ARTICLE AD BOX
Pada era Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, ada orang mengaku tuhan, tetapi pada akhirnya dia bertobat (ilustrasi)
KincaiMedia, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW berceramah untuk seluruh kalangan. Dalam melakukan syiar Islam, beliau menempuh cara-cara persuasif. Sebab, tak ada paksaan dalam kepercayaan (QS al-Baqarah: 256).
Di wilayah Tahaif, terdapat sebuah kerajaan mini nan dipimpin Dzul Kala. Seperti banyak pemuka kabilah Jazirah Arab kala itu, dia belum berislam. Maka Nabi Muhammad SAW pernah mengutus seorang sahabat beliau, Jabir, untuk menemui dan membujuk si pemimpin agar bersedia memeluk kepercayaan tauhid.
Dzul Kala memang dihormati sebagai raja nan ditaati rakyatnya sendiri. Bahkan, lebih dari itu. Ia sampai-sampai mengaku dirinya adalah tuhan di hadapan para pengikutnya.
Hingga Rasulullah SAW wafat, Dzul Kala tetap enggan memeluk Islam. Sampailah pada masa pemerintaha Khalifah Umar bin Khattab.
Setelah beragam misi dakwah, barulah Dzul Kala tertarik pada Islam. Raja itu kemudian mengirimkan seorang utusan nan didampingi delapan ribu orang untuk menemui Khalifah Umar.
Akhirnya, sang raja itu mengucapkan dua kalimat syahadat dengan pengarahan sejumlah delegasi Umar. Dzul Kala kemudian membebaskan sebanyak empat ribu budak miliknya.
Umar berkata, "Wahai Dzul Kala, jual saja kepadaku sisa budak nan ada di bawah kekuasaanmu! Aku bakal bayar sepertiga dengan duit kontan di sini, sepertiga dengan negeri Yaman, dan sepertiga lagi dengan Syam."
Dzul Kala menjawab, "Beri saya kesempatan hari ini untuk berpikir."
Ia pun pulang ke istananya. Sampai di kediamannya, Dzul Kala rupanya membebaskan semua budaknya--tanpa kecuali.
Keesokan harinya, dia menemui Khalifah Umar.
"Bagaimana dengan ucapanku kemarin untuk membeli budak?" tanya Umar.
"Allah telah memberi kebaikan kepadaku dan kebaikan kepada mereka daripada apa nan Anda tawarkan," papar Dzul Kala.