ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, JAKARTA -- Nabi Musa AS pernah mendapatkan pertanyaan dari umatnya mengenai siapakah orang paling pandai di dunia. Karena merasa dirinya nabi, kerabat Harun AS itu pun menjawab bahwa tidak ada orang nan lebih berilmu dari dirinya.
Usai menjawab itu, seketika turunlah Malaikat Jibril, menyampaikan teguran Allah kepada sang nabi. Musa AS silam diberi tahu bahwa ada seorang hamba Allah nan lebih berilmu darinya.
Sosok nan dimaksud adalah Khidir AS. Setelah sukses menemuinya di majmu al-bahrain, Musa AS pun memohon kepada sang wali Allah agar boleh mengikutinya.
Dalam perjalanan, Khidir melakukan tiga tindakan nan membikin Musa heran: melubangi kapal nan ditumpangi, membunuh seorang anak, dan memperbaiki tembok rumah tanpa meminta upah. Setelah Musa tiga kali mempertanyakan tindakan tersebut, Khidir menjelaskan bahwa semua perbuatannya atas petunjuk Allah: kapal dilubangi agar tidak dirampas raja zalim, anak dibunuh lantaran bakal menyesatkan orang tuanya nan mukmin, dan tembok diperbaiki untuk menjaga kekayaan anak yatim hingga dewasa.
Ibnu 'Arabi dalam Fushush al-Hikam menafsirkan kisah tersebut. Musa diketahui memprotes Khidir nan menghilangkan nyawa seorang anak. Padahal, jauh sebelumnya, Musa sendiri pernah memukul seorang Mesir sehingga tidak sengaja membunuhnya.
Dengan menemani Khidir, Nabi Musa sesungguhnya diingatkan kembali bahwa ada kehendak Allah SWT di kembali dua perbuatan menghilangkan nyawa itu, baik pelakunya Nabi Khidir maupun Musa sendiri.
Tentang Nabi Khidir nan melubangi kapal milik orang miskin. Perbuatan ini tampak zalim. Namun, belakangan diketahui bahwa adanya lubang itu membikin penguasa nan sadis enggan merampas kapal nan menjadi sumber mata pencaharian bagi orang ayah itu.
Kisah ini sejatinya mengingatkan Musa sendiri tentang ibu kandungnya. Saat tetap bayi, Musa dihanyutkan oleh ibunya ke sungai. Sekilas, perbuatan ini tampak zalim. Akan tetapi, Musa justru selamat dari peraturan Firaun nan mewajibkan bayi laki-laki untuk dibunuh.
Malahan, ibunya Musa dapat menyusui anaknya itu di lingkungan istana Firaun. Baik perbuatan Khidir maupun ibu Musa sama-sama diilhami oleh Allah SWT.