ARTICLE AD BOX
Hubungan keagamaan dan kesehatan mental
Pendekatan multifaktorial meyakini bahwa kesehatan mental perseorangan sangat dipengaruhi oleh aspek biopsikososiospiritual. Tiga prinsip dasar dalam Gerakan Kesehatan Mental adalah: prinsip atas sifat manusia, prinsip atas hubungan manusia dengan lingkungan, dan prinsip atas hubungan manusia dengan Tuhan. (Dewi, 2012)
Maka, tidak bisa dinafikan bahwa kepercayaan seseorang kepada Tuhannya termasuk pada aspek nan dapat mempengaruhi kesehatan mental. Penelitian ilmiah pun menunjukkan bahwa memang ada keterkaitan antara keagamaan dan kesehatan mental. Terdapat penelitian nan dilakukan di Amerika Serikat nan menunjukkan bahwa keagamaan mempunyai hubungan nan positif terhadap kesehatan mental. Contohnya, studi nan dilakukan tahun 2005 pada orang dewasa di wilayah San Francisco Bay, ditemukan bahwa kepercayaan bisa menjadi sesuatu nan menghalang terjadinya depresi pada orang-orang nan mengalami kesehatan mental nan buruk, dan kebanyakan orang nan mempunyai kesehatan mental nan jelek tidak mempunyai agama.
Sebagai tambahan, studi nan dilakukan tahun 2013 menunjukkan bahwa orang-orang nan sedang menjalani terapi pengobatan pada kesehatan mental, semisal depresi dan kecemasan, menunjukkan respon nan baik ketika mereka percaya kepada Tuhan. Dan juga studi pada tahun 1993 oleh Dr. Harold G. Koenig, Direktur Center for Spirituality, Theology and Health, Duke University Medical Center, menemukan bahwa orang-orang dengan tingkat spiritual nan baik mempunyai lebih sedikit indikasi depresi. (Rettner, 2015)
Islam dan kesehatan mental
Ada tiga kata di dalam Al-Qur’an nan mempunyai makna nan berdekatan dengan depresi. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan di dalam kitab Fawaidul Fawaid, bahwa perihal tersebut adalah Huzn (الحزن), Ghamm (الغم), dan Hamm (الهم), nan ketiga perihal tersebut bertentangan dengan hidup dan tenangnya hati. Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memohon agar semua itu sirna dengan perantara Al-Qur’an, sehingga kedukaan itu tidak kembali lagi. Sebab, jika kedukaan tersebut dihilangkan dengan selain Al-Qur’an, seperti dengan kesehatan fisik, dunia, jabatan, istri namalain anak, niscaya kedukaan tersebut bakal kembali setelah semua itu sirna.
Ada tiga perihal nan dibenci namalain ditakutkan oleh hati. Jika ketakutan tersebut berangkaian dengan masa lalu, dia bakal memunculkan huzn (kesedihan). Sementara, jika berangkaian dengan masa nan bakal datang, dia bakal melahirkan hamm (kecemasan). Dan jika berangkaian dengan masa sekarang, dia bakal menghadirkan gham (keresahan). Maka, hendaklah seorang hamba meminta kepada Rabbnya untuk menghilangkan ini semua hingga bersih hatinya, baik dari perkara nan lalu, sekarang, maupun nan bakal datang.
Setiap penyakit pasti ada obatnya, termasuk penyakit mental
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
ما أنزل الله داء إلا أنزل له شفاء
“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya.” (HR. Bukhari)
Dalil ini mencakup semua penyakit nan terdapat di hati, jiwa, dan badan. Ia juga mencakup obat dari setiap penyakit tersebut. Terdapat sabda nan diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyatakan bahwa kegoblokan adalah penyakit dan obatnya adalah bertanya kepada ulama.
Allah Ta’ala berfirman,
وننزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين
“Dan Kami menurunkan Al-Qur’an menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang nan beriman.” (QS. Al- Isra’: 82)
Al-Qur’an merupakan rahmat sekaligus obat penawar. Ia adalah obat penawar bagi hati dari penyakit kebodohan, keraguan, dan kebimbangan. Allah sama sekali belum pernah menurunkan suatu obat penawar pun dari langit, nan lebih bermanfaat, lebih komprehensif, lebih mujarab dalam menghilangkan penyakit daripada Al-Qur’an.
[Bersambung]
Baca juga: Menjaga Kesehatan Mental dengan Iman dan Takwa
***
Penulis: Triani Pradinaputri
Artikel KincaiMedia
Referensi
Dewi, Kartika Sari. 2012. Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang: UPT Undip Press.
Rettner, Rachael. 2015. God Help Us? How Religion is Good (And Bad) For Mental Health. Diakses 24 September 2024 di: https://www.livescience.com/52197-religion-mental-health-brain.html
Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim. 2004. Fawaidul Fawaid. Arab Saudi: Dar Ibnul Jauzi
Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim. Ad-Da’u wa Ad-Dawa’u. Darul Ilmi Fawaid.