Tiga Kondisi Wanita Dilarang Memakai Parfum

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Terdapat tiga keadaan dimana wanita wajib meninggalkan namalain dilarang memakai parfum, yaitu:

Pertama, ketika ihram, baik haji maupun umrah

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,

قام رجل فقال : يا رسول الله , ماذا تأمرنا  أن نلبس من الثياب فى الإحرام ؟

فقال النبي ﷺ: “لا تلبسوا القميص ولا السراويلات ولا العمائم ولا البَرانِسَ، إلا أن يكون أحد ليست له نعلان فليلبس الخفين، وليقطع أسفل من الكعبين، ولا تلبسوا شيئا مسه زعفران ولا الوَرْسُ، ولا تنتقب المرأة المحرمة، ولا تلبس القفازين

“Seorang laki-laki berdiri silam berkata, “Wahai Rasulullah, busana apa nan engkau perintahkan untuk kami ketika ihram?”

Donasi Website KincaiMedia

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Janganlah kalian mengenakan gamis, celana, sorban, mantel (pakaian nan menutupi kepala) selain seseorang nan tidak mempunyai sandal, hendaklah dia mengenakan sapatu tapi hendaknya dipotong hingga berada di bawah mata kaki, dan jangan pula kalian memakai busana nan diberi parfum, za’faran, namalain wars. Dan wanita nan sedang ihram tidak boleh memakai cadar (penutup wajah) serta sarung tangan.” (HR. Bukhari)

Imam Al-Bukhari memberikan titel bab untuk sabda ini di dalam Shahih-nya,

باب : ما ينهى من الطيب للمحرم والمحرمة 

وقالت عائشة رضي الله عنها : لا تالبس المحرمة ثوبا بورس أو زعفران

Bab, “Larangan Memakai Parfum Ketika Ihram Baik Laki-laki Maupun Perempuan.”

Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Seorang wanita nan sedang ihram tidak boleh memakai kain nan diberi waras atau za’faran.”

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

قوله : (ما ينهى) – أي عنه – من الطيب للمحروم والمحرمة : أي أنهما فى ذلك سواء ، ولم يختلف العلماء فى ذلك ، وإنما اختلفوا فى أشياء هل تعد طيبا أو لا ، والحكمة فى منع المحرم من الطيب أنه من دواعى الجماع ومقدماته التى تفسد الإحرام ، وبأنه ينافى حال المحرم ، فإن المحرم أشأث أغبر

“Perkataan Imam Al-Bukhari, “apa nan dilarang” bagi laki-laki maupun wanita saat ihram, keduanya dalam perihal ini sama saja. Para ustadz tidak berbeda dalam perihal ini, namun berbeda tentang sesuatu apakah terhitung sebagai minyak wangi namalain tidak. Hikmah larangan ini adalah lantaran minyak wangi merupakan salah satu pendorong dan pembuka namalain awal mula terjadinya jimak, nan jika dilakukan bakal merusak ihram. Di samping itu, perihal ini (berhias dengan parfum) bertolak belakang dengan kondisi orang nan sedang ihram, lantaran orang nan ihram itu rambutnya kusut lagi berdebu.” (Fathul Bari, 4: 42)

Kedua, ketika ihdad (masa berkabung)

Dalilnya adalah hadits Ummu ‘Athiyah radhiyallahu ‘anha,

فَعَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كُنَّا نُنْهَى أَنْ نُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا وَلَا نَكْتَحِلَ وَلَا نَتَطَيَّبَ وَلَا نَلْبَسَ ثَوْبًا مَصْبُوغًا إِلَّا ثَوْبَ عَصْبٍ 

“Dari Ummu ‘Athiyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Kami dulu dilarang berkabung atas mayit lebih dari tiga hari, selain atas suami (yaitu) empat bulan sepuluh hari. Selama masa itu, kami tidak bercelak, tidak memakai parfum, dan tidak memakai busana nan dicelup selain busana lurik (dari negeri Yaman).” (Muttafaqun ‘alaih)

Dan sabda tentang Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha nan tidak berdandan (termasuk tidak memakai parfum) selama masa berkabung lantaran ditinggal wafat oleh ayahnya tercinta,

أني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول على المنبر : لا يحل لامرأة تؤمن بالله واليوم الأخر تحد على ميت فوق ثلاث ، إلا على زوج أربعة أشهر وعشرا

“Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berfirman di atas mimbar, “Tidak legal bagi seorang wanita nan berakidah kepada Allah dan hari akhir melakukan ihdad terhadap mayit melampaui tiga hari, selain kematian suaminya, adalah empat bulan sepuluh hari.” (Muttafaqun ‘alaih)

Ketiga, ketika keluar rumah

Berdasarkan sabda Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu nan diriwayatkan secara marfu’,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ، فَمَرَّتْ بِقَوْمٍ لِيَجِدُوا رِيحَهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

“Wanita mana saja nan memakai minyak wangi nan semerbak wanginya silam melewati suatu kaum agar mereka mencium wanginya, maka dia adalah wanita pezina” [Hadis shahih. HR. Abu Daud (4173), dan At-Tirmidzi (2786), An-Nasa’i (8/153) dan Ahmad (4/414)]

Baca juga: Haramnya Wanita Muslimah Memakai Parfum di Hadapan Laki-Laki Ajnabi

 ***

Penulis: Atma Beauty Muslimawati

Artikel KincaiMedia

Referensi:

Ahkamuz Zinati lin Nisa`, hal. 35-36; Syaikh Amru Abdul Mun’im Salim, Maktabah As-Sawadi, Saudi Arabia, cetakan pertama tahun 1416/ 1996.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027