ARTICLE AD BOX
Stolen Focus – Grameds pasti pernah mengalami nan namanya lenyap fokus. Entah itu saat sedang belajar, bekerja, namalain melakukan aktivitas lainnya. Kehilangan konsentrasi adalah sebuah perihal nan wajar, lantaran otak kita juga memerlukan rehat di sela-sela padatnya kesibukan. nan mengkhawatirkan adalah jika kita mengalami lenyap konsentrasi secara konstan berulang kali namalain dalam kata lain mudah terdistraksi.
Kemampuan kita untuk memperhatikan sedang menurun. Dari penulis kitab terlaris jenis New York Times Chasing the Scream dan Lost Connections muncul sebuah kajian inovatif tentang kenapa perihal ini terjadi–dan gimana langkah mendapatkan kembali perhatian kita.
Buku Stolen Focus: Why You Can’t Pay Attention— and How to Think Deeply Again sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan titel Stolen Focus: Mengapa Perhatian Kita Mudah Teralihkan – Cara Mengembalikan Fokus dalam Hidup Keseharian dengan ketebalan 403 laman oleh Gramedia Pustaka Utama pada 26 November 2023. Sebelum membaca ulasan kitab ini, kita kenalan terlebih dulu yuk dengan Johann Hari, penulis dari kitab ini Grameds!
Profil Johann Hari – Penulis Buku Stolen Focus: Mengapa Perhatian Kita Mudah Teralihkan
Johann Eduard Hari, nan lahir pada 21 Januari 1979, adalah seorang wartawan dan penulis asal Inggris. Sebelum mengundurkan diri pada tahun 2011 setelah terlibat dalam skandal plagiarisme dan pemalsuan, Hari menulis untuk media ternama seperti The Independent. Sejak mengakui bahwa dia telah melakukan plagiarisme sejak tahun 2001, Hari memutuskan untuk beranjak fokus, meninggalkan bumi jurnalistik tradisional, dan mulai menulis kitab dengan tema-tema nan lebih luas, seperti teknologi, kecanduan, dan kebijakan medis.
Buku-buku nan ditulis oleh Hari sering kali menuai kritik, terutama mengenai dengan kecermatan dan langkah dia mengutip sumber. Meskipun demikian, karyanya tetap mendapat perhatian besar dari pembaca. Salah satu karya terkenalnya, Stolen Focus (2022), membahas gimana perkembangan teknologi dan style hidup modern berakibat pada skill kita untuk konsentrasi dan kesehatan mental. Buku lain nan tak kalah populer, Chasing the Scream (2015), mengangkat masalah kecanduan dan kebijakan perang melawan narkoba, nan kemudian menjadi materi dari TED Talk nan sangat sukses pada tahun 2015, salah satu nan paling banyak ditonton pada masa itu.
Selain karya tulisnya, Hari juga menulis kitab Magic Pill nan konsentrasi pada pengobatan semaglutide untuk glukosuria jenis 2 dan obesitas, serta Lost Connections, nan mengulas tentang depresi, kecemasan, dan kesehatan mental. Selain bumi literasi, Hari juga terlibat dalam industri film, dimana dia menjadi produser dan penulis untuk movie The United States vs. Billie Holiday (2021). Film tersebut mendapat beragam penghargaan, termasuk nominasi di Academy Awards dan dua Golden Globes, nan semakin menambah pencapaian dalam karirnya.
Sinopsis Buku Stolen Focus: Mengapa Perhatian Kita Mudah Teralihkan
Di Amerika Serikat, rata-rata remaja hanya bisa berkonsentrasi pada satu tugas selama 65 detik, sementara pekerja kantoran memperkuat sekitar tiga menit sebelum beranjak ke perihal lain. Seperti banyak orang lainnya, Johann Hari merasakan akibat negatif dari kebiasaan terus-menerus beranjak antara perangkat dan beragam tab di layar, nan membuatnya merasa terkuras dan frustasi. Ia mencoba beragam metode swadaya—termasuk tidak menggunakan ponsel selama tiga bulan—namun tetap tidak menemukan solusi nan efektif. Akhirnya, dia memulai perjalanan panjang ke beragam negara untuk mewawancarai para mahir terkemuka tentang perhatian manusia dan menemukan bahwa banyak dugaan kita tentang krisis ini rupanya keliru.
Kita sering mengira bahwa kesulitan untuk konsentrasi adalah akibat dari kurangnya disiplin dalam mengendalikan penggunaan perangkat. Namun, kenyataannya jauh lebih mengkhawatirkan: perhatian kita telah dicuri oleh kekuatan eksternal nan sengaja membikin kita rentan terhadap pemanfaatan perusahaan nan mengambil untung dari distraksi kita. Dalam riset nya, Hari mengidentifikasi 12 penyebab utama dari krisis ini, mulai dari berkurangnya kebiasaan termenung hingga meningkatnya polusi, nan semuanya turut menggerus skill kita untuk berkonsentrasi.
Dalam Stolen Focus, Hari membawa pembaca mengenal para mantan insinyur Silicon Valley nan merancang sistem untuk membajak perhatian manusia, serta master hewan nan menemukan kasus ADHD pada anjing. Ia juga menelusuri favela di Rio de Janeiro, di mana masyarakat mengalami gangguan konsentrasi dengan langkah nan mencengangkan, serta mengunjungi sebuah lembaga di Selandia Baru nan menemukan metode inovatif untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
Yang paling penting, Johann Hari mempelajari gimana kita bisa mendapatkan kembali skill untuk fokus—baik sebagai perseorangan maupun sebagai masyarakat—jika kita bersedia memperjuangkannya. Stolen Focus menawarkan perspektif baru dalam perdebatan mengenai perhatian dan memberikan pedoman bagi kita untuk merebutnya kembali.
Kelebihan dan Kekurangan Buku Stolen Focus: Mengapa Perhatian Kita Mudah Teralihkan
Pros & Cons
Pros
- Gaya penulisan nan menarik dan mengalir.
- Analisis nan mendalam dan luas.
- Mengajak pembaca untuk merefleksikan diri.
- Relevan dengan rumor kontemporer.
- Memberikan kegunaan bagi pembaca.
- Terdapat solusi nan nyata dan praktis.
- Buku nan mengubah pola pikir.
Cons
- Argumen nan terasa kurang kuat.
Kelebihan Buku Stolen Focus: Mengapa Perhatian Kita Mudah Teralihkan
Johann Hari sekali lagi membuktikan keahliannya dalam menulis lewat kitab Stolen Focus. Seperti buku-buku sebelumnya, dia menyajikan tulisan nan mengalir dengan style nan mudah dipahami. Buku ini tidak hanya memberikan wawasan mendalam tentang gimana konsentrasi kita dicuri oleh teknologi dan beragam aspek eksternal, tetapi juga membujuk pembaca untuk merefleksikan kebiasaan mereka dalam berinteraksi dengan bumi digital.
Salah satu kelebihan utama dari Stolen Focus adalah cakupan analisisnya nan luas. Hari tidak hanya membahas pengaruh teknologi saja, tetapi juga mengaitkannya dengan faktor-faktor lain seperti pola makan, stres, kurangnya waktu tidur, dan apalagi polusi. Ia tidak sekadar mengulang argumen nan sudah sering muncul dalam beragam obrolan tentang akibat teknologi terhadap konsentrasi, tetapi membawa perspektif pandang nan lebih menyeluruh dan mendalam.
Selain itu, Stolen Focus juga sangat relevan dengan isu-isu kontemporer. Dalam bumi nan semakin dipenuhi distraksi, baik dari media sosial, notifikasi tanpa henti, hingga kebiasaan multitasking nan dianggap sebagai suatu keharusan, kitab ini datang sebagai sirine nan membangunkan kita untuk kembali mempertanyakan gimana kita menghabiskan waktu dan daya kita. Tema nan diangkat dalam kitab ini juga sejalan dengan dokumenter terkenal seperti The Social Dilemma, nan mengungkap gimana perusahaan teknologi secara sengaja merancang platform mereka agar semakin membikin pengguna kecanduan.
Yang membikin kitab ini semakin menarik adalah adanya solusi nan nyata dan praktis. Johann Hari tidak hanya menguraikan masalah saja, tetapi juga memberikan beragam langkah untuk meningkatkan konsentrasi dan konsentrasi dalam kehidupan sehari-hari. Ia membujuk pembaca untuk memahami gimana kita dapat mencapai kondisi flow, kondisi di mana seseorang dapat konsentrasi secara optimal dalam mengerjakan suatu tugas.
Membaca Stolen Focus bukan hanya bakal memberikan wawasan baru, tetapi juga dapat mengubah pola pikir pembaca tentang hubungan mereka dengan teknologi. Banyak pembaca nan merasa terdorong untuk lebih sadar dalam menggunakan media sosial, membatasi notifikasi, serta mengambil langkah-langkah mini untuk meningkatkan konsentrasi dan produktivitas.
Kekurangan Buku Stolen Focus: Mengapa Perhatian Kita Mudah Teralihkan
Meskipun kitab ini menawarkan banyak kelebihan, tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa kekurangan nan patut dicatat. Beberapa bagian dari kitab ini menyajikan argumentasi nan terkesan kurang solid, dan terkadang penulis terlihat hanya memilih info nan mendukung pandangannya tanpa memberikan ruang untuk info namalain perspektif nan mungkin bertentangan. Akibatnya, beberapa konklusi nan diambil terasa kurang jeli dan terkesan dipaksakan, nan bisa menurunkan kredibilitas kitab ini di mata pembaca kritis.
Ironisnya, meskipun kitab ini berfokus pada tema mengenai hilangnya fokus, pendekatan nan digunakan oleh penulis terkadang terasa kurang terarah. Gagasan-gagasan nan disampaikan sering kali tersebar tanpa hubungan nan jelas, sehingga pembaca bisa merasa kesulitan untuk mengikuti alur pemikiran penulis. Ketidakteraturan ini dapat membikin pembaca merasa bingung dan kesulitan untuk mengidentifikasi pesan utama nan mau disampaikan oleh kitab ini.
Dalam konteks ini, meskipun kitab ini sukses mengangkat rumor nan relevan dan penting, langkah penyajiannya bisa membikin pembaca kehilangan gambaran besar namalain apalagi merasa terputus dari inti pembahasan. Struktur nan lebih terorganisir dan argumen nan lebih berbobot bakal sangat membantu untuk memperkuat pesan nan mau disampaikan dan memberikan pengalaman membaca nan lebih menyeluruh.
Penutup
Dengan membaca Stolen Focus: Mengapa Perhatian Kita Mudah Teralihkan, kalian bakal memahami beragam penyebab di kembali menurunnya konsentrasi serta menemukan langkah untuk mengatasinya. Jika kalian merasa susah berkonsentrasi dalam menjalani aktivitas sehari-hari, jangan biarkan masalah ini terus berlanjut. Segera miliki bukunya dan temukan strategi nan efektif untuk mengembalikan konsentrasi serta produktivitas kalian, Grameds!
Nah Grameds, itu dia sinopsis dan ulasan dari kitab Stolen Focus: Mengapa Perhatian Kita Mudah Teralihkan karya Johann Hari. Yuk langsung saja dapatkan kitab ini dan kitab best seller nan lainnya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan info dan produk terbaik untuk kamu.
Penulis: Gabriela Estefania
Rekomendasi Buku
The Simplicity Principle : Enam Tahap Mengusahakan Kejernihan di Tengah Kompleksitas Dunia
Steve Jobs berbincang dengan tegas, “Simpel bisa jadi lebih susah daripada kompleks: Anda kudu berupaya keras menjernihkan pikiran. Namun akhirnya, kerja keras itu sepadan dengan hasilnya, lantaran begitu Anda mencapainya, gunung pun bisa Anda pindahkan.”
Apa tantangan untuk menjadi sederhana di bumi modern? Pengguna smartphone mengalami konsentrasinya diinterupsi setiap 12 menit, ada 250 miliar surel dikirim setiap 24 jam dan hingga kini, internet memuat info sebanyak lebih dari 5 zettabite. Itulah kompleksitas nan menyabotase tekad bulat setiap orang untuk menjadi sederhana dan bertumbuh dengan baik. Meski begitu, kompleksitas tidak selayaknya kita hindari. nan perlu dilakukan adalah belajar merampingkan dan menyederhanakan konsentrasi perhatian kita, serta ke mana kita mencurahkan daya serta inteligensi kita.
Living Untethered : Teknik-Teknik Praktis Mencapai Kedamaian Batin
Kita semua mau mengalami kedamaian batin, tetapi sering kali kita mencarinya di tempat nan salah: di luar diri kita. Seluruh aliran spiritual menekankan bahwa sumber kedamaian berada di dalam diri kita sendiri, dan ke sanalah kita kudu mencari. Bagaimana caranya? Didasarkan pada beragam aliran spiritual dan pengalaman pribadi penulis, Living Untethered bakal memandu Anda memulai perjalanan untuk menyibak onak-duri pikiran dan emosi, melepaskan sumbatan-sumbatan jiwa nan terus menjebak Anda dalam siklus penderitaan, hingga akhirnya mencapai kedamaian paripurna.
Dalam narasi nan santuy dan jenaka, topik di kitab ini meliputi:
- Penerimaan dan kepasrahan sebagai kunci kebahagiaan
- Hakikat bumi luar, pikiran, dan emosi sebagai objek kesadaran
- Mimpi, alam bawah-sadar, dan bumi simbol
- Teknik praktis membebaskan diri dari belenggu pikiran dan emosi
- Teknik praktis berbaikan dengan masa lalu
- Transmutasi energi: prinsip seluruh praktik spiritual
- Rahasia aliran shakti, daya inti di dalam diri
Lateral Thinking : Think What No One Else has Thought
Hidup kita tak pernah lepas dari permasalahan. Umumnya, kita menggunakan langkah demi langkah nan sudah kita kenal untuk menyelesaikannya. Cara itu kita sebut dengan pemikiran vertikal namalain linier, adalah pemikiran nan didasarkan pada logika, solusi nan ada, dan pengalaman. Namun, terkadang ada persoalan-persoalan nan terlalu rumit untuk kita selesaikan lewat jalur pemikiran vertikal. Bila dipaksakan, kita malah hanya bakal terkunci pada ruang sempit otak, dan kemudian dipaksa menyadari bahwa kita memang memerlukan pendekatan nan betul-betul berbeda.
Lalu, gimana mengatasinya? Lateral thinking namalain langkah berpikir lateral bakal membantu kita keluar dari kotak. Berpikir lateral membantu kita beradaptasi dengan tantangan dan situasi baru. Hal ini mendorong kita untuk memandang masalah dari beragam perspektif.
Sumber:
- https://books.google.co.id/books?id=IPVcEAAAQBAJ&pg=PA89&source=gbs_selected_pages&cad=1#v=onepage&q&f=false
- https://www.goodreads.com/book/show/204477205-stolen-focus