Tak Pernah Sampai Di Makkah, Tukang Sepatu Justru Raih Haji Mabrur

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

KincaiMedia, JAKARTA -- Alkisah, seorang berilmu dari era tabiin, Abdullah bin Mubarak, menunaikan haji. Ia pun mengerjakan semua rukun dan syarat ibadah nan menjadi salah satu rukun Islam itu.

Siang harinya, dia mengantuk dan tak sengaja tertidur di area Masjidil Haram. Dalam tidurnya, Ibnu Mubarak bermimpi mendengar percakapan dua malaikat nan sedang memantau seluruh jamaah haji dari ketinggian.

"Wahai, berapa banyak umat Islam nan berhaji pada tahun ini?" tanya sang malaikat.

"Tak kurang dari enam ratus ribu orang," jawab malaikat nan satunya, "tetapi tidak satu pun dari mereka nan diterima ibadahnya oleh Allah Ta'ala."

"Dari jumlah sebanyak itu?"

"Benar, selain hanya satu hamba Allah, adalah seorang tukang sol sepatu asal Damaskus. Namanya, Muwaffaq," jawab malaikat kedua.

"Padahal, laki-laki itu tidak bisa berangkat ke Tanah Suci kali ini. Namun, lantaran dirinya-lah, semua nan pergi haji pada tahun ini bisa diterima ibadahnya," sambungnya.

Seketika, Ibnu Mubarak terbangun dari tidurnya. Ia tetap merasa terkejut dengan apa nan didengarnya dalam mimpinya barusan.

Untuk menjawab rasa penasarannya, dia tidak jadi pulang ke negerinya begitu musim haji selesai. Ia terlebih dulu mengunjungi Damaskus untuk mencari dan mengenal si tukang sol sepatu, Muwaffaq.

Sesampainya di kota tersebut, berilmu dari kalangan tabiin itu lantas meyambangi pasar. Dari orang ke orang, dia bertanya tentang seorang tukang sol sepatu nan berjulukan Muwaffaq. Setelah ditelusuri, dia akhirnya menemukan rumah orang nan dicari-carinya itu.

Ia pun mengetuk rumah Muwaffaq. Setelah mengucapkan salam, Ibnu Mubarak pun minta izin bertamu. Setelah itu, dimulailah pembicaraan untuk mencari jawaban atas rasa penasarannya: kenapa orang nan tidak berangkat ke Tanah Suci justru dihitung kebaikan ibadahnya sebagai telah naik haji?

"Wahai Tuan, kebaikan apa nan telah engkau lakukan sehingga bisa tercatat telah berhaji, padahal engkau sendiri tidak pergi pada tahun ini ke Baitullah?" tanya Ibnu Mubarak setelah menuturkan mimpinya kepada sang tuan rumah.

Tukang sol sepatu itu pun bercerita. Pergi haji adalah impiannya sejak muda. Akan tetapi, keadaan finansial tidak membuatnya leluasa bepergian. Ia pun kudu menabung dari tahun ke tahun untuk mengumpulkan biaya perjalanan haji. Penghasilannya setiap hari dia sisihkan sebagian demi mewujudkan cita-citanya itu.

"Melihat kondisi ekonomiku nan sederhana ini, sangat mustahil untuk mengumpulkan duit nan dipakai bekal berhaji. Namun, atas pertolongan Allah, tabunganku akhirnya cukup. Tahun ini saya dikaruniai rezeki sebesar 300 dirham," kata Muwaffaq.

Ia sangat berbahagia lantaran impiannya sejenak lagi bakal terwujud. Apalagi, istrinya nan sedang mengandung menyetujui keberangkatannya ke Tanah Suci.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027