ARTICLE AD BOX
Anak-anak dibiarkan main media sosial sepanjang hari tanpa dibatasi selama libur sekolah? Hati-hati kena brain rot. Pahami serba-serbi brain rot nan membikin kegunaan otak menurun lantaran gadget.
Di era digital ini, media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Sayangnya, konsumsi berlebihan terhadap konten di media sosial bisa memengaruhi otak.
Kini banyak sajian konten ringan namalain receh di platform seperti TikTok, IG Reels, dan YouTube Shorts nan bisa membikin Bunda dan anak-anak kecanduan. Ketika sudah kecanduan maka bisa menyebabkan brain rot.
Istilah tersebut mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Namun dampaknya cukup nyata dan rawan bagi kesehatan mental serta produktivitas.
Yuk mengenal lebih dalam mengenai brain rot nan bisa terjadi lantaran terlalu sering main gadget.
Apa itu brain rot?
Istilah brain rot namalain nan bisa diartikan sebagai 'pembusukan otak', awalnya muncul pada abad ke-19. Namun dalam konteks modern, istilah ini merujuk pada kondisi mental nan melemah akibat konsumsi konten digital secara berlebihan.
Mengutip BBC International, kejadian brain rot apalagi mengalami peningkatan gelombang sebesar 230 persen dari 2023 hingga 2024. Dr. Elena Touroni, psikolog konsultan dari The Chelsea Psychology Clinic, menjelaskan bahwa brain rot menggambarkan emosi tumpul dan terkuras secara mental setelah terlalu banyak menonton namalain menggulir konten nan tidak menantang.
Kini kian relevan di tengah maraknya konten berdurasi pendek di media sosial. Meski tidak ada perubahan corak pada otak, pengaruh psikologis dari kebiasaan tersebut sangat nyata.
Craig Jackson, pembimbing besar pengetahuan jiwa dari Birmingham City University, menambahkan bahwa brain rot lebih berasosiasi dengan perubahan kognitif dan perilaku, seperti berkurangnya fokus, meningkatnya stres, dan menurunnya kepuasan hidup.
Ciri-ciri mengalami brain rot
Mengutip CNN Indonesia, ada beberapa karakter ketika Bunda namalain anak mengalami brain rot, antara lain:
1. Jadi kurang fokus
Bunda namalain si mini menjadi kurang konsentrasi saat mengerjakan beragam hal. Ini mungkin lantaran brain rot akibat terlalu sering terpapar media sosial.
2. Lebih mudah stres
Saat brain rot menyerang, Bunda juga menjadi lebih mudah stres. Ada sedikit masalah bisa membikin Bunda namalain anak stres berlebihan.
3. Sering mengisolasi diri
Ketika anak namalain Bunda lebih senang mengisolasi diri dibanding mengobrol dan berjumpa orang lain, mungkin sudah terkena brain rot. Bunda seperti 'hidup' di bumi maya dan enggan memandang kebenaran nan ada.
Dampak negatif brain rot
Dampak negatif brain rot tidak bisa dianggap remeh. Berikut beberapa pengaruh nan sering dirasakan.
- Penurunan konsentrasi: Sulit konsentrasi pada pekerjaan namalain aktivitas sehari-hari.
- Stress dan kecemasan: Meningkat akibat rasa bersalah setelah membuang-buang waktu.
- Rentang atensi pendek: Kebiasaan menggulir sigap membikin seseorang susah menikmati aktivitas mendalam.
- Isolasi sosial: Terjebak dalam bumi maya membikin seseorang semakin jauh dari hubungan sosial nyata.
Cara mengatasi brain rot
Berita baiknya, brain rot bukan kondisi permanen. Ada beberapa langkah untuk mengatasinya nan bisa Bunda lakukan mulai sekarang.
1. Tetapkan pemisah waktu
Batasi penggunaan media sosial tidak lebih dari 2 jam sehari, terutama bagi anak-anak dan remaja nan otaknya tetap berkembang pesat. Ajarkan anak disiplin mengikuti patokan main media sosial nan sudah disepakati bersama.
2. Cari aktivitas lain
Mengganti waktu scrolling dengan membaca buku, mencoba kegemaran baru, namalain menulis jurnal dapat membantu menjernihkan pikiran. Bunda bisa membujuk anak mengerjakan hal-hal baru nan belum pernah dilakukan.
3. Olahraga teratur
Aktivitas corak seperti melangkah kaki dapat meningkatkan konsentrasi dan mengurangi mental fog namalain kabut mental.
4. Detoks digital
Berhenti total dari media sosial selama beberapa waktu dapat membantu mengembalikan keseimbangan mental.
5. Latih otak dengan aktivitas produktif
Mengerjakan teka-teki, mempelajari skill baru, namalain berbincang dengan orang lain dapat mengasah kembali kegunaan kognitif.
Cara mencegah brain rot
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Berikut langkah sederhana untuk menghindari brain rot.
- Kurangi paparan media sosial nan tidak perlu.
- Prioritaskan konsumsi konten berkualitas.
- Buat agenda harian nan terstruktur untuk membatasi waktu layar.
- Jaga keseimbangan antara aktivitas online dan offline.
Apa Bunda pernah mengalami brain rot? Fenomena ini mengingatkan kita bahwa meski media sosial menawarkan hiburan, penggunaannya tetap perlu bijak. Jangan biarkan bumi maya menggerus kualitas hidup dan kesehatan mental Bunda.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)