Teladan Tawadhu Rasulullah

KincaiMedia, JAKARTA -- Tawadhu adalah musuh dari kesombongan. Di antara makna tawadhu adalah bersedia menjalani hubungan dengan semua manusia.

Rasulullah Muhammad SAW merupakan contoh paripurna dalam sifat tawadhu. Beliau mempunyai derajat nan tinggi di sisi Allah SWT. Di alam semesta ini, beliau juga dimuliakan. Akan tetapi, beliau menjauhi sifat sombong. Beliau memilih sikap tawadhu di tengah manusia.

Dengan tawadhu, Nabi SAW kian bertambah kewibawaannya. Orang-orang musyrik justru menjadi gentar dan segan. Sementara, kaum Mukminin kian mencintai beliau dengan sepenuh hati.

Ada banyak kisah tentang ketawadhuan Nabi SAW.

Cerita ini diriwayatkan dari Abu Hurairah. Dia mengatakan, suatu hari, dirinya menemani Rasulullah SAW berbelanja di pasar. Beliau membeli sepasang celana dari seorang pedagang.

"Timbanglah ini dan tambahlah sedikit," kata Rasul SAW kepada si penjual.

Seketika, si penjual meraih tangan Nabi SAW nan mendekatinya. Lantas, tangan mulia itu diciumnya. Namun, Rasulullah SAW kembali menarik tangannya seraya berkata, "Ini adalah sikap seorang ajam kepada raja-raja mereka. Aku bukanlah raja. Sungguh, saya berasal dari kalanganmu."

Sesudah transaksi, Abu Hurairah mau membawakan peralatan belanjaan Nabi SAW. Namun, beliau menolaknya. "Orang nan mempunyai peralatan itu lebih layak membawanya," ujar beliau.

Ketawadhuan Rasulullah SAW juga tampak dalam perannya sebagai kepala rumah tangga. Aisyah RA menuturkan, Rasulullah SAW tak segan-segan membantu pekerjaan rumah tangga. Beliau memperbaiki sendiri sandalnya nan tanggal. Beliau juga menjahit sendiri bajunya.

Sebagai pemimpin, Rasulullah SAW mencontohkan sikap tawadhu. Suatu ketika, para utusan Raja Najasyi akhirnya tiba di Madinah. Mereka membawakan beragam bingkisan dan pesan persahabatan dari sang penguasa negeri Habasyah itu.