Jawaban Seorang Ulama Ketika Diprotes Muridnya Akibat Sibuk Berdagang

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Santri memaknai kitab kuning (llustrasi). Ulama juga mempunyai pekerjaaan selain mengajar

KincaiMedia, JAKARTA— Perdagangan tidak hanya bertindak di kalangan para sahabat, tetapi juga generasi nan hidup setelah masa mereka.

Dalam terjemahan al-Nawawi tentang Sa'ad bin 'Aiz, nan dikenal sebagai Sa'ad al-Qaradh al-Mu'min (wafat 39 H / 660 M), dia berkata, "Dia adalah wali dari 'Ammar bin Yasir (wafat 37 H / 658 M) ... Para ustadz mengatakan kata qaradh ditambahkan ke dalam namanya nan berfaedah penyamak kulit, lantaran kapanpun dia memperdagangkan sesuatu, dia selalu merugi.

Lalu dia beranjak dengan memperdagangkan penyamakan kulit dan mendapatkan untung darinya, maka dia pun akhirnya selalu berbisnis penyamakan kulit ini.

Nabi Muhammad SAW menunjuk Ammar bin Yasir sebagai muadzin di Masjid Quba. Ketika Abu Bakar memegang pemerintahan dan Bilal tak lagi mengumandangkan adzan di Masjid Nabawi Madinah, akhirnya Ammar menggantikan posisi Bilal. Ammar tetap sebagai muadzin di Masjid Nabawi hingga meninggal dunia.

Ketika kita memandang riwayat hidup para sahabat dan para pengikutnya, kita menemukan bahwa mereka mengikuti jejak para sahabat dalam melakukan beragam jenis perdagangan.

Ibn al-Jauzi mengatakan menjelaskan dalam Shaid al-Khathir bahwa Tabiin senior, Sa'id bin al-Musayyib (wafat 93 H/712 M) meninggal bumi dengan meninggalkan kekayaan dan dia menguasai perdagangan minyak.

Imam Sufyan al-Tsauri (wafat 161 H/778 M) juga menjual minyak, menginvestasikan bagiannya dari warisan pamannya nan tinggal di Bukhara (sekarang Uzbekistan), seperti nan diceritakan oleh al-Khatib al-Baghdadi (wafat 463 H/ 1071 M) dalam bukunya 'Tarikh Baghdad'.

Abu Naim al-Isfahani (wafat 430 H/1040 M) meriwayatkan dalam 'Hilyat al-Awliya' bahwa al-Tsauri menjawab salah satu muridnya ketika dia mengecam keterlibatannya dalam perdagangan.

"Diam! Jika bukan lantaran dinar-dinar ini, para raja ini bakal menggunakan kita seperti saputangan, nan mereka gunakan dan kemudian dibuang.”

Adz-Dzahabi meriwayatkan dalam Siyar A’lam an-Nubala’, bahwa Abdullah bin al-Mubarak (wafat 181 H/797 M) adalah seorang pedagang, sehingga dia melakukan perjalanan nan jauh sampai dia meninggal -untuk mencari ilmu, berperang, berdagang, menafkahkan kekayaan kepada saudara-saudaranya di jalan Allah SWT, dan membekali mereka untuk pergi menunaikan ibadah haji.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027