ARTICLE AD BOX
KincaiMedia – Bitcoin (BTC) pada Senin (3/2/2025) silam tiba-tiba jatuh di bawah nomor US$ 92.000. Hal ini menciptakan ‘shock effect’ di pasar kripto, dan menyebabkan likuidasi sebesar US$ 2,1 miliar. Melansir dari cointelegraph.com, pada awalnya banyak nan mengira bahwa penurunan ini terjadi lantaran ketakutan terhadap kebijakan tarif baru nan diumumkan presiden AS Donald Trump.
Namun, perhatian segera beranjak ke pertanyaan nan lebih besar, adalah apakah Bitcoin sudah mencapai puncaknya dan bakal segera mengalami penurunan jangka panjang.
Sebuah analisa dari Bitcoin Archive mengungkapkan bahwa dalam setiap siklus bullish sebelumnya, Bitcoin selalu mencapai puncaknya dalam 330 hari setelah menembus rekor nilai tertinggi sebelumnya. Kini, tanggal 4 Februari menandai hari ke-328 sejak Bitcoin melewati puncak terakhirnya, sehingga menimbulkan spekulasi bahwa momen puncak sudah semakin dekat.
Namun, meskipun ada kekhawatiran tersebut, Bitcoin sukses bangkit kembali. Beberapa aspek nan mendorong pemulihan ini antara lain adalah pengumuman penanggungan tarif untuk Meksiko dan Kanada pada 3 Februari, serta antisipasi terhadap pidato David Sacks, pejabat baru nan ditunjuk sebagai Crypto Czar oleh Presiden Trump, nan dijadwalkan pada 4 Februari.
Sebagai hasilnya, Indeks Fear and Greed nan sempat turun ke 44, dengan sigap naik kembali ke 72. Kendati demikian, perihal ini menimbulkan pertanyaan baru, adalah apakah pasar pulih terlalu cepat?
Bull Trap namalain Kenaikan Berlanjut?
Meskipun Bitcoin kembali menguat, beberapa analis tetap berhati-hati dan memperingatkan bahwa pemulihan ini bisa menjadi jebakan (bull trap). Ketidakpastian makroekonomi dan geopolitik tetap membayangi, terutama setelah Cina mengumumkan tarif jawaban terhadap Amerika pada 4 Februari.
Namun, info on-chain menunjukkan bahwa permintaan terhadap Bitcoin tetap sangat kuat. Bahkan, dengan nilai nan sudah tinggi, pasar tetap bisa menyerap koreksi nan terjadi.
Menurut Glassnode, dalam tiga siklus sebelumnya (2011-2015, 2015-2018 dan 2018 dan 2022), Bitcoin selalu mengalami fase percepatan nilai menjelang akhir siklus bull run. Sampai saat ini, fase tersebut belum terjadi dalam siklus saat ini, nan berfaedah tetap ada potensi kenaikan lebih lanjut.
Selain itu, metrik Long/Short Term Hodler Threshold nan melacak pergerakan koin dari penanammodal jangka panjang ke pembeli baru. Hal ini menunjukkan bahwa siklus belum mencapai titik puncaknya. Biasanya, Bitcoin mencapai nilai tertinggi ketika pemegang jangka panjang mulai menjual dalam jumlah besar. Sejak November, mereka memang telah melepas lebih dari 1 juta BTC, tetapi mereka tetap memegang sebagian besar pasokan.
Baca Juga: Trump Ingin Amerika Punya Dana Kekayaan Negara, Apakah Bitcoin Jadi Pilihan?
Seberapa Tinggi Bitcoin Bisa Naik di 2025?
Jika pola sebelumnya terus berlanjut, nilai Bitcoin dalam siklus ini mungkin bakal mengikuti tren sebelumnya, tetapi dengan kenaikan nan lebih mini dibandingkan siklus sebelumnya.
- Pada 2017, nilai Bitcoin naik 113 kali lipat dari titik terendahnya siklusnya.
- Pada 2021, kenaikannya hanya 20 kali lipat.
- Sejauh ini, Bitcoin telah naik 6 kali lipat dari titik terendahnya di US$ 16.000 (Desember 2023).
Dengan tren nan semakin menurun, para analis memperkirakan bahwa Bitcoin dapat mencapai nilai antara US$ 160.000 hingga US$ 210.000 pada puncaknya.
Prediksi Harga Bitcoin untuk 2025:
- Matthew Sigel (VanEck): US$ 180.000
- Bitwise Asset Management & Bernstein: US$ 200.000
- Tom Lee (Fundstrat): US$ 250.000
Kapan Bitcoin bakal Capai Puncaknya?
Banyak parameter teknikal nan mencoba memprediksi kapan Bitcoin bakal mencapai puncaknya, tetapi hasilnya bervariasi.
Menurut analis mata duit digital di media sosial X berjulukan CryptoCon, parameter Relative Strength Index (RSI) dapat membantu menentukan fase siklus. Berdasarkan pola sebelumnya, Bitcoin memasuki fase keempat siklusnya pada November 2024, nan berfaedah bahwa puncaknya kemungkinan besar bakal terjadi sekitar September-Oktober 2025.
Indikator lain nan sering digunakan, Pi Cycle Top Indicator melacak pergerakan 111-day moving average (111DMA) dan 350-day moving average (350DMA x2). Dalam siklus sebelumnya, Bitcoin selalu mencapai puncak saat 111DMA melintasi 350DMA x2.
Berdasarkan proyeksi Pi Cycle Top Prediction, Bitcoin diperkirakan bakal mencapai puncaknya pada 26 September 2025.
Disclaimer: Semua konten nan diterbitkan di website KincaiMedia ditujukan sarana informatif. Seluruh tulisan nan telah tayang di KincaiMedia bukan nasihat investasi namalain saran trading.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata duit kripto, senantiasa lakukan riset lantaran mata duit digital adalah aset volatil dan berisiko tinggi. KincaiMedia tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun untung anda.