini dapat menggambar hal-hal nan mereka syukuri, dan anak-anak nan lebih besar dapat menulis rasa syukur mereka di kitab harian.
7. Tidak mengajarkan kesabaran dan kegigihan
Penelitian menunjukkan bahwa skill untuk bersabar, berhujung sejenak, menunggu, dan menunda sangat berkorelasi dengan kesuksesan akademis dan finansial di masa depan. Hal mini nan dapat orang tua lakukan, misalnya jika kita sedang menelepon dan anak menginginkan perhatian kita, kita bisa beri isyarat: “Nanti ya!” Bisa juga ketika anak menginginkan jajanan itu sekarang tetapi lupa membawa duit sakunya, katakan padanya: “Lain kali ya!”
8. Tidak peka pada setiap tindakan anak
Setiap kali anak melakukan sesuatu nan sedikit tidak sopan, bantu mereka mempertimbangkan emosi orang lain: "Bagaimana menurutmu emosi temanmu saat Anda mengambil permen dari tangannya tanpa bertanya?"
Lalu tanyakan, "Apa nan dapat Anda lakukan untuk menghindari emosi sakit hati itu lain kali?" Pertanyaan nan tepat dapat membantu anak-anak belajar berempati dan menyadari gimana tindakan manja mereka memengaruhi orang lain.
9. Fokus pada menerima, bukan memberi
Menurut Borba, dalam perihal menerima, tetapkan pemisah pada barang-barang material dan patuhi pemisah tersebut. Ajari anak langkah menerima bingkisan dengan melatih tanggapan nan sopan sebelum acara: "Terima kasih. Aku sangat menghargainya."
Demikian ulasan mengenai kesalahan orang tua nan dapat menyebabkan anak menjadi manja. Salah satunya memberikan pujian nan berlebihan. Hindari perihal tersebut, dan mulai disiplinkan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)