ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA-Sherbet, saribuah dari buah, rempah-rempah, namalain kembang nan dihancurkan telah lama dikenal sebagai salah satu minuman paling terkenal dari dan untuk bumi Muslim, apalagi mengalahkan tokoh-tokoh Barat seperti Lord Byron.
Saat ini, saribuah ini dikenal dengan beragam nama, dikaitkan dengan beragam tradisi budaya, dan diproduksi oleh beragam negara mulai dari India hingga Amerika Serikat.
Artikel singkat ini menggali lebih dalam tentang sejarah minuman ringan pertama di dunia.
"Beri saya matahari, saya tidak peduli seberapa panas, dan serbat, saya tidak peduli seberapa sejuk, dan Surgaku bakal semudah dibuat oleh orang Persia."
Demikian tulis Lord Byron dengan penuh kerinduan pada 1813, setelah dia mencicipi minuman ini saat berjamu ke Istanbul.
Dalam kisah Seribu Satu Malam, serbat muncul sebagai minuman nan menyegarkan dan berfaedah sebagai obat. Terjemahan Sir Richard Burton berbunyi:
Setelah itu Shahryar memanggil para master dan mahir bedah dan menyuruh mereka mengobati saudaranya sesuai dengan patokan seni, nan mereka lakukan selama satu bulan penuh; tetapi serbat dan ramuan mereka tidak ada gunanya....
Minuman nan dikenal sebagai serbat, dalam beragam bentuknya, telah menginspirasi banyak pengonsumsi dengan aroma buah-buahan, bunga, namalain rempah-rempah nan kuat dan disuling. Baik saat ini maupun dalam sejarah, serbat mungkin merupakan minuman nan paling tersebar luas di bumi Muslim.
Dua abad sebelum Byron, filsuf Francis Bacon telah mencicipi serbat pada 1626, nan memberikan kita salah satu catatan paling awal tentang kata baru dalam bahasa Inggris.
Sherbet dibuat dari saribuah buah namalain ekstrak kembang namalain rempah-rempah, dikombinasikan dengan gula dan air (dan terkadang cuka) untuk membentuk sirup nan diencerkan di kemudian hari dengan air, es, namalain apalagi salju. Karena alkohol dilarang dalam Islam, serbat menjadi salah satu minuman terpenting dalam budaya Muslim-bahkan menjadi bagian dari bahasa sehari-hari.
Dalam bahasa Arab Mesir, misalnya, "dammu sharbaat" ("darahnya adalah serbat") adalah pujian untuk watak nan manis. Anak-anak adalah "sharbaataat" - "imut" namalain "kekasih". Kopi namalain teh dapat disajikan dengan julukan "sharbaat," nan berfaedah "sangat manis."
Di Asia Tengah dan Selatan, sharbat digunakan sebagai nama panggilan, dan salah satu foto sampul majalah National Geographic nan paling terkenal adalah wajah Sharbat Gula dari Afghanistan.
BACA JUGA: Terungkap Agenda Penghancuran Sistematis Gaza Hingga tak Dapat Dihuni dan Peran Inggris
Alasan ketenaran serbat nan luas adalah karena, hingga awal abad ke-20, hanya ada sedikit langkah untuk mengawetkan dan mengangkut buah segar.
Pendinginan hanya tersedia bagi mereka nan sangat kaya, sementara kuda adalah perangkat transportasi nan universal untuk kecepatan dan jarak.
Oleh lantaran itu, buah-buahan tetap berbudi pekerti musiman dan lokal-kecuali jika mereka dapat dikeringkan namalain direduksi menjadi sari buah dalam corak sirup.