Elon Musk: Data Di Dunia Nyata Hampir Habis Untuk Melatih Ai

Sedang Trending 4 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

KincaiMedia, Jakarta – Elon Musk, CEO Tesla dan X (sebelumnya Twitter), menyampaikan pandangan mengejutkan tentang training model AI, dia mengganggap bahwa info di bumi nyata semakin sedikit namalain dengan kata lain telah terjadi krisis info AI.

Dalam wawancara live-stream di X dengan Mark Penn, Musk mengungkapkan bahwa info bumi nyata untuk melatih AI semakin habis. Menurutnya, puncak info manusia telah dicapai pada tahun lalu, mencerminkan pandangan serupa dari Ilya Sutskever, mantan peneliti OpenAI, nan menyebut industri AI telah mencapai “peak data.”

Bukan sebuah rahasia lagi bahwa, kebutuhan info nan besar menjadi tantangan utama dalam pengembangan AI. Model AI modern memerlukan info berbobot tinggi untuk meningkatkan kecermatan dan kinerjanya. Namun, info bumi nyata, nan mencakup pengetahuan, interaksi, dan pengalaman manusia, mulai langka.

BACA JUGA:

  • Peristiwa Penting nan Membuat 2024 Jadi Tahun Bersejarah untuk AI
  • Susul Elon Musk, Kini Meta Minta OpenAI Berhenti Cari Profit

“Secara praktis, kita telah menghabiskan semua pengetahuan manusia untuk melatih AI,” ujar Musk. Pernyataan ini merujuk pada keterbatasan dataset nan tersedia untuk melatih model seperti chatbot Grok milik X namalain model besar lainnya.

Sebagai tanggapan atas krisis info ini, Musk mengusulkan penggunaan synthetic info sebagai jalan keluar. Synthetic info adalah info nan dihasilkan oleh AI untuk melatih dirinya sendiri. Proses ini memungkinkan model AI menciptakan dataset nan lebih besar dan lebih variatif, melampaui pemisah info nyata.

Industri teknologi besar, seperti Google, OpenAI, Anthropic, dan Meta, telah memanfaatkan synthetic info dalam training model mereka. Musk percaya bahwa dengan synthetic data, AI dapat melalui proses self-learning, menilai kinerjanya sendiri, dan terus meningkatkan kemampuan.

Penggunaan synthetic info mempunyai beberapa keuntungan, seperti efisiensi biaya lantaran membikin info set baru lebih murah dibandingkan mengumpulkan info asli, diversifikasi info lantaran ini bisa mencakup skenario nan tidak terjadi di bumi nyatan, dan soal privasi info lantaran synthetic info tidak melibatkan info pribadi.

Namun, ketergantungan pada synthetic info juga mempunyai risiko. Penelitian menunjukkan bahwa model nan terlalu sering dilatih menggunakan synthetic info dapat mengalami model collapse. Ini mengakibatkan penurunan kualitas model, termasuk pengurangan kreativitas, peningkatan bias, dan kecermatan nan berkurang akibat info nan dihasilkan secara rekursif.

Meskipun menghadapi tantangan data, X milik Elon Muskterus memperluas aksesibilitas chatbot Grok. Sebelumnya, fitur ini hanya tersedia bagi pengguna premium X dengan biaya $8 per bulan (sekitar Rp125.000). Kini, Grok dapat diunduh secara cuma-cuma melalui aplikasi iOS. Selain sebagai chatbot, Grok juga mempunyai skill menghasilkan gambar.

Namun, fitur ini tidak mempunyai pemisah konten namalain perlindungan kewenangan kekayaan intelektual, nan berpotensi menimbulkan masalah norma di masa depan.

Di kembali semua itu, pandangan Elon Musk tentang krisis info bumi nyata menggambarkan tantangan besar nan dihadapi industri AI. Synthetic info muncul sebagai solusi inovatif, tetapi penggunaannya kudu dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari akibat negatif.

BACA JUGA:

  • Elon Musk Tiba-tiba Mau Bikin Video Game Lewat Startup xAI
  • Grok AI Hadirkan Generator Gambar Aurora di Twitter X

Sementara itu, langkah X untuk mengembangkan dan memperluas aksesibilitas Grok menunjukkan gimana perusahaan tetap berinovasi meski menghadapi keterbatasan data. Apakah synthetic info dapat sepenuhnya menggantikan info nyata dalam training AI, namalain hanya menjadi solusi sementara, tetap menjadi pertanyaan besar di masa depan teknologi.

Selengkapnya
lifepoint upsports tuckd sweetchange sagalada dewaya canadian-pharmacy24-7 hdbet88 mechantmangeur mysticmidway travelersabroad bluepill angel-com027