ARTICLE AD BOX
KincaiMedia, Jakarta – DeepSeek tiba-tiba muncul sebagai pesaing kuat di industri kepintaran buatan (AI), mengalahkan model AI terbaik nan ada dengan efisiensi tinggi dan biaya rendah. Namun, di kembali prestasinya, DeepSeek juga menjadi pusat beragam kontroversi, termasuk masalah keamanan dan etika pengembangan AI.
Salah satu rumor terbesar nan sekarang tengah mencuat adalah dugaan bahwa DeepSeek menggunakan info hasil ekstraksi dari sistem OpenAI, akhirnya sekarang Microsoft langung menyelidiki kemungkinan terjadinya pencurian info oleh DeepSeek tersebut.
Dalam waktu singkat, DeepSeek R1 telah beranjak corak dari penemuan nan menjanjikan menjadi ancaman keamanan. Model ini diketahui mempunyai celah nan memungkinkan pengguna untuk mengeksploitasi sistemnya dan memperoleh info berbahaya, seperti langkah membikin senjata, merancang malware, hingga meracik unsur beracun.
BACA JUGA:
- Persaingan AI Memanas, DeepSeek Salip ChatGPT di App Store
- China Disebut Bisa Salip AS dalam Bidang AI
Di sisi lain, keberadaan DeepSeek juga memicu akibat besar di pasar saham, menyebabkan kerugian nyaris satu triliun dolar bagi perusahaan teknologi AI.
Nvidia, salah satu perusahaan nan paling terdampak, mengalami penurunan nilai pasar nyaris $600 miliar (sekitar Rp9.500 triliun) hanya dalam satu hari. Microsoft sendiri mengalami penurunan sekitar $72,2 miliar (sekitar Rp1.150 triliun) akibat kekhawatiran penanammodal terhadap teknologi baru ini.
Microsoft sekarang mulai menyelidiki DeepSeek lantaran adanya indikasi bahwa sistem OpenAI telah menjadi sasaran ekstraksi info dalam jumlah besar. Dugaan ini muncul setelah Microsoft mendeteksi aktivitas mencurigakan dalam sistem OpenAI nan mengarah pada kemungkinan pencurian info melalui API OpenAI.
Investigasi awal menunjukkan bahwa golongan nan diduga mengenai dengan DeepSeek menggunakan teknik distillation, adalah proses mengambil keluaran dari satu model AI dan menggunakannya untuk melatih model lain. Jika dugaan ini benar, maka DeepSeek R1 mungkin dikembangkan dengan menggunakan info hasil distilasi dari ChatGPT, nan merupakan model AI milik OpenAI.
Proses distillation ini bukan hanya menimbulkan masalah norma dan etika, tetapi juga dapat berakibat jelek pada kualitas model AI nan dihasilkan. Data nan digunakan dalam training bisa saja mengandung info nan tidak jeli namalain bias, nan berisiko menghasilkan model AI nan tidak dapat diandalkan.
Hingga saat ini, baik Microsoft, OpenAI, DeepSeek, maupun perusahaan induknya, High-Flyer, belum memberikan pernyataan resmi mengenai penyelidikan ini.
Jika tuduhan pencurian info ini terbukti, DeepSeek bisa menghadapi akibat besar, mulai dari tuntutan norma hingga balasan berat dari regulator teknologi.
Hal ini juga dapat memicu perdebatan lebih luas tentang perlindungan info dalam pengembangan AI, terutama mengingat persaingan di industri ini semakin ketat.
BACA JUGA:
- Meski Populer, Chatbot AI DeepSeek Batasi Pendaftaran Pengguna
- Apakah Teknologi AI bakal Menggantikan Smartphone di Masa Depan?
Situasi ini menunjukkan bahwa meskipun penemuan AI berkembang pesat, aspek keamanan, transparansi, dan etika tetap menjadi aspek krusial nan tidak bisa diabaikan. Dengan semakin banyaknya perusahaan besar nan memperhatikan kasus DeepSeek, perkembangan investigasi ini bakal menjadi sorotan utama dalam industri teknologi dalam waktu dekat.