ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, BANDUNG --Bulan Syaban menempati urutan kedelapan dalam almanak hijriyah. Sejarah mencatat, banyak peristiwa besar terjadi pada bulan Sya'ban. Misalnya, perpindahan arah kiblat dari Masjid al-Aqsha menuju Ka'bah (QS al-Baqarah: 144). Peristiwa lainnya adalah turunnya ayat Alquran nan menganjurkan untuk membaca shalawat (QS al-Ahzab: 56). Rasulullah SAW juga menerangkan, diangkatnya catatan kebaikan manusia juga terjadi tiap bulan Sya'ban.
Hal itu disampaikan dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Nasa'i. Suatu kali, Usamah bertanya kepada Nabi SAW, "Wahai Rasulullah, kelihatannya tak satu bulan pun nan lebih banyak engkau puasakan daripada bulan Sya'ban?"
Nabi SAW menjawab, "Bulan itu sering dilupakan orang lantaran letaknya antara Rajab dan Ramadhan, sedangkan pada bulan itulah diangkat amalan-amalan kepada Tuhan Rabbul 'Alamin. Maka, saya mau ibadah saya dibawa naik selagi saya dalam keadaan berpuasa."
Di bulan ini, banyak kaum Muslimin mengikuti salah satu teladan Rasul SAW, adalah puasa sunnah. Selain itu, ada pula suatu tradisi nan sudah begitu membudaya di Tanah Air. Yakni, peringatan malam Nisfu Sya'ban.
Keutamaan
Bagi sebagian kalangan, malam itu dianggap istimewa. Mereka mendasarkan pada hadits dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi SAW. Beliau bersabda, "Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk selain orang musyrik dan orang nan bermusuhan."
Hadits lainnya diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, Nabi SAW bersabda, "Allah ‘Azza wa Jalla mendatangi makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, Allah mengampuni hamba-hamba-Nya selain dua orang, adalah orang nan berbeda dan orang nan membunuh jiwa."
Dalam sebuah sabda nan diriwayatkan al-Dailami, Imam 'Asakir, dan al-Baihaqy, Rasulullah SAW bersabda, "Ada lima malam di mana angan tidak tertolak pada malam-malam tersebut, adalah malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Sya'ban, malam Jumat, malam Idul Fitri dan malam Idul Adha."
Hadits-hadits di atas, menurut jumhur ulama, termasuk dhaif.
Akan tetapi, terdapat riwayat dari generasi tabiin adalah nan menghuni Negeri Syam (Suriah). Mereka diketahui doyan menghidupkan malam Nisfu Sya'ban dengan sholat sunah.
Di Indonesia, tak sedikit nan biasanya menggelar aktivitas tertentu untuk menghidupkan malam Nisfu Syaban. Misalnya, membaca doa, baik secara sendiri-sendiri maupun beramai-ramai.
Cara lainnya, seorang dari jamaah majelis membacakan (men-talqin) angan tersebut, kemudian jamaah mengikutinya. Atau, salah seorang bermohon dan jamaah lain mengaminkan saja sebagaimana maklumnya. Kegiatan lainnya adalah membaca surat Yasin tiga kali setelah maghrib, baru dilanjutkan dengan berdoa.
Intinya, Sya'ban termasuk bulan nan dimuliakan. Rasulullah SAW sendiri menganjurkan agar banyak berpuasa sunah di dalamnya. Apalagi, dalam beberapa hari lagi sejak itu kita bakal memasuki bulan suci Ramadhan.
Tidak semua umat Islam Indonesia sependapat dengan tradisi menghidupkan malam Nisfu Syaban. Untuk itu, sikap saling menghormati perlu dikedepankan. Terlebih, amaliah menghidupkan malam Nisfu Sya'ban merupakan persoalan fur'iyyah nan hendaknya diisi ibadah untuk mempertebal keimanan. Wallahu a'lam