Pejuang Asi! Serena Williams Tolak Anjuran Berhenti Menyusui Saat Kembali Berlaga Pasca Melahirkan

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Memperjuangkan kewenangan wanita untuk menyusui rupanya juga diwakili figur publik. Salah satunya Serena Williams nan menolak rekomendasi berhujung menyusui saat hendak kembali berkompetensi di lapangan tenis pasca melahirkan. 

Pemain tenis mahir Amerika, Serena Williams tidak saja memukau di lapangan. Petenis berdarah Afro-Amerika ini juga memberikan kejutan bagi para pejuang ASI dengan menyuarakan menolak rekomendasi menyusui saat kembali beraktivitas usai persalinannya.

Setelah setahun tidakhadir dari tenis untuk melahirkan dan memulihkan diri, Serena Williams perlu merasa percaya untuk kembali ke WTA Tour mengenai dengan apakah perihal itu nan terbaik untuk bayi dan kariernya. Apalagi, dia tetap proses mengASIhi bayinya tersebut. Sehingga, aktivitasnya kembali ke lapangan tenis tentu membikin proses tersebut bisa saja terganggu.

Awalnya, Serena memutuskan untuk mengabaikan saran untuk berhujung menyusui, merasa bahwa proses itu memungkinkannya untuk sepenuhnya terikat dengan putrinya.

Setelah delapan bulan menyusui Alexis Olympia Ohanian Jr., peraih empat lencana emas Olimpiade itu membikin keputusan nan susah untuk berhujung menyusui dan berkonsentrasi pada tenis. Williams kemudian melaju ke final Wimbledon dan hanya kehilangan satu set dalam perjalanannya ke the US Open semi-finals.

Masa menyusui Serena Williams

Meskipun Serena tampak mulus menjalani transisi dari peran ibu menjadi petenis nan mengalahkan dunia, kenyataannya tidaklah sesederhana nan dibayangkan. 

Realitasnya, ketika Serena kembali ke kejuaraan tenis, dia menelan pil pahit lantaran tersingkir lebih awal dari arena WTA Tour di Indian Wells dan Miami, seperti dikutip dari laman Olympics.

Hal ini  menyebabkan pembimbing Patrick Mouratoglou memberi tahu petenis berumur 36 tahun itu sebelum French Open bahwa dia kudu berhujung menyusui untuk meningkatkan performanya.

Ia mengutip kenaikan berat badan Williams dan waktu nan dihabiskannya jauh dari latihan untuk menyusui bayinya sebagai argumen utama kemerosotan performanya.

Kurangnya empati nan dirasakan pembimbing terhadap ikatan psikologis nan dapat diciptakan oleh menyusui antara seorang ibu dan anaknya memicu perdebatan tentang apakah perihal itu memengaruhi skill atletik namalain tidak.

Menyusui bukan halangan bagi performa atlet

Meskipun Serena Williams mengalami penurunan performa, tidak ada bukti ilmiah nan menunjukkan bahwa Mouratoglou betul ketika mengatakan bahwa menyusui menghalang skill atletiknya. 

Demikian kata Dr. Gregory Davies, seorang pembimbing besar di the Department of Obstetrics and Gynecology di Queen University di Ontario, Canada. Dengan subspesialisasi dalam kedokteran ibu-janin dan pengalaman 22 tahun, dia mempunyai teori nan berbeda di kembali skill Serena nan buruk.

"Menyusui semestinya tidak memengaruhi skill atletik," kata Dr. Davies, nan juga diundang oleh Komite Olimpiade Internasional pada tahun 2005 untuk meneliti akibat olahraga dan kehamilan pada atlet elit.

"Setiap penelitian nan telah dipublikasikan hingga saat ini menunjukkan bahwa penurunan berat badan sebenarnya meningkat dengan menyusui.

"Namun, banyak wanita nan kudu melakukan aktivitas menyusui dan aktivitas lain kudu menghabiskan lebih sedikit waktu untuk aktivitas lain tersebut dan mungkin dalam kasus Serena Williams, itu berfaedah waktu nan terbuang dari latihan intensif nan dibutuhkan untuk dapat bersaing di level setinggi itu."

Pentingnya bonding & menyusui gai Serena Williams

Kebugaran corak dan kualitas latihan hanyalah dua komponen di kembali keberhasilan atlet elit. Faktor krusial lainnya nan perlu dipertimbangkan adalah kondisi psikologis mereka, nan dapat sangat dipengaruhi oleh menyusui pada ibu atlet elit.

Kondisi ini juga dialami Serena Williams nan memilih untuk mengabaikan saran pelatihnya untuk segera berhujung menyusui.

"Begitu saya berumur enam bulan, saya merasa senang untuk berhujung menyusui. Kemudian, saya hanya bisa melepaskannya secara emosional," ungkapnya kepada wartawan di Wimbledon.

Di sisi lain, peraih lencana emas Olimpiade Heptathlon Jessica Ennis-Hill mengalami dilema serupa setelah melahirkan putranya Reggie pada tahun 2014. Atlet Inggris itu mengaku bahwa keputusan untuk berhujung menyusui demi berkonsentrasi pada kariernya begitu berat secara emosional sehingga dia mempertimbangkan untuk berhujung dari bumi atletik sama sekali.

“Serena Williams berbincang dengan sangat jelas tentang sungguh sulitnya berhujung menyusui lantaran itu adalah ikatan nan sangat krusial baginya," lanjut Davies.

"Pada saat nan sama, apa pun argumen pribadinya, dia merasa bahwa performanya bakal lebih baik jika dia berhujung menyusui.”

Pendekatan Alternatif Sarah Storey

Di sisi lain, Paralympic legend Sarah Storey mengatakan kepada Olympic Channel bahwa dia percaya menyusui memberikan dorongan psikologis bagi kariernya.

"Sangat mungkin untuk menyusui dan berada di level olahraga tertinggi lantaran saya telah melakukannya," kata wanita berumur 40 tahun itu, nan telah memenangkan lima lencana emas dalam renang dan lima lencana emas lagi dalam bersepeda untuk Great Britain.

“Mengetahui bahwa saya dapat memenuhi kebutuhan anak saya berfaedah bahwa ketika saya melakukan pekerjaan nan sangat egois ini sebagai seorang atlet, di mana kalian kudu begitu mementingkan diri sendiri dan begitu enak-enak dengan jam-jam latihan dan balapan, itu memberi saya keseimbangan.”

Storey juga merasa bahwa mungkin ada kegunaan corak dan emosional dari menyusui. "Ahli gizi saya mengatakan bahwa menyusui meningkatkan sistem kekebalan tubuh sendiri, nan berfaedah imunoglobulin ekstra nan diberikan kepada bayi juga bakal berfaedah bagi diri sendiri."

Dr. Davies menyatakan tidak ada bukti bahwa kekebalan ekstra berfaedah bagi skill atletik."Tidak ada penelitian nan mendukung klaim bahwa imunoglobulin diubah oleh pemberian ASI hingga tingkat nan bakal menguntungkan kinerja. Tetapi pemberian ASI adalah hubungan nan sangat kompleks dan merupakan hubungan nan sangat perseorangan antara wanita dan anaknya."

Terkait menyusui, Organisasi Kesehatan Dunia sendiri merekomendasikan agar bayi disusui secara eksklusif selama enam bulan pertama, lantaran kegunaan nutrisinya. Tak mengherankan, banyak para ibu nan memperjuangkan perihal tersebut dengan beragam upaya seperti nan dialami Serena Williams.

(pri/pri)

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027