Petunjuk Nabi Dalam Menyikapi Orang Yang Berbuat Dosa

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Dalam kehidupan seorang hamba, berdosa adalah perihal nan pasti dilakukan. Hampir tidak mungkin dalam satu hari nan berlalu, seseorang tidak melakukan dosa, baik disengaja maupun tidak. Nabi ﷺ bersabda,

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

“Setiap anak Adam pasti melakukan salah dan sebaik-baik orang nan melakukan kesalahan adalah nan bertobat.” (HR. Tirmidzi no. 2499, sahih.)

Tidak terlepas perihal itu pada diri kita sendiri, namalain orang di sekitar kita, juga mungkin sesama kawan pengajian. Maka, dituntut bagi kita untuk mengetahui gimana sikap nan tepat menghadapi orang nan melakukan dosa tersebut.

Perlu kita ketahui bahwa orang nan berdosa itu beragam corak dan kondisinya. Ada nan memang betul-betul pendosa lantaran menentang agama. Ada nan lantaran ketidaktahuannya. Ada pula nan lantaran tak bisa melawan hawa nafsunya. Semua kondisi ini mempunyai penyikapan tersendiri.

Salah satu metode Nabi ﷺ dalam menyikapi seseorang nan melakukan dosa adalah memberikan solusi kepada pelakunya. Dalam salah satu sabda dari sahabat nan mulia, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

“Ketika kami duduk-duduk berdampingan Rasulullah ﷺ, tiba-tiba datanglah seseorang sembari berkata, ‘Wahai, Rasulullah, celaka!’ Beliau menjawab, ‘Ada apa denganmu?’ Dia berkata, ‘Aku berasosiasi dengan istriku, padahal saya sedang berpuasa.’ Maka, Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Apakah Anda mempunyai budak untuk dimerdekakan?’ Dia menjawab, ‘Tidak!’ Lalu, beliau ﷺ berfirman lagi, ‘Mampukah Anda berpuasa dua bulan berturut-turut?’ Dia menjawab, ‘Tidak.’ Lalu, beliau ﷺ bertanya lagi, ‘Mampukah Anda memberi makan enam puluh orang miskin?’ Dia menjawab, ‘Tidak.’ Lalu, Rasulullah tak bersuara sebentar. Dalam keadaan seperti ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diberi satu ‘irq berisi kurma (al-‘irq adalah perangkat takaran), silam beliau bersabda, ‘Mana orang nan bertanya tadi?’ Dia menjawab, ‘Saya orangnya.’ Beliau berfirman lagi, ‘Ambillah ini dan bersedekahlah dengannya!’ Kemudian orang tersebut berkata, ‘Apakah kepada orang nan lebih fakir dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada di dua ujung kota Madinah satu family nan lebih fakir dari keluargaku.’ Maka, Rasulullah ﷺ tertawa sampai tampak gigi taringnya, kemudian beliau ﷺ bersabda, ‘Berilah makan keluargamu!’ “ (HR. Bukhari no. 1936 dan Muslim no. 1111)

Dari sabda tersebut, kita bisa mengambil kegunaan langkah menyikapi orang nan melakukan dosa dari Nabi ﷺ.

Tidak berlebihan dalam merespons dosa

Pertama, perlu diketahui bahwa dosa nan dilakukan oleh orang tersebut bukanlah dosa nan ringan. Menyetubuhi istri ketika berpuasa di bulan Ramadan adalah dosa besar. Hal ini ditunjukkan atas kafarat nan diwajibkan dari dosa tersebut. Karena berpuasa di bulan Ramadan adalah tanggungjawab kaum muslimin, sehingga membatalkannya secara sengaja dengan jima’ adalah dosa besar nan keluar dari ketaatan.

Kedua, meski dosa tersebut begitu fatal, tetapi ketika Nabi ﷺ mendengar pengakuan tersebut, beliau tetap tenang dan tidak menghukumi pelakunya sebagai pendosa nan tak layak mendapatkan pembebasan namalain komentar-komentar nan tak layak. Hal ini nan juga terjadi tatkala sahabat Maiz radhiyallahu ‘anhu melaporkan bahwa dirinya berzina. Nabi ﷺ tidak menghukuminya dengan perkataan nan mencela, justru beliau memalingkan dirinya dan seakan tidak mau mendengarkan pengakuan tersebut.

Faedah etika lainnya dari sabda Nabi ﷺ tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ mempunyai kepintaran emosional nan luar biasa. Beliau tidak marah dan berupaya memahami kondisi orang nan melakukan dosa tersebut. Dalam kasus Maiz misalnya, beliau terlebih dulu memvalidasi apakah Maiz betul-betul bercabul namalain tidak. Sedangkan pada kisah sahabat nan jima’ di bulan Ramadan, beliau menanyakan terlebih dulu apa nan terjadi pada sahabat tersebut nan tiba-tiba datang mengucapkan celaka atas dirinya. Jika beliau ﷺ merespons para sahabat dengan respons panik namalain emosi, pasti bakal berakibat pada psikologis sahabat nan mungkin lebih tertutup namalain kehilangan kepercayaan pada sosok Nabi ﷺ.

Memberi solusi pada pelaku dosa

Ketiga, Nabi ﷺ memberikan solusi atas apa nan telah terjadi. Dalam sabda Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas, setelah mendapatkan info tersebut, beliau ﷺ memberikan solusi secara tidak langsung berupa langkah-langkah menunaikan kafarat. Pada pertanyaan pertama beliau menanyakan dari segi kepemilikan harta, adalah apakah orang tersebut mempunyai budak. Hal ini menunjukkan urutan dari salah satu jenis kekayaan terbesar, adalah budak. Lalu, jika tidak ada, maka ditanyakan skill pribadi dalam melakukan puasa. Kemudian jika tetap tidak mampu, ditawarkan untuk memberikan sebagian kekayaan kepada orang fakir miskin untuk memenuhi makan mereka.

Para ustadz berselisih, apakah pilihannya kudu urut ataukah tidak? Maksudnya, pilihan pertama adalah membebaskan budak. Bila tidak mampu, maka pilihan kedua, puasa dua bulan berturut-turut. Dan jika tidak bisa juga, kemudian pilihan ketiga, adalah memberi makan enam puluh orang miskin, namalain bebas memilih satu di antara tiga itu.

Pendapat Ibnu Al-Mulaqqin bahwa dalam sabda ini terdapat tanggungjawab membebaskan budak, kemudian berpuasa, kemudian memberi makan, secara tertib (berurutan), tidak diberi kewenangan memilih salah satunya. Ini merupakan pendapat kebanyakan ulama, nan juga didukung oleh Ibn Daqiqil ‘Ied dan Ibnu Hajar dalam rangka kehati-hatian.

Memberikan solusi sesuai skill orang

Keempat, solusi nan diberikan Nabi ﷺ juga bertingkat sesuai skill orangnya. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi ﷺ memperhatikan skill dan kadar seseorang dalam memberikan jawaban sebagai jalan keluar dari dosa tersebut. Tindakan ini merupakan gambaran dari kebijaksanaan Nabi ﷺ nan tertuntun oleh wahyu Allah ﷻ.

Memberi jalan keluar tanpa menyepelekan syariat

Kelima, Nabi ﷺ berupaya memberikan jalan keluar tanpa menggampangkan namalain menyepelekan norma Islam. Oleh lantaran itu, Nabi ﷺ menanyakan skill sahabat tersebut dari perihal nan paling berat terlebih dahulu, adalah memerdekakan budak, silam berpuasa, kemudian memberi makan fakir miskin. Dari tawaran kafarat tersebut, dimaklumi bahwasanya pilihan tersebut berurutan dari nan paling berat hingga kepada kafarat nan lebih ringan. Sehingga, tatkala menyikapi seorang pendosa, hendaknya kita memberikan solusi nan terbaik sesuai pedoman syariat. Kita juga perlu bijak menyikapi kadar diri sendiri dan jujur mengenai skill kita.

Memberikan solusi dengan aksi

Keenam, Nabi ﷺ mengusahakan solusi atas seseorang tidak hanya berupa kata-kata, melainkan juga berupa harta. Ketika Nabi ﷺ mendapatkan kurma, beliau memberikannya kepada orang tersebut agar dia dapat menunaikan kafaratnya. Padahal, tidak ada tuntutan bagi Nabi ﷺ sebetulnya untuk mencukupkan kekayaan sahabat tersebut. Namun, dengan sifat rahmat dan bijaksananya Nabi ﷺ, beliau memberikan kurma itu sebagai corak kecukupan agar sahabat tersebut dapat menunaikan kafaratnya. Jadi, beliau tidak hanya sekadar berpangku tangan jika tidak bisa menjalankan norma menunaikan kafarat. Namun, beliau berupaya semaksimal mungkin agar sahabat tersebut dapat menunaikan kafaratnya. Inilah etika Islam, adalah antusias untuk memberikan kebaikan kepada orang lain. Dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang nan melakukannya.” (HR. Muslim)

Abul Khaira rahimahullah berkata,

فقلب مملوء إيمانا، فعلامته الشفقة على جميع المسلمين، والاهتمام بما يهمهم، ومعاونتهم على أن يعود صلاحه إليهم

“Hati nan dipenuhi ketaatan tandanya adalah sayang terhadap kaum muslimin, perhatian terhadap apa nan menjadi kepentingan mereka, dan membantu mereka agar kebaikannya kembali kepada mereka.” (Tarikh Dimasyqi, 66:161)

Kutipan dari Abul Khaira ini tercermin secara sempurna dari sikap Nabi ﷺ pada sahabat nan melakukan dosa tersebut. Beliau menyikapi sahabat tersebut dengan kasih sayang, serta perhatian atas kepentingan mereka. Sehingga beliau memikirkan dan ikut mengusahakan agar sahabat tersebut dapat menunaikan kafaratnya. Beliau antusias dalam membantu agar kebaikan kembali  kepada sahabat tersebut, adalah kafarat atas dosanya dapat terpenuhi.

Mudah memberi uzur

Ketujuh, ketika semua langkah penunaian kafarat itu tidak bisa dilakukan oleh sahabat tersebut, Nabi ﷺ tetap tidak marah. Malah ketika sahabat tersebut menginginkan kurma nan semestinya diberikan kepada orang fakir miskin, Nabi ﷺ tertawa mendengarkan itu dan membiarkan sahabat tersebut membawanya.

Mudah percaya dengan ungkapan nan menunjukkan iman

Kedelapan, saat sahabat tersebut berjanji atas nama Allah ﷻ bahwa diri dan keluarganya nan termiskin di Madinah, Nabi ﷺ langsung mempercayainya. Sehingga Nabi ﷺ tidak pusing-pusing memvalidasi pernyataan tersebut. Dan meskipun sahabat tersebut melakukan dosa nan besar, Nabi ﷺ tidak kehilangan kepercayaan sepenuhnya kepada orang tersebut. Sehingga sumpahnya nan membawa nama nan paling agung langsung dipercayai.

Kemuliaan Nabi dalam menyikapi pendosa

Begitulah keelokan etika Nabi ﷺ dalam menyikapi pelaku dosa besar. Ini adalah keteladanan nan wajib kita tempuh dalam kehidupan. Kasih sayang Nabi ﷺ kepada umatnya melahirkan sikap kebijaksanaan dalam menyikapi keadaan tidak ideal. Sungguh para pelaku dosa telah berada dalam keterpurukan, maka janganlah menambah kegelapan dalam lembah kehidupan mereka. Tidak jarang kita temukan kawan nan diharapkan dapat memberikan nasihat dan solusi atas perbuatan dosa si pelaku, justru kian menenggelamkan mereka dengan celaan. Sehingga pelaku dosa tersebut itu putus asa dari rahmat Allah ﷻ dan akhirnya terus berenang dalam kubangan dosa lantaran merasa terlanjur hitam dan tidak dapat diterima lagi tobatnya.

Oleh lantaran itu, benarlah nasihat Syekh Ali bin Bakr As-Saqqaf,

الداعية عليه أن يرفق في دعوته، فيشفق على الناس ولا يشق عليهم، ولا ينفرهم من الدين بأسلوبه الغليظ والعنيف

“Seorang dai kudu bersikap lemah lembut dalam dakwahnya, mempunyai rasa kasih sayang kepada manusia, tidak memberatkan mereka, dan tidak menjauhkan mereka dari kepercayaan dengan style nan kasar dan keras.”

فيدعو بالحكمة والموعظة الحسنة، ويتلطف مع العاصي بكلام ليِّن وبرفق ولا يعين الشيطان عليه

“Maka, (seorang dai) hendaknya berceramah dengan hikmah dan pelajaran nan baik, bersikap lembut kepada pelaku maksiat dengan perkataan nan lembut dan penuh kelembutan, serta tidak membantu setan dalam menyesatkannya.” (Majmu’ Al-Akhlaq Al-Islamiyah, 1:258)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

إذا رأيتم أخاكم قارف ذنباً فلا تكونوا أعواناً للشيطان عليه، تقولوا: اللهم أخزه، اللهم العنه،

“Jika kalian memandang kerabat kalian melakukan dosa, maka janganlah kalian menjadi pembantu setan untuk melawannya dengan mengatakan, ‘Ya Allah, hinakan dia! Ya Allah, laknatilah dia!

ولكن سلوا الله العافية، فإنا أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم كنا نقول في أحد شيئاً حتى نعلم علام يموت؟ فإن ختم له بخير علمنا أن قد أصاب خيراً، وإن ختم بشر خفنا عليه

“Akan tetapi, mintalah kepada Allah, keselamatan baginya. Sesungguhnya kami, para sahabat Muhammad ﷺ, tidak pernah berbincang apa pun tentang seseorang hingga kami mengetahui gimana akhir hidupnya. Jika dia meninggal dengan akhir nan baik, maka kami tahu bahwa dia telah mendapatkan kebaikan. Namun, jika dia meninggal dengan akhir nan buruk, maka kami takut dia berada dalam keburukan.” (Riwayat Thabrani dalam Al-Mujam Al-Kabir no. 8574 dan Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhd, 1:313)

Semoga kita tidak tergolong hamba nan menjadi pembantu setan. Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba nan senantiasa semangat dalam meneladani Nabi ﷺ.

***

Penulis: Glenshah Fauzi

Artikel: KincaiMedia

Sumber:

Nabi Sang Penyayang, Prof. Dr. Raghib As-Sirjani, terj. Mohd. Suri Sudahri, S.Pd.I. dan Rony Nugroho, Pustaka Al-Kautsar.

Kafarat Orang nan Berhubungan Suami Istri Di Siang Ramadhan, Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. https://almanhaj.or.id/11558-kafarat-orang-yang-berhubungan-suami-istri-di-siang-ramadhan-2.html#_ftn8

https://shamela.ws/book/38218/259

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027