ARTICLE AD BOX
Dalam upaya menuju kebahagiaan asasi dan menggapai rida Allah, manusia selalu mendapatkan beragam rintangan. Di antara rintangan terbesar adalah setan nan selalu menggoda dan membujuk rayu manusia untuk menjadi pengikutnya dalam kesesatan. Dia berupaya menghiasi keburukan sehingga manusia tertarik kepadanya, dan menjelek-jelekkan kebaikan sehingga manusia menjauhinya.
Ikrar setan untuk terus menyesatkan manusia
Upaya setan untuk terus menyesatkan manusia ini bermulai dari rasa hasad Iblis kepada Nabi Adam nan lebih diutamakan oleh Allah daripada dirinya, sehingga dia pun sombong tidak mau sujud kepada Adam. Lalu, Iblis pun berjanji janji di hadapan Allah bakal berupaya menyesatkan Adam dan anak keturunannya.
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
“Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan.’ Allah berfirman, ‘(Kalau begitu), maka sesungguhnya Anda termasuk orang-orang nan diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu nan telah ditentukan.’ Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh lantaran Engkau telah memutuskan bahwa saya sesat, pasti saya bakal menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti saya bakal menyesatkan mereka semuanya.’” (QS. Al-Hijr: 36-39)
Dalam ayat lain, Allah berfirman,
لَعَنَهُ اللَّهُ وَقَالَ لَأَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا
“Allah melaknat setan. Dan setan itu mengatakan, ‘Saya betul-betul bakal mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian nan sudah ditentukan (untuk saya), dan saya betul-betul bakal menyesatkan mereka, dan bakal membangkitkan khayalan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga hewan ternak), silam mereka betul-betul memotongnya, dan bakal saya suruh mereka (mengubah buatan Allah), silam betul-betul mereka mengubahnya.’ Barangsiapa nan menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya dia menderita kerugian nan nyata.” (QS. An-Nisa: 118-119)
Perlunya melakukan perlawanan terhadap setan
Seorang mukmin nan mempunyai ketulusan niat untuk menggapai rida Allah, tentu bakal berupaya semaksimal mungkin menghadapi rintangan nan ada. Maka, dia bakal berupaya melakukan perlawanan terhadap setan dan gangguannya. Apabila dia bersungguh-sungguh dalam usahanya ini, niscaya Allah bakal memberi pertolongan dan kemudahan kepadanya.
Allah berfirman,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang nan berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami bakal tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang nan melakukan baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)
As-Suddi dan nan lain mengatakan bahwa ayat ini turun sebelum diwajibkan berperang. Ibnu Athiyyah berkata, “Ayat ini sebelum adanya jihad nan makruf (yakni: perang -pen), sehingga dia adalah jihad nan berbudi pekerti umum untuk menegakkan kepercayaan Allah dan mencari rida-Nya.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16:390)
Dan jihad dengan makna nan umum mencakup jihad melawan empat hal. Di antaranya adalah jihad melawan setan.
Ibnul Qayyim berkata, “Jihad itu ada empat tingkatan. Jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan setan, jihad melawan orang-orang kafir, dan jihad melawan orang-orang munafik.” (Zadul Ma’ad, 3:9)
Lalu, beliau menjelaskan tentang jihad melawan setan, “Adapun jihad melawan setan, maka ada dua tingkatan:
Pertama adalah jihad melawannya dengan menolak beragam perihal nan dilemparkan oleh setan kepada seorang hamba, berupa syubhat, dan keraguan nan bisa merusak keimanan.
Kedua adalah jihad melawan setan dengan menolak beragam perihal nan dilemparkan setan kepada hamba nan berupa syahwat dan keinginan-keinginan nan merusak.” (Zadul Ma’ad, 3:10)
Baca juga: Benarkah Godaan Wanita Lebih Besar daripada Godaan Setan?
Upaya nan bisa dilakukan untuk melawan setan
Pertama: Mengetahui bahwa setan adalah musuh kita
Seseorang nan tidak mengetahui siapa musuhnya, tidak bakal mungkin melakukan perlawanan kepadanya. Maka, perihal pertama nan kudu dimiliki oleh seorang mukmin dalam melawan setan adalah, meyakini bahwa setan adalah musuh nan sebenarnya baginya. nan terus berupaya menjerumuskannya dalam kebinasaan.
Allah berfirman,
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah dia sebagai musuh, lantaran sesungguhnya setan itu hanya membujuk golongannya agar mereka menjadi penunggu neraka nan menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)
Kedua: Meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah
Manusia adalah makhluk nan lemah. Dia tidak bisa melakukan mengerjakan suatu kebaikan dan menghindari keburukan, selain dengan pertolongan Allah. Terlebih lagi ketika dia mau menghadapi musuh nan tidak bisa dia lihat dan tidak bisa dia dengar. Maka, semakin besar kebutuhannya untuk meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah nan Maha Mengetahui segala sesuatu.
Allah berfirman,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah nan Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 36)
Ketiga: Ikhlas
Sebesar apa pun upaya nan dilakukan setan menyesatkan manusia, rupanya ada orang-orang nan setan sendiri mengakui tidak bisa menyesatkannya. Mereka adalah orang-orang nan mempunyai keikhlasan dalam hatinya.
Allah berfirman,
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
“Ia (Iblis) berkata, ‘Tuhanku, oleh lantaran Engkau telah memutuskan bahwa saya sesat, saya pasti bakal jadikan (kejahatan) terasa bagus bagi mereka di bumi, dan saya bakal menyesatkan mereka semuanya, selain hamba-hamba-Mu nan terpilih di antara mereka.’ ” (QS. Al-Hijr: 39-40)
Syekh As-Sa’di menjelaskan tentang makna kata “المخلَصين” (hamba-hamba nan terpilih) di dalam ayat tersebut, “Yaitu, nan Engkau pilih mereka lantaran keikhlasan, keimanan, dan tawakal mereka.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 431)
Dalam Tafsir Al-Qurthubi, dijelaskan bahwa ustadz (qiraah) dari Madinah dan dari Kufah membaca kata tersebut dengan difathah huruf lamnya. Sehingga dibaca “mukhlasin” nan artinya orang-orang nan dipilih. Sedangkan ustadz mahir qiraah lainnya membaca kata tersebut dengan dikasrah huruf lamnya. Sehingga dibaca “mukhlisin” nan artinya adalah orang-orang nan memurnikan ibadah hanya untuk Allah dan membersihkannya dari kerusakan dan riya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi, 12:212)
Keempat: Bertawakal kepada Allah
Tawakal kepada Allah maknanya adalah bersandarnya hati hanya kepada Allah dalam mendatangkan kebaikan dan menghindari keburukan, disertai dengan melakukan upaya nan disyariatkan dan diizinkan oleh Allah. Tawakal merupakan ibadah nan sangat agung dan juga penting. Dia mempunyai banyak keutamaan. Di antaranya adalah orang nan bertawakal kepada Allah tidak bakal dikuasai dan dipengaruhi oleh setan. Allah berfirman,
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
“Maka, seumpama engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur`ān, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan nan terkutuk. Sungguh, setan itu tidak bakal berpengaruh terhadap orang nan berakidah dan bertawakal kepada Tuhan. Pengaruhnya hanyalah terhadap orang nan menjadikannya pemimpin dan terhadap orang nan menyekutukannya dengan Allah.” (QS. An-Nahl: 98-100)
Kelima: Menjauhi langkah-langkah setan
Perlu kita ketahui, ketika setan mau menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan dan kebinasaan, dia tidak menggunakan satu langkah saja. Bahkan, setan mempunyai begitu banyak langkah dan langkah untuk menyesatkan manusia. Oleh lantaran itu, seumpama kita mau melawan setan, sangat perlu bagi kita untuk mengetahui apa saja langkah-langkah nan ditempuh oleh setan, untuk kemudian kita jauhi. Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Wahai orang-orang nan beriman! Janganlah Anda mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan nan bandel dan mungkar. Kalau bukan lantaran karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara Anda bersih (dari perbuatan bandel dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa nan Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 21)
Qatadah berkata, “Semua kemaksiatan adalah termasuk langkah-langkah setan.” (Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nur: 21)
Syekh As-Sa’di berkata, “Dan langkah-langkah setan mencakup semua kemaksiatan nan berangkaian dengan hati, lisan, dan personil badan.” (Taisirul Karimir Rahman, hal. 563)
Keenam: Membekali diri dengan ilmu
Kebodohan manusia merupakan kondisi nan disukai setan. Dengan kebodohan, setan mendapatkan kesempatan besar untuk menjerumuskan manusia dalam kesalahan dan dosa.
Sebagaimana telah dijelaskan para ulama, salah satu senjata setan untuk menyesatkan manusia adalah syubhat. Yaitu, kerancuan-kerancuan nan dilemparkan setan untuk menipu manusia sehingga dia menganggap nan batil sebagai kebenaran, dan menganggap nan betul sebagai kebatilan. Senjata ini tentu hanya bakal sukses pada orang-orang nan tidak mempunyai pengetahuan tentang kebenaran dan kebatilan. Maka, untuk melawan setan dalam perihal ini, kita kudu membekali diri dengan pengetahuan nan benar.
Ibnul Qayyim berkata, “Fitnah itu ada dua macam; tuduhan syubhat dan tuduhan syahwat. Dan nan paling besar (bahayanya) adalah tuduhan syubhat. Kadang-kadang keduanya terkumpul pada diri seorang hamba dan terkadang hanya satu saja nan ada. Maka, tuduhan syubhat adalah disebabkan lantaran lemahnya bashirah dan sedikitnya ilmu.” (Ighatsatul Lahfan, 2:887)
Syekh Ali Hasan memberikan komentar atas ucapan Ibnul Qayyim di atas, “Dan dari pintu sedikitnya pengetahuan inilah, setan bisa masuk (menyesatkan) banyak orang-orang nan lali. Setan menghias-hiasi dan memperindah (keburukan) sehingga mereka jatuh dalam jaring-jaring setan. Maka, pengetahuan nan berfaedah adalah kunci semua kebaikan dan penolak semua keburukan.” (Catatan kaki no.1 Ighatsatul Lahfan, 2:887)
Ketujuh: Menetapi kesabaran
Selain syubhat, senjata lain nan digunakan setan adalah syahwat. Yaitu, kecenderungan pada diri manusia untuk memuaskan hawa nafsunya. Dengan adanya syahwat pada diri manusia, setan bisa menggoda dan membujuk seseorang nan sebenarnya telah mempunyai pengetahuan sehingga dia melakukan kemaksiatan nan cocok dengan hawa nafsunya. Maka, untuk menghadapi perihal ini, di samping pengetahuan nan kudu dimiliki, kita juga kudu mempunyai kesabaran untuk menahan diri dari menuruti kemauan hawa nafsu melakukan kemaksiatan.
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Dan adapun orang-orang nan takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari kemauan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41)
Kedelapan: Memperbanyak zikir kepada Allah
Disebutkan dalam sabda bahwa Allah memerintahkan Yahya bin Zakariya dengan lima kalimat agar diamalkan. Di antaranya disebutkan:
وآمُركم أن تَذكُروا اللهَ؛ فإنَّ مَثلَ ذلك كمَثلِ رجلٍ خرَج العدوُّ في أثَرِه سِراعًا حتَّى إذا أتى على حِصنٍ حَصينٍ، فأحرَز نفسَه منهم، كذلك العبدُ لا يُحرِزُ نفسَه مِن الشَّيطانِ إلَّا بذِكْرِ اللهِ
“Dan saya perintahkan kalian untuk berzikir kepada Allah. Karena perumpamaannya ibaratkan seseorang nan dikejar oleh musuh di belakangnya dengan cepat, sehingga seumpama dia telah sampai pada tembok nan kokoh, maka dia pun melindungi diri dari mereka. Demikianlah perumpamaan seorang hamba, dia tidak bisa melindungi diri dari setan, selain dengan zikir kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi no. 2863)
Kesembilan: Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu zikir terbaik. Di samping bahwa Al-Qur’an berisi petunjuk dan obat bagi penyakit di dalam dada.
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang nan beriman.” (QS. Yunus: 57)
Maka, seumpama seorang hamba membaca Al-Qur’an, dia bakal dijauhi oleh setan. Terlebih lagi seumpama dia mau merenungi isi kandungannya, serta mengamalkannya, niscaya setan bakal menjauh darinya. Renungilah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berikut,
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ. إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Jangan Anda jadikan rumahmu sebagai kuburan, sesungguhnya setan bakal kabur dari rumah nan dibacakan padanya surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim no. 780)
Kesepuluh: Menetapi Jama’ah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ ثَلاثَةٍ فِي قَرْيةٍ، وَلَا بَدْوٍ، لَا تُقَامُ فِيهِمُ الصَّلَاةُ إلاَّ قَد اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِم الشَّيْطَانُ. فَعَلَيْكُمْ بِالجَمَاعَةِ، فَإنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الغَنَمِ القَاصِيَة
“Tidaklah tiga orang berada pada suatu kampung namalain suatu padang sahara nan tidak ditegakkan padanya salat, melainkan setan bakal menguasai mereka. Maka, hendaknya kalian menetapi jama’ah. Karena serigala hanya bakal memangsa kambing nan menyendiri (dari jama’ah).” (HR. Abu Daud no. 547)
Jama’ah nan dimaksud, tentunya adalah orang-orang nan berpegang pada kebenaran. Bukan sembarang jama’ah namalain kumpulan orang-orang, walaupun di atas kebatilan.
Abdullah bin Mas’ud berbincang kepada Amr bin Maimun, “Tahukah Anda apa itu jama’ah?” Dia menjawab, “Aku tidak tahu.” Ibnu Mas’ud berkata, “Sesungguhnya kebanyakan jama’ah (orang-orang) mereka menyelisihi jama’ah. Jama’ah (sesungguhnya) adalah apa nan sesuai dengan kebenaran walaupun Anda sendirian.” (Ad-Durar As-Saniyyah fil Ajwibah An-Najdiyah, 12:109)
Wallahul Musta’an
Baca juga: Penjelasan Hadis Tanduk Setan dari Timur
***
Penulis: Abu Ubaidillah Apri Hernowo
Artikel: KincaiMedia