ARTICLE AD BOX
Syed Muhammad Naquib Al Attas cucu Habib Empang.
KincaiMedia, JAKARTA — Habib Abdullah bin Muhsin al Attas (Habib Empang) merupakan ustadz kharismatik di Bogor Jawa Barat. Meski sudah wafat pada 1933, Muslim di Indonesia tetap tetap menghormati sang berilmu dengan berjamu ke makamnya di dekat Istana Bogor.
Semasa hidupnya, dia dikenal sebagai ‘santri’ nan luar biasa menghormati guru-gurunya. Sebagaimana diceritakan Habib Zen bin Umar bin Smith (wafat 2022) dalam bukunya kumpulan ustadz dzuriyat Rasulullah, Habib Empang sampai menginap di rumah guru-gurunya demi menyerap ilmu, akhlak, dan keimanan. Kemudian hijrah ke Nusantara hingga memutuskan tinggal di Bogor dekat dengan istana Bogor. Di sana dia mendakwahkan Islam dengan penuh kearifan.
Sebagaimana tradisi habaib pada umumnya, Habib Empang menggelar majelis di Masjid an-Nur di depan kediamannya. Di sana dia berdampingan jamaahnya membaca shalawat dan berdzikir. Kemudian mengaji kitab turats. Jika ada masyarakat datang kepadanya, maka Habib Empang pasti bakal menemuinya dan menyambutnya dengan hangat. Begitulah kebiasaan ustadz sejak dulu.
Dalam perkembangan dakwahnya, Habib Empang dianggap sebagai tokoh nan melawan pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Dia kemudian ditangkap. Leher dan kakinya dirantai. Namun demikian, orang-orang tetap mengunjungi Habib Empang nan dikurung di dalam tahanan.
Kemudian ada seorang komandan Hindia Belanda nan menangkapnya mengalami sakit parah. Sudah berobat kemana-mana, tapi tidak sembuh. Akhirnya dia datang ke Habib Empang mengeluhkan rasa sakit nan diderita dan meminta obat penawar. Habib Empang berpesan kepadanya, jika mau sembuh maka copot rantai ini dan ikatkan ke badan si komandan. Entah bagaimana, si komandan melakukan itu. Dia ikatkan rantai ke leher dan kakinya layaknya tahanan. Namun anehnya, beberapa waktu kemudian dia sembuh dari segala penyakit.
Habib Empang pun dibebaskan. Si komandan Hindia Belanda segan terhadap Habib Empang, sehingga membiarkannya berceramah hingga akhir hayat.
Cucu Habib Empang
Tantangan berceramah rupanya juga dialami cucu Habib Empang, adalah Prof Muhammad Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin al Attas di Malaysia. Ketika memimpin International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Malaysia, dia ‘disindir’ oleh pejabat Malaysia. Kata si pejabat itu, ISTAC ini mahasiswanya sedikit tapi menghabiskan banyak anggaran, kalah dengan kampus lain nan mengeluarkan anggaran lebih irit tapi menghasilkan banyak mahasiswa seperti babi-babi.