Ini Penyebab Melambatnya Pembiayaan Syariah Di Akhir 2024

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

KincaiMedia,JAKARTA – Pembiayaan syariah pada Desember 2024 mengalami perlambatan, hanya tumbuh 9,87 persen (yoy), menurun dari 11,24 persen (yoy) pada November. Direktur Infrastruktur Ekonomi Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat menjelaskan, perlambatan ini wajar terjadi lantaran lonjakan pembiayaan biasanya terkonsentrasi pada Oktober dan November saat adanya gelaran  Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) nan juga berbarengan dengan Bulan Inklusi Keuangan (BIK)

"Pada Desember, lantaran aktivitas puncaknya sudah selesai, otomatis pembiayaan tidak setinggi bulan sebelumnya," ujarnya dalam Forum Jurnalis Jagoan (FJJ), dengan tema “Mengoptimalkan Potensi Perbankan dan Investasi Syariah di Era Digital” di Jakarta, Kamis (16/1/2025).

Perlambatan juga dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga nan terbatas di akhir tahun. Oleh karenanya, saat ini KNEKS berdampingan OJK, Bank Indonesia dan beragam kementerian/lembaga, termasuk BPJPH, tengah menyusun strategi nasional untuk meningkatkan literasi dan inklusi ekonomi serta finansial syariah.

Salah satu langkah krusial adalah mendistribusikan aktivitas pembiayaan secara merata agar tidak terpusat hanya di bulan Oktober dan November.  "Kami telah membikin sebuah dashboard untuk membantu kementerian dan lembaga mengatur ulang agenda aktivitas mereka. Dengan langkah ini, pembiayaan bisa tersebar sepanjang tahun, sehingga pertumbuhannya lebih berkesinambungan," ungkap Emir.  

Dikonfirmasi terpisah, Direktur BCA Syariah Pranata mengaku optimis meskipun pembiayaan syariah disebut melambat pada akhir 2024. BCA Syariah percaya dapat tumbuh 13–15 persen yoy pada tahun ini.

"Kami menerapkan strategi deepening pada ekosistem upaya nasabah, baik existing maupun calon nasabah, dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian. Modernisasi teknologi juga menjadi salah satu konsentrasi kami, seperti melalui penyempurnaan aplikasi BSya," katanya kepada Republika.

Mencermati perkembangan terkini, lanjut Pranata, pengguna semakin teredukasi mengenai pentingnya keamanan info maupun transaksi. Oleh lantaran itu BCA Syariah memberikan perhatian unik terhadap kecukupan prasarana dan SDM mengenai keamanan perbankan.

Menurutnya, literasi perbankan syariah berkedudukan krusial dalam meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah. BCA Syariah juga secara aktif melakukan beragam aktivitas edukasi ke segmen pelajar, mahasiswa, pelaku UMKM maupun ke masyarakat umum baik secara langsung tatap muka maupun online melalui sosial media. Bahkan, dari tahun ke tahun baik gelombang maupun jumlah peserta edukasi terus ditingkatkan.

"Dengan beragam strategi nan diterapkan, kami optimis bisa mencatatkan pertumbuhan aset di kisaran 8-10 persen dan biaya pihak ketiga di kisaran 10-12 persen," ujarnya. Adapun pada 2024, BCA Syariah mencatatkan pertumbuhan pembiayaan hingga 18,9 persen (yoy) mencapai Rp10,7 triliun, didominasi oleh segmen produktif.  

Sementara Bank Mega Syariah menyatakan, perlambatan ini menjadi pemicu untuk terus mendorong optimasi dalam mendukung segmen-segmen dengan potensi pertumbuhan tinggi. "Kami optimis dengan kerjasama dari semua pihak, seperti regulator, perbankan dan pelaku ekonomi, pertumbuhan upaya perbankan syariah bakal tetap tinggi di 2025," tegas Hanie Dewita Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah kepada Republika.

Pada 2025 Bank Mega Syariah juga bakal memperkuat upaya di segmen korporasi melalui pendekatan B2B2C (business-to-business-to-consumer). "Kami optimis dengan kerjasama regulator, perbankan, dan pelaku ekonomi, pembiayaan syariah bakal tetap tumbuh tinggi di 2025," ungkapnya. Selain pembiayaan korporasi, Bank Mega Syariah juga menawarkan produk untuk ekosistem perseorangan seperti tabungan payroll, pembiayaan rumah, dan Syariah Card. 

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa pembiayaan syariah tetap menjadi pilar krusial dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional meski sempat melambat pada akhir 2024. "Ke depan, pertumbuhan angsuran diprakirakan meningkat dalam kisaran 11–13 persen, sejalan dengan prospek ekonomi nan tetap baik dan support kebijakan makroprudensial Bank Indonesia," ujarnya dalam Konferensi Pers RDG Januari 2024, Rabu (15/1/2025).  

Penurunan ini terjadi seiring dengan realokasi perangkat likuid perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK), serta kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM). Meski menghadapi tantangan, Bank Indonesia optimis pertumbuhan pembiayaan syariah bakal kembali meningkat di tahun 2025.  

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027