ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA -- Dalam sejarah Islam, khalifah Umar bin Khattab pernah memecat panglima perang umat Islam nan dijuluki Rasulullah SAW sebagai “Pedang Allah.” Sosok nan dimaksud adalah Khalid bin Walid.
Padahal, Khalid adalah seorang panglima perang nan brilian. Ia apalagi tidak pernah terkalahkan di setiap pertempuran nan dipimpinnya. Berbagai jihad nan dilakukannya pun turut memuluskan jalan bagi ekspansi daulah Islam, termasuk pada era kekhalifahan Umar bin Khattab.
Lantas, kenapa Khalifah Umar memecat sang "Pedang Allah" itu?
Dalam kitab Kuliah Tauhid karya Imaduddin Abdulrahim, dijelaskan bahwa pada saat Khalid bin Walid sedang menyusun strategi untuk mengempur Byzantium namalain Romawi Timur, datanglah surat perintah kepadanya. Isi surat itu adalah petunjuk Umar bin Khattab agar Khalid menyerahkan jabatannya kepada Abdullah bin Ubaid.
Namun, Khalid nan sedang memimpin rapat tidak langsung membacakan surat perintah dari Khalifah Umar itu. Sebab, dirinya memperhitungkan, seumpama menyerahkan kedudukan tersebut saat rapat untuk penentuan strategi menyerang Byzantium berlangsung, maka bakal terjadi kekacauan di tengah pasukan Muslimin.
Karena itu, dia menyelesaikan rapat itu terlebih dahulu. Setelah usul-usulnya diterima dan menjelaskan langkah menyerang Byzanitum, baru-lah Khalid menyerahkan jabatannya sebagai panglima perang kepada Abdullah bin Ubaid.
Setelah mundur dari jabatannya, Khalid kembali ke Madinah untuk melapor kepada Khalifah Umat bahwa perintahnya sudah dilaksanakan. Setelah itu, Khalid meminta penjelasan lebih jauh kepada sahabat Nabi nan berjulukan al-Faruq itu mengenai pemecatan dirinya. Khawatirnya, dia telah melakukan kekeliuran selama memimpin perang.
Khalid memang mempunyai kelemahan di bagian tata manajemen dan pembukuan. Kendati demikian, Khalid sendiri meyakini bahwa tidak pernah keliru dalam perhitungan-perhitungan finansial dari biaya perjuangan itu.
Namun, Umar menegaskan bahwa masalahnya bukan lantaran itu. “Itu soal nan bisa dimaafkan,” kata Umar menjelaskan kepada Khalid. “Tetapi sebagai khalifah saya bertanggung jawab atas iktikad umat. Engkau adalah pahlawan perkasa nan tak dapat dikalahkan di setiap medan pertempuran.
Namun, hasilnya rakyat mulai menyanyikan lagu pujian untukmu, dan tidak lagi memuji dan memuja Allah semata. Aku resah mereka menjadi syirik. Sebagai penanggung jawab saya kudu membuktikan kepada seluruh umat, bahwa semata sebagai hamba Allah saya bisa memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang nan masyhur,” jelas Umar panjang lebar.