ARTICLE AD BOX
ILUSTRASI Rasulullah SAW.
KincaiMedia, JAKARTA -- Pada suatu ketika, Makkah dilanda kekeringan. Ibnu Asakir men-takhrij dari Julhumah bin Arfathah, dia berkata, "Ketika saya tiba di Makkah, orang-orang sedang dilanda musim paceklik. Kaum Quraisy berkata, 'wahai Abu Thalib, negeri ini sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah kita bermohon meminta hujan.'"
Ketika itu, Abu Thalib sebagai pemuka Quraisy keluar untuk menuju Baitullah, Ka'bah. Ia berdampingan seorang anak mini nan ke manapun melangkah, gumpalan awan selalu menaunginya.
Di sekitar Abu Thalib juga ada beberapa anak mini lainnya. Abu Thalib memegang tangan keponakannya itu. Kemudian, anak laki-laki ini dimintanya duduk dan bersandar pada tembok Kabah.
Ajaib, langit nan tadinya bersih, sekarang tiba-tiba meredup. Matahari seakan berlindung di kembali awan gemawan.
Awan mendung pun datang. Kemudian, langit menurunkan hujan nan sangat deras, sehingga lembah-lembah terairi dan orang-orang menjadi bersuka cita.
Abu Thalib mengenang peristiwa ini dalam syair nan sering dibacakannya, "Putih bekerlapan meminta hujan dengan wajahnya, penolong anak yatim dan pelindung wanita janda."
Anak mini nan dibawa Abu Thalib adalah Muhammad SAW. Keponakannya itu sejak mini sudah menampakan tanda-tanda kenabian.
Dalam riwayat lain, ada pula peristiwa nan berbeda tentang kehadiran awan hujan lantaran angan Nabi Muhammad SAW. Waktu itu, beliau sudah diangkat menjadi utusan Allah.
Rasulullah SAW pernah melaksanakan sholat istisqa, adalah ibadah sunah nan dilaksanakan untuk meminta kepada Allah SWT agar hujan turun.
Dikisahkan, Nabi Muhammad SAW memerintahkan semua kaum Muslimin untuk mengikutinya, termasuk para wanita nan sedang haid. Beliau dan Muslimin melakukan sholat minta hujan. Sebelum angan selesai, mendung tiba dan kemudian turunlah hujan.