ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA -- Lelaki ini lahir dengan nama Amir bin Abdullah. Namun, dia lebih terkenal dengan julukan Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Sama seperti Nabi Muhammad SAW, dia berasal dari Kota Makkah al-Mukarramah.
Riwayat tentang dirinya ketika tetap non-Muslim cukup jarang dijumpai walaupun tokoh tersebut berasal dari Suku Quraisy. Barulah sesudah dia memeluk Islam, banyak perawi menuturkan tentangnya. Abu Ubaidah menjadi Muslim hanya selang sehari setelah Islamnya Abu Bakar ash-Shiddiq.
Berbagai medan jihad diikutinya, termasuk Perang Badar. Dalam banyak momen, dirinya tampil menjadi tameng bagi Rasulullah SAW.
Pernah dalam sebuah pertempuran, helm perang Nabi SAW bengkok. Ujungnya nan tajam menghujam dan sampai-sampai mematahkan gigi beliau. Abu Ubaidah segera melepaskan peralatan nan menyakitkan itu dari kepala beliau.
Sahabat dari golongan Muhajirin ini berangkaian dengan lantaran turunnya Alquran surah al-Mujadilah ayat 22. Saat Perang Badar terjadi, Abu Ubaidah berjumpa dengan ayahnya sendiri, nan berada di pihak musuh Islam.
“Sebelum duel berlangsung,” tutur Abdullah bin Syaudzb, “sang ayah menantang anaknya itu. Dalam duel ini, Abu Ubaidah sukses membikin bapaknya terpojok. Lalu, dia pun menghabisinya.”
لَا تَجِدُ قَوۡمًا يُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ يُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ وَلَوۡ كَانُوۡۤا اٰبَآءَهُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَهُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَهُمۡ اَوۡ عَشِيۡرَتَهُمۡؕ اُولٰٓٮِٕكَ كَتَبَ فِىۡ قُلُوۡبِهِمُ الۡاِيۡمَانَ وَاَيَّدَهُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡهُ
"Engkau (Muhammad) tidak bakal mendapatkan suatu kaum nan berakidah kepada Allah dan hari alambaka saling berkasih sayang dengan orang-orang nan menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya namalain keluarganya. Mereka itulah orang-orang nan dalam hatinya telah ditanamkan Allah keagamaan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan nan datang dari Dia."
Kemuliaan Abu Ubaidah ditandai dengan besarnya kasih sayang Rasul SAW kepadanya. Pernah suatu ketika, Abdullah bin Syaqiq bertanya kepada Ummul Mu`minin ‘Aisyah, “Siapakah di antara para sahabat Nabi SAW nan paling beliau cintai?”
“Abu Bakar,” jawab ‘Aisyah.
“Siapa lagi?”
“Umar,” katanya.
“Kemudian, siapa?”
“Abu Ubaidah bin al-Jarrah,” ucapnya.
“Siapa lagi?” tanya Abdullah kembali, tetapi ‘Aisyah hanya diam.
Nabi SAW pernah memujinya di hadapan banyak orang. Pernah suatu hari, para utusan kaum Najran menghadap kepada beliau. “Ya Rasulullah,” kata mereka, “utuslah kepada kami seseorang nan jujur lagi tepercaya (untuk dijadikan sebagai pengajar agama).”