ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Memiliki hubungan nan tidak selaras dengan mertua tentu bukan perihal nan menyenangkan dalam rumah tangga. Lantas, gimana hubungan semestinya mertua dan menantu dalam Islam?
Dilansir dari kitab Suami Istri Calon Penghuni Surga karya Zakiyah Ahmad, suami istri diharapkan menghormati dan berkhidmat kepada orang tua namalain mertuanya. Mertua menganggap menantunya seperti anak sendiri. Menantu juga demikian menganggap mertua ibaratkan orang tua kandung.
Buku tersebut juga menjelaskan bahwa jalinan hubungan antara mertua dan menantu nan tidak selaras dapat menakut-nakuti pernikahan. Oleh lantaran itu, sebaiknya Bunda dianjurkan untuk memahami terlebih dulu gimana hubungan semestinya antara mertua dan menantu.
Melansir dari laman CNN Indonesia, corak ikut kombinasi tangan mertua kepada rumah tangga anaknya diperbolehkan selama memberikan perihal nan positif namalain untuk kebaikan bersama. Rasulullah SAW pernah berfirman sebagai berikut:
“Yang paling berkuasa atas seorang wanita adalah suaminya. nan paling berkuasa atas seorang laki-laki adalah ibunya.” (HR. Tirmidzi)
Hadis tersebut menjelaskan bahwa nan perlu dilakukan menantu pada mertuanya adalah sebagaimana pasangan memperlakukan kedua orang tuanya juga.
Hubungan antara menantu dan mertua disebut mushaharah, adalah hubungan kekeluargaan lantaran adanya ikatan pernikahan. Dalam Islam, saat anak laki-laki menikah, maka hubungan mertua dengan dirinya adalah mahram muabbad, adalah mahram selamanya.
Hadis nan menjelaskan tentang mertua dan menantu perempuan
Seperti nan diketahui bahwa kepercayaan Islam mengatur banyak aspek dalam kehidupan setiap Muslim. Hal ini termasuk pemahaman tentang hubungan mertua dan menantu.
أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا آلُوْهُ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ.
قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
"Apakah engkau sudah bersuami?" Bibi Al-Hushain menjawab, "Sudah." "Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?", tanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, "Aku tidak pernah mengurangi haknya selain dalam perkara nan saya tidak mampu." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, lantaran suamimu adalah surga dan nerakamu."(HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadis ini sahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Sahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)
Hadis tersebut menjelaskan bahwa hubungan mertua dan menantu wanita adalah perihal krusial lantaran termasuk berkhidmat kepada suami. Menantu wanita nan berkhidmat kepada mertuanya bakal memberikan kebahagiaan kepada suami, maka keberkahan pun bakal didapatkannya.
Selain itu, Syekh Mustofa Al Adawi mengatakan memang bukan tanggungjawab menantu wanita untuk berkhidmat kepada orang tua suami. Namun, melakukan baik kepada mertua merupakan bagian dari perbuatan baik kepada orang tua.
Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah SWT surat Luqman ayat 14 nan bersuara sebagai berikut:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Artinya:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar melakukan baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah nan bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (Q.S Luqman:14)
Sementara itu, tanggungjawab istri untuk menaati suami juga didukung dengan sabda berikut ini:
أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا آلُوْهُ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ. قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
"Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Siapakah wanita nan paling baik?" Jawab beliau, "Yaitu nan paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membikin suami benci". (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sabda ini hasan sahih)
Nah, itulah penjelasan tentang hubungan mertua dan menantu dalam Islam nan perlu Bunda ketahui. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa/som)