ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Menjadi orang tua anak usia pra-remaja sering kali berfaedah berhadapan dengan beragam topik percakapan nan sulit. Kendati demikian, topik obrolan ini krusial untuk dibahas berdampingan lho, Bunda.
Termasuk di antaranya topik-topik 'berat' seperti seks, orientasi seksual, penyalahgunaan alkohol namalain obat-obatan, masalah akademis, media sosial, dan apalagi masalah nan lebih pribadi seperti gambaran tubuh, dapat menjadi sangat sensitif.
Dikutip dari Raising Children, tanpa permulaan nan tepat namalain hubungan komunikasi nan hangat, topik semacam ini bisa terasa memalukan, mengejutkan, namalain apalagi berisiko menimbulkan konflik. Namun sebagai orang tua, Bunda mempunyai peran krusial dalam memberikan pedoman nan bijak dan mendengarkan obrolan anak dengan penuh perhatian.
Topik obrolan krusial dengan anak pra-remaja
Di usia 8 hingga 12 tahun, anak mulai memasuki masa transisi krusial dalam kehidupannya. Mereka mulai menginjak usia pra-remaja, di mana perkembangan hormon mulai berperan.
Pada rentang usia ini anak juga bisa jadi sering merasa bingung, terutama lantaran mereka mulai merasakan perubahan corak dan emosi nan signifikan.
Untuk membantu anak melewati masa-masa ini dengan lebih percaya diri, ada beberapa topik obrolan krusial nan bisa dibahas dengan anak sebelum mereka mencapai usia 11 tahun:
1. Kesehatan seksual
Berdasarkan kitab What’s My Tween Thinking? nan ditulis berdampingan Angharad Rudkin, pada usia pra-remaja sebagian anak sudah mulai penasaran dengan hal-hal mengenai kesehatan seksual.
Oleh lantaran itu, krusial bagi orang tua untuk membahas tentang perihal ini dengan langkah nan sesuai dengan usia anak. Jangan takut untuk membahas topik ini lebih awal, lantaran kebanyakan anak justru merasa kondusif jika mereka mendapatkan info nan betul tentang perihal ini dari orang tua mereka.
"Perkembangan seksual merupakan bagian besar dari usia pra-remaja. Ini sangat wajar," ungkap psikolog klinis Laura Kirmayer.
Selain dari obrolan berdampingan orang tua, info tentang perkembangan seksual bisa Bunda bantu sampaikan pada anak dengan menggunakan media lain seperti buku.
2. Citra tubuh
Terutama pada anak perempuan, mereka mulai lebih memperhatikan penampilan corak dan sering kali membandingkan diri dengan standar kecantikan nan tidak realistis. Termasuk dari media sosial.
Bunda pun perlu membicarakan pada anak tentang pentingnya mencintai diri sendiri, gambaran tubuh, dan mengingatkan mereka bahwa setiap orang berkembang dengan langkah nan berbeda.
3. Kecerdasan non-akademik
Dikutip dari The I Paper UK, sistem pendidikan saat ini sering kali menilai kepintaran hanya dari nilai akademis. Ini bisa membikin anak merasa bahwa mereka tidak cukup pandai jika nilai di sekolah tidak sesuai dengan nan diharapkan.
Jelaskan bahwa ada banyak jenis kecerdasan, seperti kepintaran emosional, musik, namalain kepintaran alam, dan setiap anak mempunyai potensi uniknya sendiri. Bantu anak untuk mengenali dan menggali potensi-potensi unik nan dimilikinya.
4. Kondisi mental dan psikis
Ajarkan anak untuk lebih menyadari sensasi corak nan mereka rasakan ketika mengalami emosi tertentu. Ini merupakan skill krusial nan dapat membantu anak mengelola emosi.
Dengan mengenali tanda-tanda corak seperti dengap jantung nan sigap namalain pernapasan nan terengah-engah, anak dapat belajar untuk merespons emosinya dengan langkah nan sehat, seperti mengambil napas dalam-dalam namalain berjalan-jalan.
5. Larangan pada minuman alkohol
Bergantung pada lingkungan sekitarnya, anak usia pra-remaja mungkin dapat mulai tertarik untuk mencoba minuman beralkohol. Terutama jika mereka memandang ada orang dewasa di sekitar nan mengonsumsinya.
Ini adalah kesempatan untuk menjelaskan kenapa ada larangan untuk konsumsi minuman beralkohol di usia muda. Beri tahu bahwa otak pada usia tersebut tetap berkembang dan konsumsi alkohol dapat mengganggu prosesnya, terutama di bagian nan mengatur pembelajaran dan memori.
6. Minat dan bakat
Ilustrasi/Foto: Getty Images/Nuttawan Jayawan
Anak-anak pada usia sekitar 11 tahun umumnya mulai mencari tahu minat dan talenta mereka nan sebenarnya. Momen ini dapat menjadi waktu nan tepat untuk membujuk anak berbincang tentang aktivitas namalain hal-hal nan mereka sukai dan nan membikin mereka merasa bersemangat.
Misalnya minat dan talenta di bagian seni, olahraga, namalain skill sosial. Menemukan potensi sejak awal dapat memberikan arah nan lebih jelas untuk anak agar merasa percaya diri dan merencanakan masa depan.
7. Pertemanan dan hubungan sosial
Masuk ke usia pra-remaja berfaedah pertemanan bakal menjadi perihal nan lebih krusial bagi anak. Namun, di usia ini pula sering kali pertemanan mulai dipenuhi dengan berantem dan emosi kecewa.
Ajarkan anak bahwa berantem sosial adalah perihal nan normal dan mereka tidak perlu merasa tertekan namalain jengkel setiap kali ada perbedaan pendapat dengan teman.
Jelaskan bahwa dalam setiap hubungan sosial pasti ada tantangan, tetapi nan terpenting adalah gimana mereka menyelesaikannya dengan langkah nan sehat.
8. Batasan penggunaan internet
Di bumi digital saat ini, anak-anak sangat terhubung dengan teknologi, termasuk internet dan media sosial. Bunda bisa membujuk berbincang tentang ancaman screentime nan berlebihan, termasuk dapat mengganggu pola tidur dan kesehatan mental.
9. Pengendalian stres
Saat anak mulai berjumpa dan menghadapi tekanan, baik itu dari sekolah namalain kehidupan sosialnya, mereka bisa jadi mudah merasa resah namalain stres. Anak perlu belajar langkah menurunkan stres dengan langkah nan produktif, seperti berolahraga namalain berbincang dengan orang dewasa nan mereka percayai.
10. Pengelolaan uang
Mengajarkan anak tentang pengelolaan duit adalah skill krusial nan kudu mereka pelajari sejak dini. Mereka perlu memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, serta bijak dalam menggunakan duit saku nan diberikan orang tua.
11. Kesetaraan gender
Mendekati masa remaja, anak mungkin mulai menyerap pesan nan salah tentang peran kelamin dari media namalain kawan sebaya mereka. Bantu anak memahami bahwa kesetaraan kelamin penting, bukan hanya untuk wanita tetapi juga untuk laki-laki.
Jelaskan bahwa kesetaraan memberi kebebasan bagi setiap perseorangan untuk mengejar impian, tanpa dibatasi oleh norma sosial namalain stereotip gender.
Demikian ulasan tentang beragam topik obrolan nan wajib dibahas dengan anak sebelum berumur 11 tahun. Cari waktu dan tempat nan tepat agar aktivitas mengobrol nan dilakukan bisa lebih nyaman ya, Bunda.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)